Kompos untuk Masyarakat Mandiri

Jurnalis : Apriyanto, Fotografer : Apriyanto
 
foto

* Agus Yatim (kanan) sangat menyambut baik program pengolahan sampah rumah tangga menjadi kompos, karena selain dapat mengurangi sampah juga dapat membuka lapangan kerja.

Kelurahan Pademangan Barat, Jakarta Utara adalah daerah yang masuk dalam lingkungan yang padat penduduk. Berdasarkan data kelurahan, daerah ini dihuni oleh 61.851 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 17.628. Sebagain besar mata pencaharian warga adalah berdagang, selebihnya bekerja sebagai karyawan. Bila dilihat lebih dalam, masyarakat Pademangan barat masih banyak yang berada dalam garis kemiskinan. Persoalan yang dihadapi pada daerah ini adalah padatnya pemukiman, kebersihan, dan banjir pada musim-musim tertentu.

Bebenah Kampung Tzu Chi
Melihat kondisi yang padat dan selalu mengalami kebanjiran, maka Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia terdorong untuk memberikan bantuan dalam bentuk pembangunan rumah bagi warga yang rumahnya dinilai tidak layak. Pada bulan Febuari 2008, program Bebenah Kampung mulai dijalankan oleh Tzu Chi. Hingga saat ini, tahun 2009, total rumah yang telah dibangun adalah 167 rumah dari 200 rumah yang ditargetkan akan dibangun.

Lebih dari 80% rumah-rumah yang terdata telah dibangun. Pembangunan rumah ini pun telah memberikan perubahan di beberapa sisi kehidupan warga. Salah satunya dengan adanya perbaikan rumah, beberapa warga kini dapat menggunakan tempat tinggalnya untuk berdagang. Beberapa orangtua menuturkan, setelah rumahnya dibedah kini anak-anaknya bisa belajar dengan baik. Kehadiran Tzu Chi dalam program bebenah kampung juga membuat warga lebih mengenal akan budaya kemanusian, yaitu berbagi kepada sesama. Dengan masuknya program ini, setidaknya warga diajari kebiasaan menyisihkan rezeki ke dalam celengan bambu untuk diteruskan kepada oranglain yang lebih membutuhkan.

Solusi untuk Sampah Warga
Meski program bebenah kampung telah menumbuhkan sisi kemanusiaan warga, tetapi permasalahan klasik kehidupan perkotaan masih belum bisa teratasi sepenuhnya, salah satunya sampah. Sampah masih menjadi persoalan yang mendasar bagi wilayah Pedemangan Barat. Berdasarkan pada prinsip Jakarta yang hijau, maka Tzu Chi bersama-sama dengan Lurah dan warga mencetuskan ide untuk mengolah sampah rumah tangga menjadi yang lebih berguna, yakni kompos. Menurut Yopie Budiyanto, relawan Tzu Chi, saat ide ini disampaikan kepada Purnomo, Lurah Pademangan Barat, ia menyambutnya dengan antusias. Bahkan untuk mendukung program kompos ini Purnomo menyediakan sebidang lahan yang bisa digunakan sebagai tempat untuk pengolahan kompos. Atas dukungan dana dari Tzu Chi, maka sebidang tanah itu kini telah berubah menjadi rumah kompos, lengkap dengan mesin pencacah sampah dan palet-palet untuk memfermentasikan kompos.

Kompos adalah pupuk yang berasal dari sisa tumbuhan yang telah membusuk atau kotoran hewan yang memiliki kandungan yang berguna bagi tanah dan tumbuhan. Dilihat dari pembentukannya, kompos dibagi menjadi dua, yaitu: kompos yang terbentuk secara alamiah dan kompos yang terbentuk dengan bantuan campur tangan manusia.

foto  foto

Ket : - Menurut Wagirun, dengan bantuan cacing maka pupuk kompos yang dihasilkan akan jauh lebih berkualitas
           daripada pupuk kompos biasa yang diurai tanpa bantuan cacing. Sebab lendir dan kotoran cacing yang
           menyatu dalam pupuk akan mampu menyuburkan tanah. (kiri)
         - Sampah rumah tangga yang telah dicacah digerai diatas palet, baru kemudian diurai dengan bantuan
           cacing. (kanan)

Pada prinsipnya semua sisa tumbuhan yang dapat membusuk dapat dijadikan kompos, dan limbah rumah tangga sangatlah berpotensi untuk diolah menjadi kompos. Agus Yatim, relawan Tzu Chi yang bertugas sebagai koordinator pengolahan sampah rumah tangga menyambut baik program ini, sebab selain mampu menunjang penghijauan wilayahnya dengan program ini juga dapat membuka lapangan kerja. Selain itu, program ini merupakan bagian dari kegiatan sosial. Menurutnya, sebagian dari hasil penjualan pupuk nantinya akan digunakan untuk kegiatan-kegiatan sosial atau pembangunan sarana umum. “Insya Allah dananya ini nanti untuk dana kesosialan. Bisa membantu membedah rumah kelanjutan dari Tzu Chi, ada cita-cita begitu. Atau mungkin ada gorong-gorong atau jalan-jalan yang perlu kita perbaik,” terang Agus.

Karena hal ini pula, Wagirun salah satu warga Pademangan Barat termotivasi untuk membantu menyukseskan program kompos ini. Dengan segudang pengalamannya sebagai Ketua Asosiasi Vermi Indonesia, Wagirun banyak memberikan pengetahuan teknis dalam pengolahan sampah rumah tangga menjadi kompos organik.

Memanfaatkan Cacing Sebagai Komposter
Menurut Wagirun, dengan cacing, maka pupuk kompos yang dihasilkan akan jauh lebih berkualitas dari pada pupuk kompos biasa yang diurai tanpa bantuan cacing. Sebab lendir dan kotoran cacing yang menyatu dalam pupuk akan mampu menyuburkan tanah, bahkan mampu mengembalikan derajat keasaman (pH) tanah yang telah mengalami kerusakan.

Cacing yang digunakan untuk proses komposter ini adalah cacing Lumbricus Rubellus yang berasal dari Eropa dengan sifatnya yang khas mampu menetralisir zat-zat kimia yang terkandung dalam limbah dan mangubahnya menjadi mineral yang berguna bagi kesuburan tanah dan tanaman.

Untuk proses pembuatan kompos, Wagirun menjelaskan awal mulanya limbah rumah tangga yang telah dipisahkan menjadi sampah basah digiling dengan menggunakan mesin cacah. Setelah itu, sampah basah ini diperas dan airnya difermentasikan kembali untuk dijadikan pupuk cair, sementara ampasnya digerai selama beberapa hari untuk menghilangkan kadar air. Setelah mengering, sampah yang telah kering ini ditebari cacing (Lumbricus Rubellus) dengan perbandingan 1 kg cacing dengan 1 kg sampah. Dengan bantuan cacing, maka fermentasi sampah rumah tangga menjadi pupuk kompos hanya membutuhkan waktu selama 1 bulan. Indikasinya adalah bila sampah yang telah diberi cacing telah terurai dengan sempurna. Wagirun menamai kompos ini dengan sebutan kompos organik “kascing” (kompos organik bekas cacing).

foto  foto

Ket : - Cacing Lumbricus Rubellus dengan sifatnya yang khas mampu menetranlisir zat-zat kimia yang terkandung
           dalam limbah dan mangubahnya menjadi meneral yang berguna bagi kesuburan tanah dan tanaman. (kiri)
         - Setelah terurai sempurna oleh cacing selama kurang lebih satu bulan, sampah organik sudah bisa diayak
           untuk kemudian menjadi pupuk kompos. (kanan)

Bila program ini berhasil, Wagirun berharap agar program ini dapat dijadikan percontohan bagi kelurahan lain di Jakarta bahkan di Indonesia, karena bukan hanya di Indonesia tetapi di seluruh dunia sampah menjadi masalah. Yopie Budiyanto, relawan Tzu Chi menambahkan bahwa program kompos ini merupakan rencana jangka panjang Tzu Chi untuk membebaskan daerah Pademangan dari sampah dan menciptakan penghijauan. Dengan berjalannya program ini, Agus Yatim juga menggantungkan harapan agar bisa memberikan manfaat yang nyata bagi warga Pademangan Barat khususnya. “Dengan adanya rumah kompos, Insya Allah mudah-mudahan Pademangan barat menjadi hijau, kemudian ibu-ibu rumah tangga sudah sadar dengan sampah basah, bisa diantar ke depo atau menitipkannya pada petugas sampah,” harapnya.

Setidaknya setelah program daur ulang sampah mulai disosialisasikan kepada warga oleh Lurah Pedemangan Barat, warga menyambutnya dengan baik, terbukti dengan mudah sampah-sampah basah terkumpul di tempat penampungan sampah. “Alhamdullilah setelah Pak Lurah melakukan sosialisasi, satu hari bisa terkumpul 3 gerobak sampah berisi sampah basah,” kata Agus senang.

Sampah memang selalu menjadi permasalahan perkotaan saat ini, tetapi dibalik itu ada banyak manfaat yang bisa didapat dari samaph itu sendiri. Salah satunya adalah pemanfaatan sampah untuk dijadikan pupuk kompos, bioarang, atau biogas. Sesungguhnya sampah yang diolah dengan baik dapat memberikan manfaat yang berguna bagi kehidupan manusia, tinggal saja bagaimana kepedulian kita untuk menanganinya dan mengolahnya dengan sepenuh hati. “Permasalahan sampah adalah permasalahan kita semua dan permasalahan dunia,” kata Wagirun.

 

Artikel Terkait

Suara Kasih : Memurnikan Hati dan Pikiran

Suara Kasih : Memurnikan Hati dan Pikiran

11 Mei 2011
Kita sungguh harus mengubah pola pikir yang salah dan bertekad untuk giat melatih Empat Sifat Luhur. Untuk mengubah pikiran dan pandangan salah, kita harus berperilaku baik dan berjalan di jalan yang benar..
Kebajikan dalam Sekantong Darah

Kebajikan dalam Sekantong Darah

11 Januari 2016

Pada tanggal 17 Desember 2015, Tzu Chi Perwakilan Sinar Mas mengadakan kegiatan donor darah. Kegiatan ini berhasil mengumpulkan sebanyak 351 kantong darah. Selain donor darah, di waktu yang sama juga diadakan penuangan celengan bambu.

Belajar Berbuat Kebajikan

Belajar Berbuat Kebajikan

15 Februari 2009 Acara ini dibuka dengan pertunjukan isyarat tangan Kacang Merah. Lu Lien Chu menjelaskan kepada anak-anak bahwa isyarat tangan ini memiliki makna yang sangat dalam. "Di dalam lagu ini Master Cheng Yen menunjukkan rasa kepeduliannya yang tinggi terhadap anak-anak asuh. Master sangat berharap anak-anak tidak meninggalkan pendidikan mereka, sehingga mereka bisa berhasil dan berguna bagi masyarakat."
Mengonsumsi minuman keras, dapat melukai orang lain dan mengganggu kesehatan, juga merusak citra diri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -