Para staf medis Tzu Chi Hospital dengan sukacita mengambil passport vegetarian saat program baru saja akan dilaksanakan. Dengan mengambil passport vegetarian, mereka setuju dan turut serta ikut dalam program Tzu Chi Hospital 21 Day Veggie Challenge.
Tzu Chi Hospital 21 Day Veggie Challenge – Road to Healty Living with Plant Based Meal sudah selesai dilaksanakan. Melalui program ini, sebanyak 179 peserta bersama-sama melakukan aksi vegetarisme dengan mengonsumsi makanan vegetaris selama 21 hari terhitung sejak 1 hingga 21 Agustus 2022. Hasilnya, para peserta ternyata bisa dengan mudah melewati berbagai tantangan yang mereka temui.
“Susahnya adalah ketika ada muncul kata challenge, begitu pula muncul godaan,” kata Dokter Suriyanto, Direktur Medis Tzu Chi Hospital. “Padahal kalau tidak ditantang, kita sudah terbiasa juga makan vege di sini. Tapi karena ada kata challenge, malah jadi kepikiran dan takut melanggar,” imbuhnya sambil tertawa.
Tidak sendirian, dr. Suriyanto ikut menerima challenge ini bersama istri dan anaknya yang ternyata sudah terbiasa lebih banyak memakan sayur dan protein nabati daripada makanan hewani. Jadi bagi keluarga ini, mereka hanya perlu mempertahankan pola makan yang sudah biasa. Hanya saja, tantangan timbul ketika mereka pergi keluar kota untuk travelling. Sempat ingin cheating satu hari saja, tapi dr. Sur, panggilan akrabnya kemudian ingat akan komitmen yang telah ia bangun ketika memutuskan untuk ikut challenge.
Dokter Suriyanto, Direktur Medis Tzu Chi Hospital, salah satu peserta Tzu Chi Hospital 21 Day Veggie Challenge sedang menikmati makan siang dengan menu vegetaris di ruangannya. Komitmen yang dr. Suriyanto jalani ini nyatanya membuat kondisi yang berbeda pada tubuhnya yang ia akui terasa lebih baik dari hari ke hari.
Dokter Sur mengutip perkataan Master Cheng Yen dalam ceramahnya yang selalu mengingatkan bahwa, banyak bencana yang terjadi di seluruh dunia. Bencana alam, bencana akibat ulah manusia, ditambah pandemi, semua ini membuat Master khawatir. Banyak negara dilanda gelombang panas. Dahulu, sekelompok peneliti Inggris memprediksi bahwa suhu udara panas seperti ini akan terjadi pada tahun 2050. Sekarang baru tahun 2022, tetapi gelombang panas sudah melanda sejumlah negara. “Kita pun tahu sendiri bahwa global warming saat ini terjadi karena 70% gas metan yang sebagian besar bersumber dari kotoran hewan,” ungkap dr. Sur.
Dari berbagai imbauan dari Master Cheng Yen tersebut, dr. Sur tetap berkomitmen menjalankan tantangan aksi vegetarisnya. “Passport vege tetap harus bintang 3 (bintang menunjukkan makanan vege yang dimakan tiga kali sehari) dong. Akhirnya saya dan istri benar-benar memilih makanan yang tanpa daging. Bersyukur sekali kami bisa saling dukung dan tetap menjaga komitmen,” akunya.
Komitmen yang dr. Sur jalani itu pun nyatanya membuat kondisi yang berbeda pada tubuhnya yang ia akui terasa lebih baik dari hari ke hari. Dulu ketika ia masih aktif berolahraga fitness dan memakan protein hewani atau red meat, metabolisme pencernaan dirasa lebih berat dan bergejolak karena proses pencernaan itu berjalan lebih lambat hingga mengalami pembusukan dan menimbulkan banyak gas. Berbeda ketika tubuhnya menerima asupan dari sayur-sayuran dan protein nabati.
Dokter Suriyanto, Direktur Medis Tzu Chi Hospital menunjukkan passport vegenya yang seluruhnya berisi tiga bintang. Artinya, ia 100 persen bervegetaris dalam Tzu Chi Hospital 21 Day Veggie Challenge ini.
“Saya merasakan betul bahwa makan vege ini membuat metabolisme tubuh dan badan saya lebih ringan juga menjadi lebih baik. Istri dan anak pun merasakan hal yang sama,” tuturnya. “Menurut saya, yang belum ikut harus coba,” ajak Dokter Sur. Alasannya selain metabolisme tubuh akan membaik, juga melihat dampak positif vegetarian bagi lingkungan bahkan dunia.
Walaupun belum 100 persen bervegetaris, dr. Sur mencoba membuat lingkungan menjadi lebih baik, bukan cuma untuk diri sendiri. “Karena kan lihat lingkungan dan dunia cepat sekali berubah. Jadi mari kita menjadi seperti satu sinar cahaya kunang-kunang yang kecil, kita berkontribusi untuk lingkungan kita, untuk dunia yang nanti kita wariskan kepada anak-cucu,” imbuhnya.
Menumbuhkan Kehangatan dan Hati Welas Asih
Bukan hanya Dokter Suriyanto, Dokter Margaret Melvi juga sepenuh hati menjalankan dan belajar berkomitmen dalam kegiatan Tzu Chi Hospital 21 Day Veggie Challenge ini. Baginya yang belum terbiasa bervegetaris, kegiatan ini awalnya hanyalah sebuah tantangan, namun ternyata lebih dari itu.
Selain Dokter Suriyanto, Dokter Margaret Melvi juga sepenuh hati menjalankan dan belajar berkomitmen dalam kegiatan Tzu Chi Hospital 21 Day Veggie Challenge ini. Passport vegenya, seluruhnya berbintang tiga.
“Saya banyak belajar dari sini, pertama tentang komitmen yang sudah pasti teruji karena butuh kesiapan diri pribadi, kedua tentang budaya welas asihnya karena kita tidak makan hewani jadi kita mengurangi pembunuhan hewan secara tidak langsung, ketiga ya menimbulkkan rasa syukur karena masih bisa memakan banyak makanan: tahu, tempe, telur,” ungkap dokter yang bertugas di bagian casemix ini, “yang pasti lebih fun karena dilakukan bersama teman dan keluarga.”
Dari apa yang diungkapkan oleh dr. Margaret, bukan berarti ia tidak mempunyai tantangan dalam pelaksanaannya. Tapi sama seperti yang lainnya, ia pun sebisa mungkin mempertahankan komitmennya untuk bervegetaris.
“Susahnya adalah bukan karena kita susah cari makan atau gimana, tapi tentang berkomitmen dan mempertahankannya. Kalau di rumah sakit (tempat kerja) kan difasilitasi, ada makan siang yang juga vege. Kalau di rumah? Lalu kalau ada jalan sama teman? Tapi sejauh ini ya mereka makan sesuai mereka, saya pesan dessert aja, toh kita bisa kumpul dan tetep makan bareng. Membawa ke simple dan fun aja,” cerita dr. Margaret.
Dokter Margaret Melvi membagikan ceritanya tentang berbagai hal yang ia pelajari dan tantangan-tantangan yang ia lalui bersama keluarga ketika menjalani Tzu Chi Hospital 21 Day Veggie Challenge.
Keluarga dr. Margaret yang ikut serta dalam program ini juga membuatnya salut karena ternyata mereka bersedia dan bisa lolos. Bahkan bisnis kripik kentang sang mama pun bersedia menyesuaikan program vege yang tengah ia ikuti, yang biasa dengan ebi (kripik kentang ebi) kini menjadi kripik kentang vege. “Awalnya memang mama sempat mikir, gimana dia bisa mencicipi produk kalau dia lagi ikut program ini. Tapi ya kita buat simple saja, ya bikin produk lain yang vege. Ada juga pasarnya ternyata dan laris,” katanya senang, “beda dengan adik saya yang semakin kreatif membuat berbagai macam menu, ada tahu saos lemon, kembang kol goreng, shirataki kuah cream. Sehat, vege, dan enak.”
Dari apa yang ia rasakan, dr. Margaret ingin mengajak teman-temannya untuk apabila mendapat kesempatan lagi, mau ikut serta karena program ini membawa perubahan yang baik pada diri dan lingkungan. “Dari segi mana pun, program ini sangat baik. Makanya yuk kita coba dulu rasakan dan jangan menyerah,” ajaknya.
Yi-shan yang Membawa Inspirasi
Program yang baik ini nyatanya tidak begitu saja terlaksana, melainkan sudah mulai digaungkan sejak 3 bulan yang lalu. Suriadi, Direktur Umum Tzu Chi Hospital menjelaskan bahwa sejak tiga bulan lalu di pagi hari, di pukul 08.00 – 8.30 WIB, para staf Tzu Chi Hospital selalu menonton Program Lentera Kehidupan yang berisi Ceramah Master Cheng Yen bersama-sama. Sehingga apa yang Master sampaikan, itulah yang berusaha mereka serap dan coba dijalankan, mulai dari aksi pelestarian lingkungan, menerapkan nilai-nilai Tzu Chi dalam kehidupan sehari-hari, pun terkait pula dengan aksi vegetaris ini.
Cha Yi-shan (berdiri di depan) ketika menginspirasi para pengunjung di salah satu pusat perbelanjaan di Melaka, Malaysia untuk berbagi tentang vegetarisme. Kisah Yi-san pula yang mengispirasi Tzu Chi Hospital membuat program Tzu Chi Hospital 21 Day Veggie Challenge.
Pada Ceramah Master Cheng Yen di tanggal 12 Juni 2022, Master Cheng Yen mengulas tentang seorang remaja bernama Cha Yi-shan. Master bercerita, gadis ini berusia 12 tahun. Saat masih berada dalam kandungan ibunya, dia sudah bervegetaris. Karena itu, Master bersyukur atas bimbingan sang ibu terhadap anak ini sehingga dia dapat menjadi anak yang begitu anggun dan penuh cinta kasih. Dia begitu mengasihi hewan.
“Saya bernama Cha Yi-shan, tahun ini berusia 12 tahun. Namun, saya sudah bervegetaris selama 13 tahun. Mengapa demikian? Itu karena saya telah bervegetaris sejak ada dalam kandungan ibu saya. Saya bervegetaris karena saya menyukai hewan dan tidak sampai hati menyakiti mereka. Selama masa pandemi Covid-19, saya membuat video untuk mengajak semua orang bervegetaris,” kata Cha Yi-shan anggota Tzu Shao dari Melaka, Malaysia – dikutip dari Ceramah Master Cheng Yen.
Melalui Ceramah Master inilah, para peserta tergerak dan terinspirasi. “Yi-shan saja bisa, masa kita nggak bisa?” tutur Suriadi, mengutip ajakan seorang teman saat sesi sharing usai ceramah, “nah itu yang menjadi pemicu awal sehingga di akhir Juli itu kita ada bilang yuk nanti di tanggal 1 – 21 Agustus kita mulai challenge ini. Kalau sehari kita bisa 1 kali makan vege artinya 33 persen, 2 kali 76 persen, 3 kali 100 persen sukses. Ternyata banyak yang antusias dan juga mengajak keluarga di rumah supaya saling mendukung untuk bervegetaris.”
Di akhir acara, seluruh peserta yang hadir menunjukkan passport vege masing-masing. Suriadi, Direktur Umum Tzu Chi Hospital berharap usai program ini, di keseharian para peserta, mereka bisa lebih banyak mengkonsumsi sayuran dan belajar vegetarisme.
Pada kesempatan ini, Suriadi pun ingin menyampaikan apresiasi bagi teman-teman yang ikut maupun yang belum ikut challenge. Semua berusaha sekuat tenaga untuk menyelesaikan challenge dengan berbagai tantangan. Nantinya Suriadi berharap bukan hanya di 21 hari ini, tapi di keseharian mereka, mereka bisa lebih banyak mengkonsumsi sayuran dan belajar vegetarisme.
“Tzu Chi Hospital kan rumah sakit yang baru berdiri, dimana sebagian besar tim kita berasal dari rumah sakit lain atau bahkan dari bidang usaha non-rumah sakit dan non-Tzu Chi. Harapannya setelah bergabung di Tzu Chi, teman-teman mulai beradaptasi, mengenal, memahami, dan bersungguh-sungguh lebih aktif di Tzu Chi karena apa-apa yang menjadi nilai di Tzu Chi kalau dijalankan dalam memberikan pelayanan di rumah sakit ini akan memberikan dampak positif bagi kita semua di sini,” tuturnya.
Editor: Hadi Pranoto