Kunci Kebahagiaan
Jurnalis : Hadi Pranoto, Fotografer : Hadi Pranoto Relawan Tzu Chi memberikan selamat kepada H. Jejen dan istrinya setelah menyerahkan kunci rumah. Keluarga ini merupakan satu dari 43 warga penerima bantuan program Bebenah Kampung Tzu Chi di Cilincing, Jakarta Utara. |
| ||
Setelah sebelumnya tanggal 17 Juni 2011 dilakukan penyerahan kunci kepada 12 warga, tanggal 29 Juli 2011 giliran 6 warga lainnya menerima kunci sebagai pertanda selesainya rumah mereka dibangun, termasuk Aisyah dan Zaenal. Impian Sejak Dulu Berdagang es kecil-kecilan di mulut gang rumahnya menjadi penghasilan tambahan bagi Aisyah di kala suaminya Zaenal tengah menganggur. Maklum, sebagai buruh serabutan, Zaenal mengandalkan adanya truk-truk kontainer yang membongkar muatan. Jika tak ada truk yang masuk ke gudang-gudang di sekitar Cilincing, maka tak ada pula pemasukan Zaenal. Zaenal dan Aisyah dikaruniai 4 orang anak: 3 laki-laki dan 1 perempuan. Anak pertama sudah menikah dan lainnya sudah bekerja dan masih sekolah. Dari 4 anak, hanya 1 orang yang lulusan STM, sisanya hanya mengenyam bangku SMP. Beruntung meski dengan pendidikan yang terbatas, anak kedua Hendra mau bekerja apa saja dengan menjadi tenaga cleaning service di salah satu kantor di Jakarta Utara. “Kalau saya dagang nggak tentu, kalau musim panas, dagangan (es) habis, kalau hujan mah belum tentu. Ya minimal dari pagi sampai sore dapatlah beras barang 2 liter,” kata Aisyah. Namun seperti ‘sudah rezekinya’, selama proses pembangunan rumah berjalan, sepanjang itu pula rezeki terus mengalir. “Alhamdulillah pas rumah dibedah, barang (bongkar muat kontainer) ada masuk mulu,” kata Zaenal senang.
Keterangan :
Proses pembangunan rumah ini sendiri terbilang cukup cepat – dua bulan lebih. Mengajukan permohonan bedah rumah pada bulan April, pada bulan Mei 2011 rumah Aisyah dan Zaenal mulai dikerjakan. Kini Aisyah, Zaenal, dan anak-anaknya sudah dapat hidup dengan lebih tenang. “Semoga bapak-bapak (relawan Tzu Chi dan donatur –red) yang membantu rumah saya ini bisa tambah banyak rezekinya sehingga bisa membantu orang-orang lain seperti saya ini,” kata Aisyah dengan mata berkaca-kaca. “Kalau untuk membangun sendiri mana saya mampu, untuk makan sehari-hari saja sulit,” tambah Zaenal. Menerima berkah seperti ini tak membuat Aisyah dan Zainal lupa diri. Mereka sadar bahwa dana yang digunakan untuk memperbaiki rumah warga seperti dirinya berasal dari berbagai himpunan cinta kasih banyak orang, oleh karena itu Aisyah dan Zainal pun telah menyatakan kesanggupannya untuk bersumbangsih secara rutin melalui Tzu Chi. “Supaya bisa bantu orang lain juga,” tandas Aisyah. Cinta Kasih Banyak Pihak
Keterangan :
Rasa haru dan bahagia bukan hanya milik 6 warga (Sutojo, Poniman, H. Sujen, Yuliyanti, Zaenal, dan Irhanus) yang menerima kunci rumah pada hari itu, tetapi juga memberikan rasa yang berbeda kepada para relawan Tzu Chi yang menyurvei, memantau dan mendampingi proses pembangunan rumahnya. “Setiap kali habis serah terima kunci pasti kita ada kesan yang berbeda, jadi kalau secara kesan, mereka yang terima gembira dan di saat yang sama kita juga ikut bahagia. Perasaan kita jadi tersentuh, sentuhan hati itu perlu supaya kita bisa koreksi diri,” kata Hj. Richtiarty Superani, atau yang akrab dipanggil Etty Shijie. Karena itulah Etty, salah satu relawan Tzu Chi kerap mengajak rekan-rekannya ataupun sesama relawan lainnya mengikuti kunjungan kasih atau survei yang membuat mereka dapat melihat langung kehidupan warga. “Kalau ada rekan atau relawan lain yang ada masalah keluarga, saya biasa ajak mereka ikut kesini (kunjungan kasih), ini kadang bisa membuat hubungan keluarga menjadi lebih baik,” ungkap relawan yang aktif di wilayah He Qi Timur ini. Sementara bagi Amei Shijie, relawan Tzu Chi lainnya, “Saya jadi merasa sangat bersyukur karena walaupun kondisi keuangan kita sendiri nggak terlalu bagus kalau mau dibandingin sama orang lain yang lebih, tapi melihat mereka kita jadi sangat bersyukur, karena ternyata kondisi kita jauh lebih baik daripada mereka-mereka yang kita kunjungi atau survei. Selama ini kita ternyata nggak kekurangan, saya sudah dikasih lebih sama Tuhan, jadi dari situ kita bisa ambil hikmahnya.” Perasaan sama juga dirasakan oleh Kartini Shijie. Relawan Tzu Chi yang aktif di penanganan pasien khusus Tzu Chi ini merasakan bahwa setiap kali melakukan kunjungan kasih ataupun survei bedah rumah, semakin bertambah pula rasa syukurnya atas berkah yang dimilikinya. “Saya dapat melihat bagaimana kehidupan warga yang dibedah rumah itu, saya jadi bersyukur. Kita lihat begitu banyak keluarga kita yang sangat kekurangan, dan rumah mereka dibedah saya ikut gembira karena mereka bisa hidup lebih baik. Dengan rumah yang baik pikiran mereka dan hidupnya juga menjadi lebih tenang. Mereka bisa usaha, buka warung,” ungkapnya, “Saya bersyukur, diberi rezeki dan diberi kesehatan. Intinya kita lebih bahagia.” | |||
Artikel Terkait
Pelestarian Budaya Membaca dengan Reading and Language Week
28 September 2018Doa Sekolah Tzu Chi Indonesia Untuk Wuhan
26 Februari 2020Para siswa, guru, dan staff Sekolah Tzu Chi Indonesia berdoa bersama, menggalang dana, dan membuat poster untuk menunjukan simpati pada Wuhan.