Komitmen kepada Kemanusiaan dan Sesama
Jurnalis : Himawan Susanto , Fotografer : Himawan Susanto * Abdul Rozak Baasyir, seorang relawan pendamping program Bebenah Kampung Pademangan sedang berbincang-bincang dengan Agus Yatim. Agus adalah salah satu penerima bantuan Bebenah Kampung yang kini telah bergabung dalam barisan relawan Tzu Chi Indonesia. | Merupakan suatu berkah apabila sesama manusia dapat saling menghargai dan saling bersyukur. Pagi itu, pukul 08.00 WIB, di hari Jumat yang cerah, saya ditemani oleh Abdul Rojak Baasyir, relawan Tzu Chi yang bertugas menjadi pendamping program Bebenah Kampung di Pademangan Barat, Jakarta Utara, datang berkunjung ke rumah Ustadz Agus Yatim, seorang peserta Bebenah Kampung. Setibanya di sana, istri pak ustadz mengatakan bahwa pak ustadz masih mengikuti rapat membahas acara takbir akbar di rumah seorang ulama. Maka, kami pun sejenak menunggu di ruang tamu. |
Di halaman rumah, teronggok sebuah meja panjang yang di atasnya terdapat sebuah etalase kaca berbentuk persegi panjang. Di atas etalase itu, terpampang sebuah kain putih polos yang di dalamnya tertera sebuah tulisan besar “Soto Ayam”. Rupanya, untuk menambah penghasilan sehari-hari, istri pak ustadz berjualan soto. Dahulu, sebelum rumah mereka dibedah, keluarga ini sehari-hari berjualan gado-gado. Tak lama, pak ustadz pun datang dan menyalami kami. “Bagaimana kabarnya nih?” tanyanya kepada kami. “Baik-baik, Pak Ustadz,” jawab kami. Tak seberapa lama, Abdul Rojak berpamitan meninggalkan saya dan Ustadz Agus karena harus segera ke Kapuk Muara meninjau Sekolah Al-Muttaqin di sana. Tzu Chi, Bukan Sesuatu yang Baru Sukses dengan program pertama, Tzu Chi berkordinasi dengan Kelurahan Pademangan Barat kembali melanjutkan program Bebenah Kampung. Saat itu, Lurah Pademangan Barat pun meminta diri Agus untuk membantu dalam program ini. Bahkan, Lurah pun kemudian meminta dirinya mendaftarkan diri menjadi salah satu pesertanya. Mendengar permintaan ini, Agus memberanikan diri bertanya kepada lurah. Apakah boleh jika ia pun mengajukan orang lain selain dirinya yang memiliki rumah tak layak, tanyanya waktu itu. Mendengar pertanyaan itu, lurah pun meluluskan permintaannya. “Saya ga mau saya sendiri yang mendapatkan,” ujarnya. Untuk itu, ia pun membicarakan hal ini dengan ketua RT setempat. Segera setelah itu, ia pun mempersiapkan administrasi kelengkapan para peserta Bebenah Kampung. Ketika itu, dari 12 rumah yang diajukan, 10 di antaranya telah selesai dibenahi. Sementara, 2 rumah lainnya belum mendapatkan bantuan karena tidak adanya pemilik rumah saat survei dilakukan. Ket : - Dengan mengendarai sepeda motor, Abdul Rozak Baasyir mengunjungi rumah Agus Yatim yang kini tak lagi Dari program ini, perlahan Agus pun mengenal Tzu Chi. Apalagi ia sangat berkesan dengan relawan Tzu Chi saat Yoppie Shixiong melakukan survei ke rumahnya. “Dibawa ngobrolnya enak,” pungkasnya. Dari Yoppie, Agus mendapatkan penjelasan bahwa jangan berharap keputusan dibenahi akan datang darinya. “Semua keputusan di tangan Tuhan Yang Maha Esa,” ujar Agus mengingat ucapan yang disampaikan Yoppie Shixiong. Agus pun kemudian membagikan informasi yang didapatnya ini kepada para peserta lain yang disurvei. Saat program Bebenah Kampung Tzu Chi diadakan, masyarakat Pademangan Barat sempat bertanya-tanya apakah latar belakang kegiatan ini? Adakah tujuan selain misi sosial semata? Karena itu, Agus mewakili masyarakat menanyakan perihal ini saat relawan Tzu Chi mengadakan sosialisasi celengan bambu di kantor kelurahan Pademangan Barat. Saat itu, dahaga dan rasa keingintahuan masyarakat pun terjawab. Tidak ada misi apa pun selain misi sosial cinta kasih yang dilakukan oleh Tzu Chi. Karena itu, Agus pun lalu bergabung menjadi peserta program celengan bambu Tzu Chi. Dan tidak hanya itu, ia juga turut membantu mengkoordinir para peserta Bebenah Kampung yang tergabung dalam program celengan bambu. Bisa dibilang, rumahnya menjadi pusat celengan bambu di sekitar lingkungannya. Bahkan, ia kini juga telah terdaftar menjadi donatur bulanan Tzu Chi. Setelah Membuktikan Sendiri Baru Jadi Relawan Di sela-sela waktunya yang masih padat, kini ia juga berkomitmen untuk menyiapkan hari Sabtu dan Minggu sebagai harinya untuk Tzu Chi. Saat ini, ia juga telah mengajak 12 orang peserta Bebenah Kampung dan 2 orang yang bukan, mendaftarkan diri menjadi relawan Tzu Chi. Tak mengherankan, jika banyak orang telah menganggapnya orang Tzu Chi. Saat Pademangan kebakaran belum lama ini, beberapa warga yang rumahnya terbakar sempat mendatangi dan meminta bantuan kepadanya. “(Saya) katakan di Tzu Chi itu ada prosedur yang harus dijalani dalam proses pemberian bantuan. Jadi saya tidak menjanjikan apapun kepada mereka,” jelasnya. Ket : - Istri Agus Yatim memberitahukan Abdul Rozak Baasyir bahwa suami sedang mengikuti rapat di masjid. Sosok yang Berbeda “Perbedaan yang (saya) lihat, jika dahulu lebih condong keagamaan, kini setelah mengenal Tzu Chi, ia lebih ke sosial tanpa meninggalkan keagamaannya,” jelas Rojak. Walaupun hidupnya didedikasikan untuk membantu orang di sekelilingnya, ia pun tak alpa membantu keluarga terdekatnya. Saat liver sang mertua mengalami penyumbatan, setelah berkonsultasi dengan anggota keluarga lain, mereka pun mengajukan permohonan bantuan pengobatan kepada Tzu Chi. Di saat itu juga, ia kembali mengingatkan anggota keluarganya bahwa kepastian mendapatkan bantuan pengobatan atau tidak tergantung kepada Tuhan Yang Maha Esa. “Agar mereka tidak berharap terlalu banyak dan akhirnya kecewa,” paparnya. Namun dewi fortuna rupanya melingkupi ayah mertuanya. Ia mendapatkan bantuan pengobatan dari Tzu Chi. Namun di tengah masa pengobatan, mertuanya memutuskan berhenti dan menjalani pengobatan di rumah. “Setelah berkonsultasi dengan keluarga besar dan juga adanya masukan dari Ibu Lulu, kami memutuskan untuk ikhlas pasrah. Perawatan di rumah saja. Kasihan melihat kondisi mertua yang seluruh tubuhnya harus dimasukin berbagai macam alat kalau di rumah sakit,” ujarnya. “Jika terus dirawat di rumah sakit sama aja membunuh orangtua pelan-pelan. Lebih baik sakit karena dicabut nyawa daripada sakit sebelum dicabut nyawanya,” tambahnya. Kepeduliannya kepada tokoh masyarakat ia wujudkan dengan mengajukan kembali Jupri, seorang sesepuh kampung Pademangan yang gagal dalam program Bebenah Kampung pertama di periode selanjutnya. Tanpa terasa, perbincangan saya yang hangat dengan Ustadz Agus telah lebih satu jam berlalu. Apalagi tak lama kemudian, dua orang tamu datang bertandang. Telah tiba waktunya bagi saya untuk berpamitan, menggoreskan kisah Ustadz Agus yang memiliki komitmen kepada kemanusiaan dan sesama ini, serta membagikannya kepada Anda semua. Saat materi menjadi ukuran keberhasilan, Ustadz Agus mengajarkan kita bahwa kepedulian kepada sesama tetap senantiasa ada di hati setiap manusia. | |