Kita Pasti Bisa

Jurnalis : Veronika Usha, Fotografer : Veronika Usha
 
 

foto Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Liu Su Mei berharap agar para anak asuh dapat terus meningkatkan prestasi mereka.

Gathering anak asuh Tzu Chi diisi dengan pengenalan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia dan kegiatan-kegiatannya. Selain itu, tayangan-tayangan mengenai mantan pasien Tzu Chi yang kini turut bersumbangsih dalam celengan bambu telah memberi inspirasi kepada para anak asuh untuk mulai menyisihkan rezeki mereka untuk berbagi dengan orang lain. Demikian kisah Firmansyah:

 

Anak Asuh Tzu Chi
Namaku Firmansyah, bersama dengan kakak ketigaku Awaluddin, hari ini aku mengikuti Gathering Anak Asuh Tzu Chi yang diadakan di Ruang Serbaguna RSKB Cinta Kasih Tzu Chi, Cengkareng. Biasanya, kegiatan gathering seperti ini diadakan di Kantor Yayasan Buddha Tzu Chi di ITC Mangga Dua, namun kali ini rasanya sungguh berbeda.

Menurut Kak Awaluddin, kami berada di sebuah aula besar yang dilengkapi dengan sebuah panggung, dan dua layar yang besar. Ratusan bangku pun sudah disusun begitu rapinya, bahkan di sisi kanan ruangan itu terdapat pula susunan bangku yang melingkar, seolah memang sudah dipersiapkan untuk tempat berdiskusi bersama kelompok. “Tempat ini besar dan bagus sekali, Man,” tutur kakak kagum. Melalui Kakaklah aku dapat membayangkan bagaimana rupa aula yang terasa cukup dingin ini. Kecacatan pada kedua mataku yang memang tidak terjadi sejak aku lahir, membuat aku masih bisa membayangkan seperti apa kondisi ruangan tersebut.

Lebih kurang 4 tahun lalu aku mulai tidak bisa melihat. Awalnya aku memiliki sepasang mata yang sehat, namun karena sering menonton televisi terlalu dekat perlahan fungsi kerja mataku mulai menurun. Terlebih kebiasaan sering begadang semakin memperparah kondisi mataku. Menurut dokter yang pernah memeriksanya aku divonis katarak, tapi sayang katarak yang aku derita ternyata cukup parah sehingga sudah tidak lagi dapat disembuhkan.

foto   foto

Keterangan :

  • Dalam acara gathering kali ini, para anak asuh mendapatkan banyak informasi mengenai Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia dan kegiatan-kegiatan sosial yang telah dilakukannya. (kiri)
  • Anak-anak juga diajak untuk mulai melakukan kebajikan. Karena perbuatan yang kecil dapat menjadi perbuatan yang besar bila dilakukan bersama-sama. (kanan)

Jujur, kondisi ini tentunya sempat membuat aku terpukul, namun dukungan dari keluarga dan teman-teman, akhirnya membuat semangatku bangkit kembali. Jadi walaupun aku mengalami kecacatan, aku masih bisa bersekolah di sekolah umum. Hal ini tentunya tidak terlepas dari bantuan teman-temanku. Mereka selalu membantu aku untuk membacakan PR (pekerjaan rumah), sehingga aku bisa memindahkannya ke tulisan braile, dan kami juga memiliki kelompok belajar yang selalu membahas pelajaran yang kami terima di sekolah.

Sudah sekitar satu tahun ini, aku mendapatkan bantuan dana dari Yayasan Buddha Tzu Chi  untuk biaya sekolahku di SMA Darul Maaruf. Maklum saja, biaya pengeluaran untuk kelas tiga memang cukup besar, terlebih pekerjaan ayahku yang seorang buruh, hanya cukup untuk biaya kami makan. Sejak ibu meninggal (sewaktu Firmansyah masih balita -red), ayah sudah menjadi orang tua tunggal bagi kami ketujuh anaknya, oleh karena itu aku berusaha untuk meringankan beban ayah dengan mencari beasiswa.

Suntikan Semangat Baru
Banyak hal positif yang aku peroleh dengan mengikuti kegiatan ini. Di sini aku bisa mendapatkan beragam informasi mengenai Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia secara mendalam. Melalui acara ini pula aku tahu bahwa berdana tidak hanya kesempatan bagi mereka yang memiliki uang saja, aku pun pasti bisa melakukannya.

foto  foto

Keterangan :

  • Aditia, salah seorang anak dari almarhumah Ibu Enjah (pasien Tzu Chi) mengungkapkan penyesalannya karena belum bisa membahagiakan sang ibu semasa hidupnya. (kiri)
  • Walaupun hidup dalam keterbatasan (menderita kebutaan) Firmansyah tidak pernah merasa rendah diri, dan selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik dalam pendidikannya. (kanan)

Dalam acara ini aku juga seolah mendapatkan suntikan semangat baru. Terlebih ketika aku mendengarkan cerita dari Aditia (salah satu anak dari almarhumah Enjah -red), tentang rasa penyesalannya karena belum bisa membahagiakan orang tuanya, hingga ibunya meninggal. Aku sangat tersentuh, saat itu juga aku menyadari harus segera membalas jasa ayah selama beliau masih ada. Aku pun berjanji untuk tidak mengecewakan ayah dan harus bisa membanggakan beliau, meski berada dalam kondisi keterbatasan fisik seperti ini.

Tidak hanya itu, aku juga bisa berkumpul bersama teman-teman anak asuh yang lain dan beberapa kakak kelas dari Tzu Chi yang berprestasi. Di sana aku bisa sharing mengenai pengalaman dan semua kesulitan yang kuhadapi saat harus bersekolah di sekolah umum dengan kondisi penglihatanku. Mereka memberikan banyak sekali masukan positif. Mereka juga sangat terbuka apabila aku mengalami kesulitan dalam pelajaran dan membutuhkan bantuan dari para kakak kelas, maka mereka tidak keberatan untuk membantu.

Dengan tekad yang teguh, usaha pantang menyerah, dan dukungan dari semua orang-orang di sekitarku, aku yakin aku pasti bisa mewujudkan cita-citaku dan membantu sesama sesuai kemampuanku.

  
 

Artikel Terkait

Anugerah Peduli Pendidikan untuk Tzu Chi

Anugerah Peduli Pendidikan untuk Tzu Chi

30 September 2010
"Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia adalah salah satu organisasi keagamaan yang juga memiliki kepedulian tinggi terhadap kemanusiaan," kata Mendiknas, Muhammad Nuh dalam acara “Anugerah Peduli Pendidikan”.
Penutupan Kelas Bimbingan Budi Pekerti di Kota Medan

Penutupan Kelas Bimbingan Budi Pekerti di Kota Medan

25 November 2021

Tak terasa kita hampir sampai di penghujung tahun 2021. Acara Penutupan Kelas Bimbingan Budi Pekerti Tzu Chi Medan tahun ajaran 2021 pun diadakan pada 14 November 2021.

Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-135 :  Janji Seorang Ibu yang Akhirnya Terpenuhi

Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-135 : Janji Seorang Ibu yang Akhirnya Terpenuhi

30 November 2022
Ada pemandangan tak biasa di Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-135. Jika biasanya pasien operasi bibir sumbing umumnya anak-anak, kali ini ada pasien yang sudah berusia 29 tahun, M. Eryan Wahyudi namanya. 
Keharmonisan organisasi tercermin dari tutur kata dan perilaku yang lembut dari setiap anggota.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -