Kisah Nyata 3 Permata Hati yang Difilmkan

Jurnalis : Himawan Susanto , Fotografer : Anand Yahya
 
foto

* 'Enjah' adalah sebuah drama yang mengisahkan anak yang berbakti kepada orangtuanya yang akan ditayangkan oleh DAAI TV Indonesia agar menjadi inspirasi bagi penonton agar keluarganya lebih hidup harmonis.

“Jah, ini ada Tabloid Tzu Chi. Isinya ada berita soal pengobatan gratis dari Yayasan Buddha Tzu Chi,” tutur Wak Embay, kakak Enjah seraya menyerahkan tabloid itu kepada Enjah yang tengah terbaring lemah di atas dipan di depan rumah kontrakannya yang sederhana. Itulah sekelumit scene drama Enjah, drama terbaru DAAI TV Indonesia bekerja sama dengan Kalyana Shira Films, rumah produksi pimpinan sutradara terkenal Nia Dinata. Dalam drama ini, Enjah diperankan oleh Nina Tamam, vokalis dari grup vokal Warna dan Wak Embay oleh Fitri.

Berlokasi di sebuah rumah kontrakan di Jalan Mahakam, Ciracas, Jakarta Timur, syuting drama ini telah berlangsung selama 7 hari. Drama ini dibuat berdasarkan kisah nyata yang terjadi pada sebuah keluarga di Tanjung kait, Tangerang.

Enjah, pemilik kisah nyata tersebut, adalah ibu dari 3 anak yang menderita kelainan sendi yang membuatnya lumpuh. Dalam kondisi seperti ini suami tercinta malah meninggalkan dirinya dan 3 anak tercinta. Beruntung, ketiga anaknya ini sangat berbakti kepada Enjah. Mereka menjadi permata berharga baginya. Dengan telaten mereka menjaga dan merawatnya. Urusan memasak, mencuci, membersihkan rumah bahkan memandikan Enjah, semua dilakukan dengan kompak oleh ketiga permata hatinya tersebut.

Menurut Yabin Yap, produser drama DAAI TV, drama Enjah ini bercerita tentang keterpurukan seseorang sampai di tingkat yang paling bawah, saat dimana kebanyakan orang putus asa, namun Enjah bisa bangkit kembali. Inilah momen yang bisa menginspirasi orang-orang. Selain itu, drama ini juga bercerita tentang bagaimana anak-anak Enjah memiliki rasa bakti merawat ibu mereka yang sedang sakit.

“Produksi ini ditangani langsung oleh Nia Dinata dimana risetnya kurang lebih selama 6 bulan. Riset awal oleh DAAI TV, ditawarkan kepada Kalyana Shira Films, dan kemudian kita melakukan riset bersama,” tutur Yabin Yap.

foto   foto

Ket : - 'Enjah' terdiri dari 10 episode yang diproduksi oleh DAAI TV Indonesia yang bekerja sama dengan Kalyana
           Shira Film di bawah arahan sutradara Reka Wijaya. (kiri)
         - Embay, kakak Enjah, menyodorkan Buletin Tzu Chi kepada Enjah yang tergolek di balai teras rumah
           kontrakannya. Embay memberitahukan bahwa Yayasan Buddha Tzu Chi mengadakan pengobatan gratis
           untuk warga yang tidak mampu berobat. (kanan)

“Hubungan DAAI TV dengan Nia Dinata sebenarnya sudah berjalan kurang lebih 3 tahun. Jadi bukan sesuatu yang baru. Dylan (staf senior Da Ai TV Taiwan –red) sempat bertemu dengannya. Saat itu Da Ai TV Taiwan tertarik dengan film Nia yang berjudul Cau Bau Kan. Nia sangat concern dengan film yang bercerita nafasnya ke perempuan. Karenanya DAAI TV bekerja sama dengannya agar nafasnya dan pendalaman karakternya lebih kuat,” lanjut Yabin Yap saat ditanya mengapa memilih Nia Dinata dan Kalyana Shira Films dalam memproduksi drama Enjah ini.

Ok! Kamera roll on, and action!” teriak Reka Wijaya, sutradara drama Enjah melalui pengeras suara seraya memperhatikan layar televisi yang ada di hadapannya. Itulah teriakan yang sering terdengar saat syuting siang itu, 1 Juli 2008. Tak lama, break makan siang pun tiba dan Reka beristirahat sejenak mengendurkan tenaganya. Waktu wawancara pun tiba, dengan spontan saya pun mewawancarai Reka. Bagaimana pendapatnya soal drama Enjah ini?

“Cerita ini beda dengan cerita lain. Ada perspektif yang berbeda. Inspiring buat orang. Buat personnya sendiri bisa menambah rasa optimisme. Kayak saya sendiri, akhirnya kita dapat menghargai hidup ini. Saya sendiri mau terlibat dalam cerita ini karena paling ga bagi yang bekerja di balik layar tidak harus menerima yang komersil saja ada sumbangsih bagi lingkungan Indonesia. Buat saya ini sesuatu yang baru. Karena sebelumnya belum pernah bikin sesuatu yang based on kisah nyata. Dan kebeneren saya sendiri terlahir dari orang yang susah. Ngerasa bisa ga ya ngejalanin kisah ini, karena ini dekat dengan kehidupan sendiri,” ungkap Reka.

foto   foto

Ket : - Nina Tamam, personel grup vokal Warna menjadi pemeran utama tokoh Enjah. Bukan hal mudah baginya
           untuk memerankan kisah nyata karena harus sesuai dengan keadaan aslinya. (kiri)
         - Lokasi syuting drama 'Enjah' benar-benar di sebuah kampung dengan rumah kontrakan petak-petak yang
           sangat menggambarkan kehidupan Enjah yang sebenarnya. (kanan)

Scene mana yang membuatnya terinspirasi? “Semua scene membuat saya terinspirasi. Semua scene sangat berarti. Sekecil apapun scene itu adalah sesuatu. Misalnya pada saat ia sedih dan tertawa, semua ada hasilnya. Bahwa mental kita harus lebih baik dari hari ini. Seperti Enjah yang sudah dapat melewati fase yang ada di masyarakat Indonesia, memiliki mental juara. Sementara kita yang masih bisa hidup enak sering kali masih mengeluh. Sementara Enjah dengan 3 anak bahkan suaminya meninggalkan mereka masih bermental juara. Meski kita syuting dengan keterbatasan namun semua dijalani dengan fun aja. Mereka aja (Enjah dan anak-anaknya –red) berempat bisa struggle dan sekarang hidup normal. Saya harap orang Indonesia dapat memetik 5% pelajaran dari 100% yang kita buat. Sedikit aja dapat menginspiring. Ini bukan cuma sebuah cerita idealis namun sebuah cerita yang harus dihargai, bukan hanya untuk masyarakat Indonesia namun semua orang di Indonesia dapat menonton ini,” tuturnya panjang lebar.

Kesulitan awal dari drama ini adalah mencari pemeran untuk anak-anak Enjah. “Peran anak yang paling susah, apalagi anak-anak sekarang banyak yang sudah mengikuti gaya sinetron. Dalam drama ini, pemeran anaknya ada yang sudah pernah main di film dan ada juga yang benar-benar baru. Kita mencari yang belum terkooptasi oleh gaya-gaya sinetron,” jelas Yabin Yap mengenai kriteria pemeran anak-anak Enjah.

Di tengah budaya sinetron saat ini, semoga drama Enjah dapat memberikan suatu pelajaran kepada anak-anak dan dapat melihat bakti anak-anak Enjah ini sebagai sesuatu yang layak dan dapat mereka pelajari serta teladani.

 

Artikel Terkait

Gempa Nepal: Waisak Pertama Tzu Chi di Nepal

Gempa Nepal: Waisak Pertama Tzu Chi di Nepal

11 Mei 2015
“Kita semua praktisi Buddhis. kita semua hadir di sini karena kita cinta Buddha. Walau kita datang dari negara dan tempat yang berbeda tapi di sini kita datang untuk melatih apa yang Buddha ajarkan kepada kita dan sekaligus mengekspresikan rasa terima kasih kepada Buddha, Master Cheng Yen dan Sangha yang telah menunjukkan jalan yang baik kepada kita,” pungkas pria yang pernah mengenyam pendidikan di Negara Tirai Bambu itu.
Sukacita Menjadi Tzu Ching

Sukacita Menjadi Tzu Ching

23 Agustus 2013

Setahun sekali Tzu Ching Batam mengadakan sosialisasi Tzu Ching untuk memperkenalkan apa itu Tzu Chi dan Tzu Ching sekaligus merekrut lebih banyak mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi untuk bergabung di Tzu Chi.

Sukacita Para Relawan di Xie Li PGC Menggarap Ladang Berkah Pembagian Kupon Sembako

Sukacita Para Relawan di Xie Li PGC Menggarap Ladang Berkah Pembagian Kupon Sembako

08 April 2022

Menyambut Lebaran 2022, Tzu Chi Indonesia kembali menyalurkan paket sembako lebaran. Komunitas relawan Tzu Chi di He Qi Pusat menyambut gembira dan penuh antusias kegiatan ini. Tak terkecuali di komunitas Xie Li PGC.

Berlombalah demi kebaikan di dalam kehidupan, manfaatkanlah setiap detik dengan sebaik-baiknya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -