Kontribusi Bersama yang Menghasilkan Keindahan

Jurnalis : Agus DS (He Qi Barat 2), Fotografer : Teddy Lianto, Amir Tan (Tzu Chi Medan), Agus DS (He Qi Barat 2)

doc tzu chi indonesia

Elly Chandra (kiri) menikmati setiap kesibukannya dalam berkegiatan di Tzu Chi, termasuk saat menjadi koordinator tim penginapan pada Kamp Pelatihan Komite dan Calon Komite 2018.

Kamp Pelatihan Komite dan Calon Komite 2018 memberikan banyak kebahagian bagi seluruh peserta. Betapa tidak, sebanyak 939 relawan hadir dalam kamp yang diadakan sejak tanggal 9-11 Maret 2018 di Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk Jakarta. Karena itu kamp kali ini merupakan kamp dengan jumlah peserta terbanyak yang pernah digelar oleh Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. 

Kamp dimulai pada 9-11 Maret 2018 yaitu Kamp Humanis DAAI TV yang diikuti sekitar 229 peserta, dilanjutkan pada tanggal 10-11 Maret 2018 dengan Kamp Komite dan Calon Komite 2018 yang di ikuti sekitar 689 peserta ditambah 21 relawan pelestarian lingkungan yang biasa disebut Huan Bao Zhi Gong.

Di balik kesuksesan kamp pelatihan ini ada tim yang bekerja sungguh-sungguh dan sangat sibuk mengatur ruangan serta makanan bagi seluruh peserta dan panitia yang mencapai 1.000 peserta. Menurut Elly Chandra, koordinator tim penginapan, panitia berusaha menambah kapasitas ruang tidur agar memenuhi dan memberikan kenyamanan bagi seluruh peserta Kamp Pelatihan.

”Dari awal persiapan kamp tanggal 9-11 Maret, panitia hanya menyebutkan dibutuhkan hanya dua ruang di Lantai 6 dan 7 Gedung Jing Si Tang, dan dua ruang di lantai 6 dan 7 Gedung Gan En Lo. Ternyata seiring berjalannya waktu, jumlah peserta terus bertambah sehingga seluruh ruangan di Gedung Gan En Lo dipakai,” jelas Elly Chandra.

doc tzu chi indonesia

Elly (berdiri di belakang, paling kiri) sedang berkoordinasi dengan beberapa relawan dari tim pendaftaran, penginapan, penjemputan luar kota, suvenir, dan posko kesehatan.

Hingga Sabtu malam (10 Maret), panitia baru selesai menyiapkan ruang tambahan bagi penginapan para relawan. Akan tetapi malam itu tim masih mendapat info bahwa masih kurang beberapa kasur lagiyang harus ditambah. Panitia pun terus berusaha memenuhi kebutuhan kamar bagi para peserta kamp dengan didukung oleh seluruh tim di He Qi, maka malam itu seluruh kasur selesai disiapkan. 

“Penambahan ruang penginapan dari waktu ke waktu kita ikuti saja dan berusaha untuk melakukan yang terbaik,” tambah Elly.

Elly Chandra sendiri sudah bergabung menjadi relawan Tzu Chi sejak tahun 2005. Elly mengaku, saat melakukan kerja Tzu Chi, ia menikmati setiap hal termasuk perubahan-perubahan dalam menyiapkan keperluan terkait tanggung jawab yang diembannya.  Ia menganggap semua itu sebagai proses belajar untuk menjadi lebih baik.

Di antara sekian banyak relawan yang membantu menyukseskan Kamp Pelatihan Komite dan Calon Komite 2018 kali ini adalah relawan tim konsumsi. Mereka harus menyiapkan makanan dan minuman bagi seluruh peserta maupun panitia selama tiga hari berturut-turut. Salah seorang relawan yang sibuk menyiapkan makanan ini yaitu Betty Ani Arifin yang mulai aktif di bagian konsumsi sejak tahun 2012 dari wilayah He Qi Utara 1.

Sebelumnya Betty sudah bersumbangsih di Huai Jelambar sejak tahun 2008. Ia sering mengikuti kunjungan kasih, mengunjungi panti jompo, serta kegiatan misi amal. Waktu itu Betty belum bervegetaris karena di rumah masih memasak sendiri untuk anak, cucu serta orang tua dari Betty sendiri. Di tahun 2010, orang tua Betty mulai sakit-sakitan sehingga Betty tidak terlalu aktif dalam berkegiatan karena harus mengurus orang tuanya. Namun ia  tetap berusaha untuk ikut dalam beberapa kegiatan jika ada waktu luang. Di tahun 2011, orang tua Betty meninggal dunia, dan Betty pun mulai aktif kembali dalam berkegiatan.

doc tzu chi indonesia

Semangat Betty (memakai handuk putih) saat menjalankan tugasnya di tim konsumsi. Di hari Sabtu 10 Maret, Betty beserta tim menyiapkan kurang lebih untuk 650 peserta, dan di hari Minggu 11 Maret sebanyak 1.000 peserta.

Lalu di akhir tahun 2012, Anna Tukimin, relawan dari Huai Jelambar, yang aktif di misi amal selalu mengajak Betty  bersumbangsih menjalankan Misi Amal. ”Betty shijie saya dengar pintar masak, kenapa tidak membantu di Jing Si untuk memasak,” kata Anna Tukimin suatu waktu kepada Betty.

Betty saat itu menjawab bahwa ia hanya bisa masak untuk di rumah saja, dan khawatir dengan masalah kecocokan selera masakan setiap orang. Mulanya Betty hanya sekali-kali saja membantu masak, tetapi akhirnya diminta seterusnya masak di Aula Jing Si sampai saat ini.

doc tzu chi indonesia

Bagi Betty, bekerja di Tzu Chi membuatnya bahagia.

Di acara Kamp Pelatihan Komite dan Calon Komite kali ini, Betty sudah mulai menyiapkan makanan sejak hari Kamis 8 Maret 2018.  Persiapan dilakukan setelah tim konsumsi menyiapkan variasi menu dan disetujui bersama. Di hari Sabtu 10 Maret, Betty beserta tim menyiapkan kurang lebih untuk 650 peserta, dan di hari Minggu 11 Maret sebanyak 1.000 peserta. Di usia 63 tahun, Betty tidak terlihat lelah tetapi tetap bersemangat, bahkan jika ada relawan lainnya yang bertanya, Betty langsung membantu dengan tidak sungkan.

Karena saya bisa masak, jika ada orang suruh saya, saya tidak pernah menolak. Selagi badan saya mampu, selagi saya sehat, akan saya kerjakan, tidak hitung-hitung pekerjaan,” ujar Betty.

Dukungan keluarga khususnya dari anak makin membuatnya lebih giat. Bahkan kadang sang anak bertanya kenapa ia tidak ke Tzu Chi jika Betty berada di rumah. Tak lupa sang anak pun mengingatkannya agar tidak mengangkat barang yang berat karena sudah tua, dan bisa meminta tolong kepada relawan yang lain.

doc tzu chi indonesia

Betty mengganti sendiri kepala tabung gas elpiji. Tanpa  merasa lelah, semangatnya tak kalah dari relawan muda.

Namun kadangkala Betty dalam melaksanakan tugas memasak tidak mengenal waktu. Ia bercerita, di hari Sabtu lalu, ia memasak hampir selama enam jam. Selesai masak, kakinya terasa kram, ia pun memijatnya sendiri sambil merancang pekerjaan lainnya untuk hari Minggu. Meski begitu, Betty mengatakan kerja di Tzu Chi membuatnya ”Happy” walaupun dalam melaksanakan tugasnya, berbaur dengan banyak relawan lain yang berbeda karakternya. Misalnya saja saat memotong sayuran, bisa berbeda ukuran satu sama lain, tetapi masih bisa dimakluminya selama tidak terlalu mencolok perbedaannya. Selain itu ia juga bisa belajar melatih diri, melatih kesabaran, ego, dan emosi. Di Tzu Chi, Betty belajar untuk rendah hati dan menerapkan Gan En Zun Zhong Ai.

Editor: Khusnul Khotimah

Artikel Terkait

Menjadi Terbiasa dengan Tzu Chi

Menjadi Terbiasa dengan Tzu Chi

15 Maret 2016 Akhir pekan di pertengahan bulan Maret (12-13/3/16), relawan Tzu Chi seluruh Indonesia mengadakan Kamp Pelatihan Komite dan Calon Komite 2016 di Tzu Chi Center.
Kontribusi Bersama yang Menghasilkan Keindahan

Kontribusi Bersama yang Menghasilkan Keindahan

13 Maret 2018
Di balik kesuksesan Kamp Pelatihan Komite dan Calon Komite 2018 ada tim yang bekerja sungguh-sungguh mengatur ruangan serta makanan bagi seluruh peserta dan panitia yang mencapai 1.000 peserta.
Mendalami Dharma, Memupuk Kebijaksanaan

Mendalami Dharma, Memupuk Kebijaksanaan

22 Maret 2019

Mengapa relawan Tzu Chi disebut sebutir benih? Karena dari masing-masing relawan, masyarakat di luar bisa mengenal Dharma. Karena dengan menjadi relawan, orang lain di luar bisa ikut menjadi relawan. Bukan karena ajakan semata, tapi bisa juga karena mereka melihat perubahan positif dalam diri relawan Tzu Chi yang membuat mereka terinspirasi.

Kehidupan masa lampau seseorang tidak perlu dipermasalahkan, yang terpenting adalah bagaimana ia menjalankan kehidupannya saat ini.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -