Kita Adalah Satu Keluarga

Jurnalis : Joliana (He Qi Barat), Fotografer : Bobby (He Qi Barat)

doc tzu chi

Minggu, 19 Februari 2017 para relawan dari Komunitas He Qi Barat yang berjumlah 35 orang  mengunjungi Panti Dorkas yang terletak di Tanah Abang, Jakarta. Mereka membagikan sepatu sekolah sebanyak 50 pasang.

Minggu, 19 Februari 2017 para relawan dari Komunitas He Qi Barat yang berjumlah 35 orang  mengunjungi Panti Asuhan Dorkas yang terletak di Tanah Abang, Jakarta. Kegiatan ini adalah pertama kalinya relawan mengunjungi Panti Dorkas. Berbeda dari kunjungan panti anak yang rutin diadakan pada pagi hari, kunjungan kali ini dimulai sore hari tepatnya jam 16.00 WIB.

Walaupun acara di mulai jam 4 sore, namun para relawan sudah berdatangan ke lokasi sejak pukul 14.30. Sebagian relawan ada yang sibuk di dapur untuk menyiapkan menu makan malam, sementara yang lainnya menyiapkan bingkisan, menata ruang kegiatan, dan lain-lain. Semua terlihat sangat antusias.

Relawan mengunjungi panti ini untuk berbagi cinta kasih dan perhatian kepada anak-anak, memberi semangat untuk rajin bersekolah dan tetap bersyukur atas segala kondisi yang ada saat ini,  serta  dapat menghibur anak-anak. Relawan juga memberikan games tebak kata, angka berantai, isyarat tangan Satu Keluarga, Rang Ai Chuan Chu Chi dan Apak Kan Zui Gu.


Sebagian relawan ada yang sibuk di dapur untuk menyiapkan menu makan malam, sementara yang lainnya menyiapkan bingkisan, menata ruang kegiatan, dan lain-lain.

doc tzu chi

Relawan mengunjungi panti ini untuk berbagi cinta kasih dan perhatian kepada anak-anak, memberi semangat untuk rajin bersekolah dan tetap bersyukur atas segala kondisi yang ada saat ini.

Bertemu Dengan Tzu Chi

Jodoh Tzu Chi dengan Panti Dorkas terajut sejak 13 tahun lalu yang dimulai dari dua kakak beradik bernama Sherly dan Octa. Karena permasalahan keluarga serta keterbatasan ekonomi menyebabkan Sherly dan Octa harus memupus mimpi mereka untuk dapat merasakan pendidikan yang baik. Namun semangat kedua gadis ini sangat tinggi, hingga akhirnya mereka memberanikan diri untuk melanjutkan pendidikan ke sekolah negeri tanpa pendampingan siapa pun. Kedua anak ini harus menerima keadaan berbeda dengan anak-anak seusianya, harus menahan lapar dan tetap beraktivitas.  Tak hanya itu, seusai jam sekolah mereka pun harus bekerja agar mendapatkan upah untuk membeli nasi bungkus.

Beragam pekerjaan pun dilakoni, mulai dari membersihkan rumah, mencuci baju, belanja, hingga memandikan hewan peliharaan. Menjadi pemulung pun pernah dijalani oleh kedua gadis belia ini. Rumah kosong tempat tinggal mereka terkadang dijadikan tempat berkumpulnya pemuda-pemuda yang bermain judi atau mabuk-mabukan (minum alkohol dan sejenisnya), sehingga mempengaruhi kepribadian kedua anak ini. Mereka pun belajar dengan hanya di terangi sebatang lilin pada malam hari. Untuk menghemat buku tulis, mereka menggunakan buku yang dimiliki hingga beberapa kali.

Hingga suatu ketika bertemu dengan salah seorang relawan Tzu Chi, Suparman. Akhirnya Suparman membawa mereka ke Panti Dorkas dan secara berkala melakukan kunjungan kasih ke Panti Asuhan Dorkas. Tak hanya untuk mengetahui kondisi kedua anak asuh tersebut, tetapi juga menjalin jalinan jodoh baik dengan penghuni panti lainnya. Pemberian paket alat tulis, alat mandi, hingga pemberian motivasi dan budaya humanis pun relawan berikan secara berkala.

Suparman (kanan), salah satu relawan Tzu Chi yang menjalin jodoh baik dengan Panti Asuhan Dorkas. Ia memberikan sharing motivasi untuk anak-anak di panti.


Jovanca bersama saudara-saudaranya yang dititipkan oleh ibunya di Panti Dorkas lantaran keterbatasan biaya hidup.

Kini Sherly dan Octa  sudah mulai beranjak remaja. Octa pun sedang menjalani pendidikan akuntasi di Universitas Trisakti, Jakarta Barat. Sedangkan adiknya, Sherly sedang menuntut ilmu farmasi di Kelapa Gading. Berkat motivasi serta pendampingan dari relawan Tzu Chi selama ini telah menjadikan mereka sosok yang mandiri. Walaupun kini mereka masih harus hidup serba keterbatasan, namun mereka mencoba berjualan snack dan pulsa untuk menutupi pengeluaran sehari-harinya. “Yah, senang lihat mereka bisa sampe kuliah. Terharu juga ga terasa sudah dampingin mereka belasan tahun sudah seperti keluarga sendiri,” ujar Suparman.

Sementara itu anak panti lainnya, Jovanca (9) sudah dua tahun ini tinggal di Panti Dorkas. Dia bercerita bahwa ibu dan neneknya tinggal di Bogor. Jovanca anak ketiga dari 5 bersaudara. Karena kondisinya yang tidak memiliki ayah, maka ibunya harus menjadi tulang punggung keluarga. Karena tidak ada yang menjaga Jovanca maka dtitipkanlah di panti ini. Sama halnya dengan Devina (9) serta ke dua kakak dan adiknya yang dititipkan ibunya  di Panti Dorkas.

Kegiatan hari ini diramaikan dengan kehadiran 25 murid dan 10 orang tua murid  dari  sekolah Santa Laurencia, Serpong, Tanggerang. Dari awal hingga akhir kegiatan, semua yang hadir turut berkegiatan bersama. Semua saling berinteraksi dengan bahagia. Kita semua adalah satu keluarga. Acara pun diakhiri dengan makan malam bersama dan pembagian sepatu sekolah sebanyak 50 pasang serta paket susu, biskuit, buku, dan alat tulis  untuk semua anak. 


Artikel Terkait

Kita Adalah Satu Keluarga

Kita Adalah Satu Keluarga

28 Februari 2017

Relawan mengunjungi panti ini untuk berbagi cinta kasih dan perhatian kepada anak-anak, memberi semangat untuk rajin bersekolah dan tetap bersyukur atas segala kondisi yang ada saat ini,  serta  dapat menghibur anak-anak. Kunjungan diadakan pada tangga 19 Februari 2017.

Setiap manusia pada dasarnya berhati Bodhisatwa, juga memiliki semangat dan kekuatan yang sama dengan Bodhisatwa.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -