Kunjungan Delegasi IIS
Jurnalis : Hadi Pranoto, Fotografer : Hadi PranotoSebelas anggota parlemen dari Eropa yang terdiri
dari 6 negara (Belgia, Jerman, Italia, Hungaria, Belanda, dan Estonia) ini
mengunjungi Tzu Chi Center, PIK, Jakarta Utara pada hari Kamis, 9 Agustus 2018.
Kehidupan masyarakat Indonesia yang pluralistik, terdiri dari beragam suku, etnis, dan golongan menarik perhatian sekaligus kekaguman dari berbagai pihak. Salah satunya datang dari delegasi Indonesian Interfaith Scholarship (IIS) dari Uni Eropa (UE). Delegasi IIS adalah para pemangku kepentingan di Uni Eropa (UE) yang terlibat dalam penentuan arah kebijakan luar negeri Uni Eropa. Delegasi IIS terdiri dari para akademisi, Lembaga Swadaya Pemerintah dan anggota sekretariat parlemen Eropa.
Selain mengunjungi berbagai tempat di Indonesia, salah satu tempat yang menjadi pilihan untuk dikunjungi adalah Tzu Chi Center di Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Kesebelas anggota parlemen dari Eropa yang terdiri dari 6 negara (Belgia, Jerman, Italia, Hungaria, Belanda, dan Estonia) ini mengunjungi Tzu Chi Center, PIK, Jakarta Utara pada hari Kamis, 9 Agustus 2018. Sebelas orang delegasi ini terdiri dari: Ms. Yasmine Mariette Arthur Bevers (Belgia), Mrs. Jordis Maria Bunse (Jerman), Ms. Phi-yen Cindy CAO (Belgia), Mr. Jannes Dewulf (Belgia), Mr. Stefano Felicam Beccari (Italia), Mr. Domenico Gigliotti (Italia), Mr. Emese Hegy (Hungaria), Mr. Niels Karssen (Belanda), Ms. Helena Nommik (Estonia), Mr. Alexis Sonet (Belgia), dan Mr. Paolo Fossati (Italia). Kedatangan mereka didampingi perwakilan dari Kementrian Luar Negeri dan Kementrian Agama Republik Indonesia.
Murid-murid SD Cinta Kasih Tzu Chi memeragakan
isyarat tangan berjudul Shing Fu The Lian (Wajah yang Bahagia) di hadapan
anggota parlemen dari Eropa.
Seni menyajikan teh juga diperagakan oleh Airu Shijie, relawan Tzu Chi kepada para
peserta delegasi yang hadir.
“Tzu Chi menjadi tempat yang dipilih oleh Kementrian Agama dan Luar Negeri ini salah satu faktor alasannya adalah karena Tzu Chi konsisten dalam bahasa universal cinta kasih. Kita juga banyak menjalin hubungan dengan teman-teman dari lintas agama (Islam, Katolik, Kristen, Buddha, Hindu -red) karena itu Tzu Chi jadi pilihan utama dari teman-teman di PBB dan negara lain. Mereka melihat Tzu Chi adalah replika Indonesia dalam bidang kemanusiaan,” kata Agus Hartono, Pimpinan Tzu Chi University Continuing Education Center (TCUCEC) yang menjadi salah satu tim penyambut dari Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia.
Di Tzu Chi Center ini para delegasi dari IIS mendapatkan penjelasan dan gambaran yang utuh tentang misi kemanusiaan Tzu Chi di Indonesia, mulai dari program pembagian beras, pembangunan Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi, program bedah rumah, rehabilitasi Aceh pascatsunami, hingga bantuan dan pendampingan terhadap Pondok Pesantren Nurul Iman di Parung, Bogor, Jawa Barat. “Karena Indonesia itu memang Bhinneka Tunggal Ika, berbasis Pancasila jadi kami sharing kepada mereka bagaimana kami membantu tanpa memandang suku, tanpa memandang perbedaan agama, ras maupun golongan. Kami juga ceritakan bagaimana kami bekerja sama dengan salah satu pesantren di Parung (Nurul Iman –red), bagaimana terjadi interaksi budaya, bahasa, dan kemanusiaan,” kata Agus Hartono, “Bahkan pada saat Tzu Chi melakukan kegiatan sosial teman-teman santri ini ikut membantu sebagai relawan. Perbedaan agama, ras, dan apapun tidak bisa menghalangi bahasa kemanusiaan yang universal, dimana landasannya adalah Bersyukur, Menghormati, Cinta Kasih (Gan En, Zhun Zhong, Ai),” terang Agus Hartono.
Damenico Gigliotti (rompi hijau), salah seorang
anggota delegasi yang juga merupakan Indonesia Desk European External Action
Service of The European Union menyampaikan apresiasinya terhadap Tzu Chi
Center, khususnya kegiatan kemanusiaan yang dilakukan Tzu Chi Indonesia
Agus Hartono, menjelaskan tentang sejarah Tzu
Chi di Taiwan hingga kemudian berkembang di Indonesia dengan berbagai misi
kemanusiaannya.