Kuatnya Hati Seorang Ibu

Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta Wulandari

Selama ini Tjhua San San hanyalah ibu rumah tangga. Ia mengurus semua kebutuhan lima anaknya sementara semua beban perekonomian keluarga, ia serahkan kepada sang suami. Begitu vonis kanker Nasofaring datang pada sang suami, keluarga mereka goyah.

Empat dari lima anak San San, putus sekolah. Anak pertamanya bisa lulus jenjang SMP karena mendapat bantuan dari sekolah. Anak keduanya bisa lulus SD tapi saat itu tidak bisa mengambil ijazah karena tunggakan uang SPP dan lainnya. Anak ketiganya yang baru masuk TK juga harus berhenti. Hal serupa terjadi pada anak keempatnya. Pasangan suami istri itu tidak bisa berbuat banyak karena harus menanggung biaya pengobatan yang besar.

Relawan Tzu Chi Tangerang, Rita Malia Widjaja memberikan bingkisan kepada San San saat berkunjung ke rumahnya di daerah Rajeg, Tangerang.

Nasib berkata lain, setahun kemudian suami San San dinyatakan sembuh dari kanker, namun ada kerusakan organ lain yang nyatanya semakin membuat kondisinya memburuk dan meninggal dunia (September 2020). San San sangat terpukul sepeninggal suaminya. Hampir dua bulan lamanya jiwa San San terguncang. Ia tidak ingin keluar rumah, bahkan untuk makan atau minum ya seperlunya saja hingga anak-anaknya yang membuatnya kembali sadar.

Rita Malia Widjaja mendengarkan cerita San San dan berbagi motivasi dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

“Anak saya yang paling besar bilang: ‘Mami, kita semua juga sedih, bukannya kita nggak suka tapi kalau misalkan mami sedih terus, mami nggak mikirin yang lainnya. Kita nggak ada papi tapi masih butuh mami.’ Ya benar juga. Pelan pelan saya mulai aktivitas lagi,” kata San San ingat perkataan Aelwen, anak pertamanya.

Mengetahui putrinya sudah berpikiran sangat dewasa di usia yang baru 18 tahun, San San sangat bersyukur. Ia mengaku bahwa tanpa kehadiran lima anaknya, ia tak akan sekuat sekarang. “Anak-anak masih kecil dan masih sangat butuh perhatian seorang ayah, semua butuh pengawasan seorang bapak. Tapi mereka ternyata sangat dewasa dan membuat saya kembali ada semangat hidup karena saya sebenarnya nggak sekuat itu,” katanya terbata.

Selain anak, relawan Tzu Chi juga terus memberikan semangat dan motivasi untuk San San. Relawan tahu bagaimana perjuangan San San sejak merawat sang suami. Bantuan dari Tzu Chi pun terus mengalir hingga sang suami tiada. Melihat banyak sekali orang yang sangat menyayanginya dan keluarga, San San terus mencoba untuk kembali kuat.

Anak-anak San San sangat bahagia menerima kehadiran relawan.

Bagi San San, relawan Tzu Chi sudah seperti keluarga karena perhatian dan kasih sayangnya terus ada. San San juga sangat salut pada para relawan karena memiliki kesabaran yang sangat besar dalam menangani suaminya.

“Dulu pas suami saya masih sakit, relawan sempat kena marah dari suami karena orang sakit kan tingkat sensitifnya sangat tinggi. Tapi relawan sangat sabar dan masih mau dampingi kami. Sayang sama kami,” kenang San San. “Dengan adanya Tzu Chi saya bisa melanjutkan hidup, bangkit, dan tetap merasa ternyata di luar sana tetap ada yang support kita, sayang sama kita. Ucapan terima kasih juga rasanya nggak cukup karena sudah sangat berjasa bagi keluarga saya sejak suami saya awal sampai akhir lalu dibantu lagi sekarang,” lanjutnya.

Saat ini relawan Tzu Chi He Qi Tangerang juga menaruh kesan yang sama terhadap San San, yakni salut. Mereka salut terhadap kekuatan seorang ibu yang terus bertahan demi anak-anaknya. “San San ini ibu rumah tangga yang tabah terutama setelah kepergian sang suami dia masih tetap menjaga lima anaknya dengan baik dan tetap mau berusaha untuk mencari pekerjaan yang bisa dia kerjakan di rumah,” kata Rita Malia Widjaja saat berkunjung ke rumah San San di daerah Rajeg, Tangerang (19 Mei 2021). Semangat San San yang luar biasa menjadi contoh nyata bagi relawan.

San San bersama empat anaknya. Anak pertamanya sedang berada di rumah sang nenek untuk menjaga neneknya yang tengah sakit.

Selain bantuan biaya hidup dan susu yang saat ini didapatkan oleh San San, Rita ingin suatu saat nanti San San bisa mengajukan biaya pendidikan bagi anak-anaknya ke Tzu Chi. Sehingga seluruh anaknya bisa mengenyam bangku pendidikan dengan layak.

“Minimal punya pendidikan lebih yang nantinya bisa bantu keluarga. Terutama anak yang sudah besar, setelah (kejar) paketnya selesai, dia akan ke jenjang SMK. Nah mungkin nanti kita (Tzu Chi) bisa bantu untuk uang pangkal atau hal lain yang bisa kita bantu untuk pendidikannya,” jelas Rita.

“Saya tentu senang sekali, karena pesan (alm) bapaknya pun agar anak-anak bisa melanjutkan pendidikan sehingga ada pengharapan baru lagi nanti ke depannya,” lanjut San San. “Saya mengucapkan terima kasih banyak sama Tzu Chi karena tanpa Tzu Chi kami nggak bisa seperti ini,” imbuhnya.

Editor: Arimami Suryo A.

Artikel Terkait

Cermin Cinta Kasih Universal

Cermin Cinta Kasih Universal

27 April 2018
Relawan Tzu Chi Bandung mengunjungi rumah tujuh pasien penyandang disabilitas yang mayoritas adalah anak-anak dalam masa pertumbuhan. Relawan menyemangati para orang tua dan melihat perkembangan kondisi kesehatan pasien.
Berbagi Kasih dan Rasa Syukur

Berbagi Kasih dan Rasa Syukur

27 Mei 2015 Sesekali bau tidak sedap tercium dari saluran-saluran air di pinggir jalan. Barisan 9 orang relawan Tzu Chi He Qi Selatan terus bergerak, berbaris, dan menyusuri kawasan pemukiman padat penduduk di bilangan Jakarta Selatan.
Harapan Dalam Kunjungan Kasih

Harapan Dalam Kunjungan Kasih

29 Februari 2016

Senyum cerah terlihat dari semua wajah para penghuni Panti Jompo Wisma Sahabat Baru, Jakarta barat, pada Minggu pagi, 21 Februari 2016, saat relawan Tzu Chi berkunjung. Walaupun kunjungan Kasih ke panti ini telah sering dilakukan, namun selalu membuahkan kisah dan pengalaman yang berbeda setiap bulannya.


Keindahan kelompok bergantung pada pembinaan diri setiap individunya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -