Kita Semua Belajar

Jurnalis : Riana Astuti, Fotografer : Lina (relawan Aceh), Riana Astuti, Halim Ong (He Qi Barat)

Fenny Fergie (biru putih) Koordinator relawan Aceh bersama anggota TNI  memberikan pengarahan pada pasien baksos yang sudah menunggu.

Tsunami Aceh mengajarkan banyak hal terlebih mengajarkan bagaimana cara untuk bisa bertahan hidup, cara untuk bisa menerima kenyataan dan yang lebih penting adalah bersyukur. Meskipun ditempa cobaan berat, warga Aceh tidak sendiri. Tiap insan di seluruh penjuru dunia bersama merangkul mereka (korban) untuk meringankan beban. Yayasan Buddha Tzu Chi ikut berperan aktif dalam membantu memulihkan Aceh, upaya yang dilakukan seperti, menenteramkan raga, menenteramkan hati, dan memulihkan kehidupan. Tahapan menuju perubahan baik untuk warga Aceh dilakukan Tzu Chi dengan setulus hati. Setahun pasca Tsunami Aceh relawan Tzu Chi mengadakan baksos kesehatan untuk warga. Upaya yang dilakukan memiliki tujuan yang sangat mulia. Tim TIMA yang di dalamnya terdapat dokter, perawat, apoteker beserta dengan relawan telah siap untuk memberikan pelayanan medis terbaik.

Bertempat di Rumah Sakit IM Kesdam, Banda Aceh warga berdatangan untuk mengikuti baksos kesehatan ini. Antusisme warga saat itu cukup baik apalagi mereka harus memulihkan kondisi baik dari segi financial maupun kesehatan. Setelah 9 tahun baksos kesehatan berlalu kini Tzu Chi kembali mengadakan kegiatan sosial ini dan masih ditempat yang sama dengan program pengobatan yang sama pula. Baksos digelar pada 5-6 Desember 2014, segala persiapan dilakukan lebih awal. Koordinasi sangat diperlukan baik dari anggota TIMA, bagian logistik, tim medis bahkan relawan.

Setelah memberikan formulir, pasien langsung didampingi oleh relawan untuk segera masuk ke dalam rumah sakit.


Relawan pendamping turun langsung membimbing pasien katarak pasca operasi menuju ruang pemulihan

Baksos ini merupakan kegiatan yang bermanfaat terutama pada relawan Aceh sendiri. berlangsungnya kegiatan ini, relawan Aceh mendapat banyak pelajaran seperti, bekerjasama dengan sesama relawan, tata cara membuat kegiatan baksos mulai dari persiapan, kegiatan dimulai hingga kegiatan usai. “Hal paling berharga ketika mengadakan baksos di Aceh kembali adalah sudah banyak perubahan di Aceh sendiri.  Tidak hanya kondisi Aceh saja yang berubah namun relawan Aceh pun perlu mendapat bimbingan serta arahan agar sama-sama bisa belajar dalam mengadakan baksos,” Fenny Fergie selaku koordinator Relawan Tzu Chi Aceh.

Para tim medis Tzu Chi (TIMA) melakukan pemeriksaan Mata pada pasien sebelum menjalani operasi
Menyelami Pengetahuan Baru

Fenny Fergie salah seorang relawan Tzu Chi Aceh sangat bersyukur dengan adanya acara ini partisipasi relawan Tzu Chi begitu besar. Relawan yang datang berasal dari Jakarta, Medan dan Lhokseumawe. “Saya sangat senang dengan adanya kegiatan ini. Semua relawan yang datang serta tim medis menangani pasien dengan cekatan dan sangat hati-hati. Melihat pasien yang datang dengan keluhan penyakit yang diderita kemudian dapat pulang dengan tersenyum memberikan kedamaian batin,” papar Fenny.

Selain dapat mengobati pasien yang sakit, ternyata baksos ini pun dapat memperkenalkan Tzu Chi kepada warga Aceh. Perhatian Tzu Chi sangat besar, tidak hanya membangunkan rumah saja bagi para korban tsunami 10 tahun lalu, namun pada saat ini pun uluran kasih Tzu Chi untuk warga Aceh. “Saya sangat terharu sekali kedatangan Tzu Chi sangat membantu kami di sini, baik dari warga Aceh sendiri maupun relawan yang ada di Aceh. Meskipun di Aceh sudah ada Jaminan Kesehatan Aceh (JKA) untuk seluruh warga Aceh namun Tzu Chi memiliki tempat sendiri,” ungkap wanita berkulit putih ini. Kedatangan relawan dari daerah lain pun menjadi dapat menjadikan semangat bagi relawan Aceh. Relawan dapat saling berbagi ilmu dan bertukar pikiran sehingga pengalaman yang diberikan dapat dijadikan inspirasi dan pelajaran berharga untuk ke depannya.

Tim TIMA memeriksa mata pasien baksos.


Artikel Terkait

Kerisauan dalam kehidupan manusia disebabkan dan bersumber pada tiga racun dunia, yaitu: keserakahan, kebencian, dan kegelapan batin.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -