Jalannya sedikit berjingkat jingkat ketika relawan Tzu Chi menyambangi rumah Veky yang dipenuhi oleh gerobak berisi berbagai makanan jualan di perumahan BMP Harapan Jaya, Kota Bekasi. Meski suaranya sedikit agak lemah dan bernada pelan, namun ia mempersilahkan relawan Tzu Chi yang didampingi Ari (anak angkat Veky), keluar menuju teras rumahnya yang sebagian tertutup tenda untuk berjualan.
Veky Yohanes menerima kunjungan Denasari, relawan Tzu Chi dan menunjukkan lutut kaki kiri yang bengkak setelah jatuh di kamar mandi di pagi hari. Veky menderita kelainan jantung dan gula darah yang tinggi, hal ini membuat kondisi fisik Veky mudah lemas.
Veky Yohanes (57), berusaha duduk di kursi yang disediakan oleh Ari, beberapa gerobak dagang terparkir di halaman rumah yang sudah mulai tak terawat.
Warga sekitar biasa memanggilnya dengan sebutan Pak Veky. Jalannya memang tak lagi cekatan. Sejak sering jatuh di rumah, Veky berjalan agak pincang dan lambat. Hal ini disebabkan karena kadar gula darahnya yang tinggi dan ada kelainan jantung yang belum terobati sehingga ia sering mengalami jatuh tiba-tiba.
Veky menceritakan kondisi kesehatannya kepada Denasari. Veky tinggal Bersama Ari (anak angkatnya) yang masih bisa mengurus Veky untuk berobat jalan.
Denasari, relawan Komite Tzu Chi Kota Bekasi yang sejak 2018 mendampingi Veky mengatakan Veky menderita kelainan jantung dan diabetes. Tinggal sebatang kara dengan kondisi kelainan jantung dan diabetes membuat kondisi fisik Veky sangat memprihatinkan.
“Tadi pagi saya jatuh di kamar mandi. Kaki kiri saya sakit,” ujar Veky terbata-bata menyambut kedatangan relawan Tzu Chi.
Sudah beberapa hari lalu kondisi kesehatan Veky menurun, ia meriang, panas dingin, dan lemas. Menurut pengakuan Veky kadar gulanya bisa mencapai 500 Mg/dL, hal itu menyebabkan dirinya mudah lelah, lemas, tak bertenaga.
Veky bercerita sudah dibantu oleh Yayasan Tzu Chi sejak 4 tahun lalu. Awalnya Veky mendapat bantuan pengobatannya saja namun, karena Veky mengalami salah satu yang terdampak akibat pandemi ia mendapat bantuan biaya hidup dari Yayasan Tzu Chi.
Denasari memberikan paket sembako dan 10 Kg beras untuk kebutuhan Veky yang sangat terdampak pandemi Covid-19. Sudah 6 bulan Veky tidak berjulan gado-gado dan catering ke gereja-gereja.
“Perhatian Yayasan Tzu Chi sangat luar biasa, Yayasan Tzu Chi membantu siapa saja, tidak harus saya yang datang untuk mendapatkan bantuan tapi mereka (relawan Tzu Chi) datang ke sini, mereka (relawan Tzu Chi) lihat perkembangan saya, atau mereka telepon memberi perhatian lebih kepada saya, ini sangat luar biasa, saya sangat-sangat berterima kasih sekali kepada Yayasan Tzu Chi,” ungkap Veky.
Veky juga mengungkapkan segala usaha berjualannya berhenti total sudah hampir 6 bulan ini sejak pandemi. “Sebelumnya saya berjualan gado-gado, ketoprak, menerima catering untuk gereja-gereja, jualan kue, sekarang semuanya berhenti, nggak ada sama sekali pemasukan keuangan saya,” keluh Veky.
Veky mengungkapkan juga bahwa ia tinggal di rumah kontrakan ini dibantu oleh orang gereja. “Februari (lalu) sebenarnya kontraknya sudah habis karena yang punya rumah ini tidak memperpanjang lagi, jadi saya harus pindah,” ungkap Veky.
Di rumah kontrakannya tersebut Veky tinggal bersama Ari (anak angkatnya) dan dua orang lagi dari satu gereja.
Pada awal-awal pandemi Veky masih sempat berjualan gado-gado namun lama kelamaan jualan gado-gadonya berhenti karena pandemi.
Denasari, salah satu relawan Tzu Chi yang rutin satu bulan sekali datang berkunjung untuk membelikan obat untuk Veky mengatakan, Veky hidup sebatang kara dan butuh perhatian dan ada obat yang harus rutin dikonsumsi Veky. Tzu Chi membantu untuk membelikan obat untuk penyakit jantung dan diabetesnya yang tidak ditanggung oleh BPJS.
“Veky juga salah satu penerima gerobak Mi DAAI dan berjualan di sekolah, nah di saat pandemi ini sekolah sekarang beralih ke online, jadi dia tidak dagang lagi,” ungkap Denasari.
Selain itu Veky pernah berjualan gado-gado namun tidak berjalan lama karena pandemi. Tzu Chi memutuskan untuk memberi bantuan biaya hidup karena Veky hidup sebatang kara.
Denasari mengatakan setiap relawan datang pasti kondisi kesehatan Veky sedang menurun, seperti saat ini Veky baru saja jatuh di kamar mandi. “Dulu pernah begini juga waktu relawan datang kondisinya lagi demam tinggi, saya merasa karena kurangnya perhatian dari keluarga terdekatnya jadi kita kasian juga melihatnya,” tutur Denasari.
Di awal pandemi Veky menerima bantuan paket sembako untuk warga yang terdampak pandemi. Relawan Tzu Chi kota Bekasi berkesempatan memberikan paket sembako ke rumah kontrakan Veky.
Melihat kondisi Veky di hari tuanya yang sebatang kara tanpa keluarga, Denasari banyak belajar tentang kehidupan. “Dulu kehidupan Veky lumayan baik dan pernah hidup berkeluarga, namun di usia senja ini ia hidup tanpa keluarga. Di sini saya mendapat pelajaran berharga, saya teringat perkataan Master Cheng Yen dalam sebuah ceramahnya yang mengatakan baik-baiklah jadi orang, untuk ke depannya kita hidup tidak perlu khawatir, apa yang kita tanam kebaikan pasti akan kembali ke diri kita lagi,” ujar Denasari.
Di akhir kunjungannya Denasari menyerahkan bingkisan paket sembako dan beras kepada Veky dan langsung bergegas ke apotek terdekat untuk membelikan obat bagi Veky. Bersama dengan anak angkatnya (Ari) Denasari dengan cekatan mengendarai sepeda motornya menuju apotek.
Membantu orang yang kesusahan adalah persoalan besar dan berbuat kebajikan haruslah tanpa pamrih. Berapa pun sumbangsih yang bisa kita berikan inilah keindahan di dunia dalam menjalani kehidupan.
Editor: Metta Wulandari