Kunjungan Cinta untuk Singkawang (Bag. 2)

Jurnalis : Bambang Mulyantono (Tzu Chi Singkawang), Fotografer : Bambang Mulyantono (Tzu Chi Singkawang)
 
 

fotoPara siswa SMA Tzu Chi Hualien mengunjungi opa dan oma di panti wreda di Singkawang. Mereka mencoba menghibur para penghuni yang umumnya tak lagi memiliki keluarga.

Kunjungan Kasih
Hari berikutnya (4 Agustus 2011), para murid SMA Tzu Chi Hualien melakukan kunjungan kasih ke sejumlah warga Singkawang yang kurang beruntung— murid-murid dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok dipandu oleh relawan Tzu Chi Singkawang. Pada siang hari, para rombongan berkumpul makan siang. Setelah itu melakukan kunjungan sejenak ke pabrik pupuk organik di Singkawang sebelum ke panti wreda.

Di panti wreda kegiatan utama adalah menghibur para opa dan oma dengan menyanyi, isyarat tangan, juga atraksi gerakan Tai Chi ala Tzu Chi. Setelah melakukan kunjungan ke panti wreda, perjalanan dilanjutkan ke tempat kursus Bahasa Mandarin yang tidak jauh dari tempat tersebut hingga sore hari. Pada malam hari, diselenggarakan acara sharing dan ramah tamah di Aula Kantor Penghubung Singkawang. Beberapa murid dari Taiwan ini mengungkapkan kesan-kesannya sebagai berikut :

Zhang Yun Xuan (Siswa Kelas 2 SMA Tzu Chi Hualien): Semula ia mempunyai perasaan takut, karena baru pertama kali melakukan perjalanan ke luar negeri, faktor perbedaan bahasa salah satunya. Tetapi alangkah terharunya ia ketika tiba di Indonesia yang ia lihat adalah dua barisan panjang yang menyambut mereka dengan ramah. Pergi ke beberapa sekolah, diantaranya tempat kursus Bahasa Mandarin yang beratap daun rumbia yang mungkin tahun depan sudah tidak lagi dibuka memberikan kesan yang cukup mendalam bagi dirinya. “Di sana disebuah meja kecil saya membaca tulisan yang mengatakan air hujan turun dari atap langit. Saya lihat ke atas memang sangat mungkin kalau hujan turun memang bocor. Ingin sekali dapat membantu mereka. Pulang nanti pasti akan saya bagikan pengalaman selama di Singkawang,” ujar Zhang Yun Xuan. Satu lagi kata yang paling dia ingat adalah,Indonesia bersinar, seluruh dunia juga bersinar. marilah kita biarkan cinta bersinar,” imbuh Zhang Yun Xuan.

foto  foto

Keterangan :

  • Saat mengunjungi sekolah-sekolah di Singkawang, para siswa SMA Tzu Chi Hualien ini juga membawakan materi tentang budaya humanis Tzu Chi, budi pekerti, dan pelestarian lingkungan.(kiri)
  • Para murid SMP Barito Singkawang diajak untuk merasakan kegundahan ibu yang mengandung mereka selama 9 bulan melalui sebuah permainan yang mendidik. (kanan)

Lian Qi Xiang (Siswa Kelas 2 SMA Tzu Chi Hualien): “Tiga hari yang lalu saat baru tiba di Jakarta yang saya lihat adalah rumah bertingkat-tingkat, tetapi begitu sampai di Singkawang yang saya lihat, rumah-rumah datar. Wajah-wajah yang ramah ini, buat saya merupakan ‘rumah lain’ yang membuat damai di hati. Di sini saya banyak belajar. Anak-anak sangat ceria dan bermain dengan gembira. Di Taiwan sudah tidak lagi ditemukan hal seperti itu. Dulu saya tidak sebahagia mereka, bermain dengan gembiranya. Mereka begitu bahagia dengan kondisi apa adanya. Terima kasih buat Shigu dan Shibo yang mencarikan air saat kami haus, mencari kursi saat kami capek. Meskipun mereka juga capek tapi selalu setia menemani kami saat kami mengajar. Dengan setia juga berdiri di belakang kelas memerhatikan kami mengajar.”

foto  foto

Keterangan :

  • Dua generasi bersatu dalam irama kebahagiaan dan kegembiraan. Suasana kebahagiaan menyelimuti panti wreda di Singkawang yang dikunjungi para siswa SMA Tzu Chi Hualien. (kiri)
  • Para murid SMA Tzu Chi Hualien mengajarkan tentang pentingnya pelestarian lingkungan dengan memilah sampah dan melakukan daur ulang kepada para muris SD Kopisan plus. (kanan)

Xie Sheng He (Relawan Tzu Chi Singkawang yang masih duduk di bangku kuliah):
Saya merasa senang dengan kedatangan murid-murid Tzu Chi Hualien, Taiwan karena ada kesempatan berinteraksi dengan mereka. Belajar banyak dari mereka tentang cara menjadi orang yang lebih baik, pengalaman mengajar yang belum pernah saya alami. Yang paling berkesan adalah saat kunjungan kasih ke rumah seorang pasien yang menderita hydrocepalus. “Meskipun dia hidup sendiri dan tak bisa bangun tapi dia sangat mandiri, bisa mengerjakan semua dengan sendiri. Kita seharusnya punya kekuatan seperti itu. Sebab manusia harus mengetahui kebahagiaan, mengetahui dan mengerti. Sebuah rasa dari hati merupakan cinta yang paling tulus,” ungkap Xie Sheng He.

Hari keempat (5 Agustus 2011) merupakan hari terakhir di Singkawang. Dari hotel, para murid SMA Tzu Chi Hualien diantar singgah ke pantai Pasir Panjang Singkawang sebelum menuju Pontianak yang selanjutnya terbang ke Jakarta. Perpisahan dengan relawan Singkawang dilakukan di obyek wisata pantai itu. Sayonara!

Selesai.

  
 

Artikel Terkait

Sui Mo Zu Fu : Belajar Melepas

Sui Mo Zu Fu : Belajar Melepas

19 Januari 2012
Selain itu, Mari juga mengajak para peserta untuk lebih peduli mengenai masalah global warming  yang terjadi di dunia ini. ”Ini akan menjadi tugas atau PR kita bersama, bagaimana kita bersumbangsih untuk mencegah perubahan iklim,” ajak Mari.
Bertahan Hidup dari Butiran Beras

Bertahan Hidup dari Butiran Beras

19 Juni 2017

Relawan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia menjalin silaturahmi untuk kali kedua dengan warga Cipinang Besar Utara dan Cipinang Besar Selatan dengan membagikan paket lebaran. Bertempat di Sekolah Silaparamita Cipinang Jaya Jakarta Timur, pembagian paket lebaran ini digelar pada Minggu, 18 Juni 2017.

Kamp Pengusaha: Berkontribusi Tanpa Pamrih

Kamp Pengusaha: Berkontribusi Tanpa Pamrih

16 Oktober 2018
Jalinan jodoh antara Tzu Chi Indonesia dan Tzu Chi Malaysia yang terjalin sejak tahun lalu terus berlangsung. Hingga tahun ini Kamp Pengusaha Indonesia dan Malaysia kembali diselenggarakan oleh Tzu Chi Indonesia.
Mampu melayani orang lain lebih beruntung daripada harus dilayani.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -