Kisah Pilu Bayu Menderita Tumor Nasofaring

Jurnalis : Anand Yahya, Fotografer : Anand Yahya

Bayu dan Helma didampingi Andre Tanvis pada bulan Mei 2023 menghadiri acara perayaa tiga hari besar Tzu Chi turut hadir untuk memperingati Hari Ibu Internasional, Hari Waisak, dan Hari Tzu Chi Sedunia. Bayu sempat memeluk dan mencuci kaki Helma (Ibunya).

Kisah pilu dialami Bayu Aldrian (26) warga Cipondoh, Kota Tangerang, Banten. Bayu mengidap penyakit tumor nasofaring. Kini Bayu harus menjalani perawatan medis (kemoterapi) kembali di RS. Dharmais atas sakit yang dialaminya, padahal secara ekonomi Bayu termasuk dalam keluarga prasejahtera. Bayu sendiri mengenyam pendidikan hanya sampai kelas 2 SMP dikarenakan tak punya biaya.

Helma Mardiana (56) Ibu Bayu mempunyai dua orang anak dan Bayu anak terakhir. Helma yang bekerja sebagai buruh setrika di rumah kontrakan mengatakan semenjak kakak Bayu pindah ke Pulau Bangka untuk bekerja, ekonomi keluarga Helma makin sulit. 

Bayu mengalami sakit (benjolan di leher) sejak akhir 2018. Saat itu Bayu bekerja di pencucian kendaraan bermotor dan tinggal di mess. Ia  mulai merasakan sakit dan demam sejak 2018, sehingga sering tidak masuk kerja. Berselang beberapa bulan istri dan anak perempuannya meninggalkan Bayu karena ia sakit-sakitan dan tidak bekerja lagi di pencucian kendaraan. Sejak ditinggal istri dan putrinya, secara mental kondisi fisik Bayu terus menurun.

"Bayu sangat terpukul sekali setelah istri dan anaknya meninggalkan dia, Bayu sering ingin bertemu dengan anaknya. Dia sering demam tetapi dia mengira demam biasa aja dan hanya minum obat pereda demam dan rasa nyeri yang dijual bebas di warung," tutur Helma.

Andre (kanan) menyemangati Bayu menjelang menjalani proses kemoterapi di RS. Dharmais Jakarta. Bayu harus menjalani enam kali kemoterapi dan 35 kali penyinaran untuk menuntaskan pengobatan tumor Nasofaring.

Selama ditinggal istri dan anak, sakit Bayu bertambah parah, tidak hanya sakit kepala, tetapi sakit di daerah hidung dan sering demam. "Bayu tidak menghiraukan kondisinya lantaran saat itu pengennya kerja (pengemudi ojek online) untuk nambah-nambahin bayar kontrakan dan kebutuhan hari-hari," jelas Helma.

Merasa sakit yang sudah tidak tertahankan, Bayu berobat ke RS. Aminah dan dokter menganalisis ada tumor dan meminta Bayu untuk menjalani Biaopsi (pengambilan sample jaringan pada leher Bayu). Setelah dibiopsi itu, dokter rumah sakit Aminah merujuk Bayu ke RS. Dharmais, tiga bulan berobat di Dharmais sampai diputuskan untuk menjalani pengobatan enam kali kemoterapi dan 35 kali penyinaran.

Ketika Bayu menjalani protokol kemoterapi ke-4 dari enam kali yang diharuskan jaminan kesehatan Bayu habis karena sudah dua bulan menunggak (tidak mampu bayar). Motor Bayu sudah terjual, akhirnya dengan terpaksa Bayu memutuskan untuk tidak melanjutkan kemoterapai lagi walaupun sangat terpaksa dan Helma hanya bisa berdoa untuk kesembuhan Bayu karena tak ada biaya lagi untuk kemoterapi.

"Benjolan di leher kanan Bayu sudah mengecil waktu kemo keempat itu dan dia diajak kerja oleh tetangga deket rumah berjualan kembang di pasar Sipon dekat sini," ucap Helma. Bayu sempat berjualan kembang di Pasar Sipon namun tak berlanjut lama benjolan di leher kanan Bayu membesar lagi dan semakin parah kini benjolan ada di sisi kiri.

Andre menyemangati Bayu satu hari setelah menjalani kemoterapi yang kali pertama. Kondisi Bayu saat relawan Tzu Chi datang berkunjung sedang lemah tak mau makan, mual, dan badan lemas. Namun relawan Tzu Chi dengan sabar memberi semangat kepada Bayu dalam menjalani kemoterapi ini.

Kondisi Bayu semakin tidak baik, bahkan bertambah parah pada sisi kanan dan kiri leher Bayu semakin cepat membesar. Helma sendiri sudah kebingunan untuk menjalani kehidupan keluarganya. Hingga Helma terpaksa harus numpang memasak karena gas di rumahnya habis dan tidak sanggup untuk membeli gas.

Beruntung tetangga-tetangga Helma berbaik hati untuk menolong Helma. “Buuu boleh saya numpang masak untuk Bayu? Gas saya habis,” pinta Helma. “Yaaa Allah..... Silahkan buuu kok baru ngomong,” kenang Helma.

Suatu hari Helma sudah tidak punya duit lagi dan ingin menjual etalase. Ia menjual kepada Ibu Mar yang tinggal beberapa puluh meter dari rumah kontrakannya. “Buuuu saya mau jual etalase saya sudah nggak punya pegangan duit, Bayu juga sedang sakit,” jelas Helma. “Kenapa Bayu Buu...,” tanya tetangganya itu. “Di leher Bayu tumbuh tumor sudah besar,” jawab Helma.

“Yaaa Tuhan kok Ibu nggak ngomong, coba ajukan bantuan ke Buddha Tzu Chi aja. Dahulu saya pernah mengantar orang untuk memohon bantuan,” jawab ibu Mar. Beberapa hari kemudian Helma datang ke kantor Yayasan Buddha Tzu Chi di Ruko Pinangsia Lippo Karawaci, Tangerang.

Pada kunjungan ini relawan Tzu Chi juga membawakan beras dan satu paket sembako untuk Ibu Helma. Sembako ini dapat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.

Berselang satu minggu Yayasan Tzu Chi membantu biaya pengobatan Bayu. Bantuan yang diberikan untuk Helma dan Bayu berupa biaya hidup setiap bulan, biaya transportasi berobat, dan pembayaran BPJS yang sudah menunggak selama dua bulan. Selain itu, relawan Tzu Chi yang mendampingi Bayu adalah Andre Tanvis, Ronald August, Aiven, Vivi, dan Anisa yang selalu menyemangati Bayu dan Helma agar bersabar. 

“Saya sangat bersyukur sekali Yaa Alllah, masih ada yang sangat peduli sama Bayu sama saya. Terima kasih kepada Yayasan Tzu Chi yang sudah membantu, biar anak saya sehat lagi, saya sangat senang sekali,” ungkap Helma.

Helma sangat mengharapkan kesembuhan Bayu agar Bayu bisa bekerja kembali. Helma juga mengungkapkan keinginan Bayu agar lekas sehat kembali. “Kapan yaaa Maaa... Bayu sehat lagi, Bayu pengen kerja lagi, pengen bantu Mama lagi, kasihan sama Mama,” tutur Helma mengatakan keinginan Bayu.

Sejak 7 Juni 2023 Bayu mulai menjalani kemoterapi yang pertama di RS. Dharmais. Keesokan harinya Andre Tanvis dan Ronald August relawan Tzu Chi dari komunitas He Qi Tangerang datang mengunjungi Bayu.

Andre dan Ronald datang dengan membawa beras dan paket sembako. Di dalam ruang depan berukuran 4 x 4 meter Bayu sedang meringkuk beralaskan kasur. Tak ada kursi di ruangan itu hanya kasur dan dua buah meja kecil.

Bayu sedang terbaring lemah di atas kasur. Sesekali ia sering mengeluh merasa mual efek dari pengobatan kemoterapinya. Andre mendekati Bayu sambil mengusap-usap tangan Bayu. “Gimana Bayu masih lemas yaaa? Semangat yaa, Bayu jangan menyerah,” ucap Andre kepada Bayu.

Helma Maldiana saat ini menghidupi keluarganya dengan menerima setrika baju dari orang-orang di sekitar rumahnya. Dalam seminggu Helma hanya mendapatkan upah 200 ribu untuk biaya hidup sehari-hari. Kini Helma sangat bersyukur Tzu Chi memberi bantuan untuk tambahan biaya hidup sehari-hari.

Andre juga memberi semangat kepada Ibu Helma untuk selalau semangat mendampingi proses pengobatan Bayu. Andre menceritakan awal menyurvei ke rumah Bayu. Awal saya datang survei saya sangat iba ya anak muda sedang semangat-semangatnya kerja mencari nafkah lalu mengalami cobaan. “Saya merasa harus memberi semangat dan satu harapan untuk kembali sembuh, saya memberi semangat ke Bayu seperti anak sendiri, karena usia Bayu seusia anak saya juga,” ujar Andre.

Andre sangat berterima kasih sekali kepada Yayasan Tzu Chi yang sudah memberi berkah untuk mendampingi pengobatan Bayu. “Saya mendapat hikmahnya dengan mendampingi keluarga Bayu bahwa seorang ibu tidak ada habisnya kasih sayang ke anak. “Hubungan ibu dan anak ini sangat baik dan sangat dekat sekali,” ujar Andre.

Andre mengatakan Bayu ini sebenarnya anak yang ceria, tulang punggung keluarga dengan adanya penyakit yang saat ini di derita Bayu merasa tersisihkan. “Jadi Bayu ini butuh dukungan dan motivasi dari orang-orang terdekatnya,” ucap Andre.

Andre berpesan kepada Bayu dan Ibu Helma untuk terus semangat. Semangat dalam menjalani protokol kemoterapinya jangan sampai putus kembali dan untuk Ibu Helma selalu menjaga kondisi kesehatan. “Ibu Helma ini sangat luar biasa dia mendampingi Bayu 24 jam tanpa lelah. “Ini menjadi obat bagi Bayu jika Ibu semangat mendampingi Bayu,” tutup Andre.

Kett Foto: Metta Wulandari

Artikel Terkait

Relawan Tzu Chi Bogor Berkesempatan Berbakti Bukan Hanya Kepada Orang Tua Sendiri

Relawan Tzu Chi Bogor Berkesempatan Berbakti Bukan Hanya Kepada Orang Tua Sendiri

05 November 2021

Relawan Tzu Chi Bogor menjenguk Opa Joni di Panti Wreda Yayasan Karya Citra Lestari (YKCL).

Merayakan Waisak Bersama Akong dan Ama

Merayakan Waisak Bersama Akong dan Ama

25 Mei 2018
Bulan Mei merupakan bulan yang istimewa, karena pada bulan ini Yayasan Buddha Tzu Chi merayakan Waisak, Hari Ibu Internasional, dan Hari Tzu Chi sedunia. Pada Minggu 20 Mei 2018, anak-anak kelas budi pekerti Tzu Shao Men mengunjungi Panti Jompo Taman Bodhi Asri Binjai Medan, Sumatera Utara dalam rangka perayaan Waisak.
Meluangkan Waktu untuk Berbagi Kasih

Meluangkan Waktu untuk Berbagi Kasih

03 Mei 2018
Agenda rutin kegiatan sosial Tzu Chi Bandung terus bergulir, salah satunya adalah kunjungan kasih ke panti-panti sosial. Seperti pada Kamis 26 April 2018, Tzu Chi Bandung melakukan kunjungan kasih ke Panti Wreda Senjarawi.
Agenda rutin kegiatan sosial Tzu Chi Bandung terus bergulir, salah satunya adalah kunjungan kasih ke panti-panti sosial. Seperti pada Kamis 26 April 2018, Tzu Chi Bandung melakukan kunjungan kasih ke Panti Wreda SenjarawiAgenda rutin kegiatan sosial Tzu Chi Bandung terus bergulir, salah satunya adalah kunjungan kasih ke panti-panti sosial. Seperti pada Kamis 26 April 2018, Tzu Chi Bandung melakukan kunjungan kasih ke Panti Wreda Senjarawi.. 
Berlombalah demi kebaikan di dalam kehidupan, manfaatkanlah setiap detik dengan sebaik-baiknya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -