Kisah Warga Perumahan Tzu Chi Tadulako

Jurnalis : Anand Yahya, Fotografer : Anand Yahya, Tan Surianto (He Qi Utara1)


Dr. Hasan, penghuni rumah di Blok. X 3 Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Tadulako, Kota Palu menerima kedatangan relawan Tzu Chi yang datang berkunjung. Hasan menghiasi halaman rumahnya dengan berbagai tanaman hias.

Dua tahun lebih sudah sejak serangkaian bencana alam melanda Palu, Sigi, dan Donggala di Sulawesi Tengah. Jejak-jejak luka yang diakibatkannya masih terlihat jelas. Di Kota Palu dan sekitarnya, berdasarkan pantauan saya, pada Sabtu (24/10/2020), reruntuhan bangunan masih teronggok di sejumlah titik. Di beberapa tempat, terlihat bangunan-bangunan baru, yang mungkin belum lama dibangun oleh para pemiliknya.

Jejak lebih nyata terlihat jika berjalan sedikit menjauh dari Kota Palu atau menuju Kabupaten Sigi. Di wilayah ini, masih jamak terlihat keberadaan hunian sementara (huntara) yang masih dihuni para korban bencana gempa, tsunami, dan likuefaksi pada September 2018 lalu. Mereka hidup bersama dengan sesama korban bencana hingga waktu yang belum ditentukan.

Rasa ketidakpastian untuk mendapatkan Hunian Tetap itu kini sedikit terobati dengan mulai dihuninya rumah yang dibangun oleh Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia di Tadulako, Kota Palu dan Pombewe, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.


Perumahan Cinta kasih Tzu Chi Tadulako didukung infrastruktur jalan yang luas dan tata letak pemukiman yang baik dan rapi.

Sejak bulan Agustus 2020, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia melalui Pemerintah Kota Palu mulai mengizinkan warga yang sudah terverifikasi dan tervalidasi datanya oleh BPBD Kota Palu dan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia untuk tinggal di Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Tadulako, Palu, Sulawesi Tengah.

Menindaklanjuti Pemerintah Kota Palu dan BPBD Kota Palu, pada 23 - 24 Oktober 2020, relawan Tzu Chi Jakarta melakukan pengundian nomor rumah tahap tiga. Ada 321 keluarga yang berlokasi di gedung balai warga yang berada di lingkungan Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Tadulako, Palu mengundi nomor rumah mereka.

Secara keseluruhan, dari total 1.500 unit rumah yang sudah dibangun di Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Tadulako Kota Palu, warga Kota Palu yang sudah mendapatkan rumah ada 1.363 unit rumah, sedangkan 137 unit rumah lainnya sedang dalam proses verifikasi dan validasi data oleh BPBD Kota Palu dan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia.


Geliat perekonomian warga di Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Tadulako mulai bangkit. Di setiap rumah yang dihuni, mereka mulai usaha berdagang kecil-kecilan.

Dr. Hasan, Aparatul Sipil Negara (ASN) di Kota Palu, salah satu penghuni rumah yang tinggal di Blok X 3 merasa berbahagia dengan kedatangan relawan Tzu Chi yang datang mengunjungi rumahnya. Relawan Tzu Chi pada sore hari itu sengaja berkeliling perumahan dan tertarik mengunjungi rumah Hasan. Rumah Dr. Hasan terlihat rapi dan bersih. Halaman depannya ia tanami dengan berbagai tanaman hias.

“Mari mampir, Bu…, kapan tiba di Palu,” sapa Dr. Hasan.

“Kita sudah dua hari di sini, sedang verifikasi tahap ketiga,” jelas Puspa, relawan Tzu Chi.

“Bagaimana Pak tinggal di rumah barunya, senang ya, dapat tetangga baru lagi ya,” tanya relawan lainnya.

“Alhamdulillah senang, Bu. Walau bagaimana pun ini kan pemberian orang (bantuan dari Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia) jadi patut kita syukuri dan kita jaga rumah ini,” jelas Dr. Hasan.

Pagar berbahan baja ringan menghiasi rumah Dr. Hasan. “Wah…, pagar rumahnya unik sekali, banyak tanaman dan bersih lagi,” puji Puspa. “Iyaa, Bu, ini pagar kita buat sendiri, kalau tidak dipagar habis tanaman kita dimakan sapi dan kambing,” jelas Dr. Hasan tersenyum.


Penataan halaman rumah dan pagar warga di Tadulako bermacam-macam, dari mulai tanaman hias hingga motif pagar rumah untuk mempercantik desain rumah.

Memang pada jam-jam tertentu, kawanan sapi dan kambing terkadang memasuki Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Tadulako. Oleh sebab itu mayoritas warga di Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Tadulako ini memagari rumahnya agar sapi dan kambing tidak memasuki pekarangan rumah.

Sejauh mata memandang, geliat roda kehidupan warga di Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Tadulako sudah bangkit dari keterpurukan. Warga terlihat sudah kembali bekerja seperti biasa, membuka usaha warung-warung kecil atau depo-depo air mineral isi ulang.

Artinya kehidupan ekonomi warga yang terdampak bencana 2 tahun lalu ini terlihat sudah mulai bangkit, walaupun saat ini di masa pandemi Covid-19 mereka saling menguatkan satu sama lainnya.

Dr. Hasan bersama ratusan penyintas lainnya menempati rumah di Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Tadulako yang dibangun oleh Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia dengan didukung oleh Sinar Mas (Eka Tjipta Foundation), Indofood, dan para donatur lainnya. Hasan mengaku sudah hampir 4 bulan, tepatnya di bulan Agustus 2020 menempati rumah ini.


Relawan Tzu Chi mengunjungi beberapa rumah warga yang sudah di huni. Harapan warga, air bersih menjadi prioritas utama bagi warga perumahan Tzu Chi Tadulako.

Sebelum menempati Huntap ini, Dr. Hasan tinggal di Huntara Batu Bata Indah di Petobo yang disediakan PUPR. Keluarga ini terpaksa mengungsi karena menjadi korban likuefaksi di Petobo.

Meski air bersih belum tersedia sempurna, tapi Hasan merasa kondisi rumah yang diberikan oleh Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia sudah sangat bagus, terlebih juga dilengkapi dengan 1 set ranjang susun, 1 set springbed ukuran queen, dan 1 set meja makan, dan perlengkapan kamar mandi. “Sudah lebih dari cukup, sangat rapi, dan infrastrukturnya juga sangat baik,” kata Hasan memuji.

Begitupun pemerintah kota Palu juga telah membuat akses jalan paving block, listrik, dan saat ini yang masih dilaksanakan pengerjaannya oleh Pemerintah Kota Palu adalah pengadaan air bersih.

 

Harapan Warga Perumahan Tzu Chi Tadulako

 

Relawan Tzu Chi juga mensosialisasikan cara mengelola sampah rumah tangga. Salah satunya dengan mengelola sampah sayuran dan buah-buahan bisa dijadikan Eco enzyme, sebagai pupuk dan pembersih rumah tangga.

 

Dr. Hasan dan keluarga sudah merasa nyaman tinggal di Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi, namun ia harus tetap beradaptasi lagi dengan lingkungan barunya. Karena lokasi perumahan ini masih gersang, pepohonan belum tinggi sehingga terasa panas jika siang hari. Sebaliknya, jika malam hari udara sangat sangat dingin karena lokasi perumahan yang berada di perbukitan.

 

Menurut pengakuan Dr. Hasan, warga di Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi ini sudah mulai kompak. “Sudah ada pertemuan-pertemuan antar warga di gedung balai warga, Pak Karjaya (Pengawas pembangunan rumah Tzu Chi -red) juga terus mengimbau kami untuk selalu membiasakan hidup bersih,” ujarnya.


Di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Tzu Chi Indonesia juga tengah membangun 500 unit rumah bagi korban gempa dan likuefaksi di Sigi.

Cerita lain datang dari Agustianto, pria berusia 46 tahun ini tinggal di Blok B-16, Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Tadulako. Agustianto berharap pemerintah pusat ataupun Pemkot Palu bisa mempermudah pemberian modal usaha bagi orang-orang seperti dirinya. Agustianto dulu berprofesi sebagai montir motor roda dua. Segala peralatan bengkel, dua kompresor dan 6 sepeda motor miliknya habis tertimbun lumpur akibat likuefaksi di Balaroa. "Sebenarnya saya itu ingin buka bengkel lagi untuk menghidupi keluarga. Istri saya pun ingin lagi membuka warung makan, ingin seperti dulu lagi, tapi terkendala,” katanya. Saat ini Agustianto bekerja serabutan, dan Helda (46), sang istri membuka warung kecil-kecilan di depan rumah.

“Selagi saya masih mampu bekerja, saya akan bekerja untuk menghidupi anak kami," tegasnya. Agus mensyukuri adanya sedikit pekerjaan memperbaiki rumah-rumah warga yang rusak. "Ada sedikit buat menafkahi keluarga, ada nukang renovasi atau perbaiki rumah. Alhamdulillah istri saya juga mulai berjualan kecil-kecilan, jadi kami sedikit-sedikit bangkitlah,” ucap Agustianto.

Editor: Hadi Pranoto


Artikel Terkait

Cemberut dan tersenyum, keduanya adalah ekspresi. Mengapa tidak memilih tersenyum saja?
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -