Kunjungan Kasih di Hari yang Fitri

Jurnalis : Rudi Santoso (He Qi Utara), Fotografer : Rudi Santoso (He Qi Utara)
 
 

foto
Di saat bulan penuh berkah ini relawan melakukan kunjungan kasih. Mempererat tali silahturahmi saling menjalin jodoh baik.

Pagi sekitar jam 10, tanggal 20 Agustus 2012 lalu, 7 relawan Hu Ai Jelambar berkumpul di rumah Lim Ye Jiao Shijie. Di pagi yang cerah serta suasana hari Lebaran nan Fitri relawan melakukan kunjungan kasih ke Gan En Hu (penerima bantuan jangka panjang Tzu Chi) sekaligus menjalin tali silahturami. Waktu menunjukkan pukul 10.30, relawan memulai perjalanannya. Perjalanan menuju Gan En Hu Nima usia 39 tahun. Relawan harus menelusuri jalan berliku nan sempit untuk mencapai rumah Nima. Setelah sampai di kediaman Nima. Terlihat Nima sedang duduk di depan rumahnya. Begitu melihat relawan datang senyum mengembang di bibir Nima.

Nima menderita darah tinggi saat akan melahirkan anak ke-6. Sebelum melahirkan darahnya naik sampai 160/100, badannya terasa baal (kebal) dan kesemutan menjelang melahirkan begitu kisahnya pada relawan. Saat melahirkan anaknya sehat walafiat namun dirinya mengalami ganguan syaraf kakinya sebelah kiri tidak bisa bergerak dan terasa kaku. Selain itu Nima tidak bisa buang air kecil sehingga dokter memasang selang saluran kencingnya.

Awal jalinan jodohnya dengan Tzu Chi terjalin dari tetangganya yang menganjurkan untuk meminta bantuan pengobatan di Tzu Chi. Suaminya yang berprofesi sehari hari sebagai petugas keamanan di perumahan Duta Mas Jelambar pun pergi ke Tzu chi. Beberapa hari kemudian Relawan melakukan survei dan dalam meeting di beri bantuan pengobatan untuk Nima.

foto  foto

Keterangan :

  • Para relawan menelusuri jalan di samping rel kereta api untuk menuju rumah para Gan En Hu (kiri).
  • Lim Ye Jiao Shijie sedang mengajarkan Nima untuk sering mengerakkan kaki agar uratnya tidak kaku lagi (kanan).

Nima menyatakan rasa syukurnya dan rasa terima kasihnya pada Yayasan Buddha Tzu Chi yang telah mengulurkan tangan untuk membantu dirinya. Kini kondisinya sedikit membaik. Relawan menyarankan Nima untuk menuruti jadwal dokter untuk berobat sehingga di harapkan Nima akan pulih lebih cepat. Dalam suasana lebaran ini relawan berkesempatan untuk menyatakan selamat hari Raya Idul Fitri kepada Nima dan keluarga. Terlihat relawan begitu akrab dengan Nima dan keluarganya. Mereka saling bersalaman saling mengucapkan Minal'Aidin wal-Faizin.

Perjalanan di teruskan ke rumah Gan En Hu  Zidane. Untuk mencapai rumah Zidane relawan harus menelusuri jalan samping rel kereta api. Relawan tampak begitu semangat walau panasnya mentari terasa begitu terik membakar kulit. Senyum terus mengembang di wajah relawan. Dalam hati mereka teriknya panas mentari tidak akan menyurutkan semangat perjalanan penuh kasih ini. Zidane adalah bocah lelaki berusia 8 tahun ini menderita radang otak. Ibu Zidane berkisah empat tahun yang lalu Zidane mengalami panas tinggi lalu di bawa ke Klinik terdekat. Setelah di beri obat mereka pulang, namun setelah mengkonsumsi obat dari Klinik, si kecil Zidane muntah-muntah dan badannya lemas tak bertenaga. Untuk berdiri saja tidak bisa. Padahal Zidane adalah seorang bocah yang sangat lincah sebelumnya. Saat belum sakit anaknya pandai bergaul dan pintar sekali begitu kata ibu Zidane.

foto  foto

Keterangan :

  • Jenny Shijie dan Jansen Shixiong begitu tersentuh melihat kondisi Zidane (kiri).
  • Orang tua Zidane juga merasa kehadiran relawan sangat membesarkan hati mereka. Sehingga mereka bisa mencurahkan isi hati mereka kepada relawan Tzu Chi yang sudah mereka angap sebagai keluarga (kanan).

Saat ini Zidane hanya bisa terbaring kaku, semua urat-uratnya terasa kencang. Badannya terus bertambah kurus. Sampai tinggal kulit membalut tulang. Rona memerah di mata ibunda Zidane saat berkisah bagaimana Zidane menanggis takala melihat teman-temannya bermain lari kian kemari. Walau Zidane tidak bisa bergerak dan sudah tidak bisa berbicara lagi tetapi ia masih punya naluri sebagai anak-anak normal lainnya. “Dia ingin bermain bersama teman temannya,” ujar ibu Zidane. Menurut Ibu Zidane, Dokter yang menangani Zidane mengatakan bahwa Zidane memiliki harapan untuk pulih tetapi tidak bisa normal lagi 100 % tetapi bisa lebih baik dari kondisi saat ini. Mendengar itu relawan pun menyemangati ke dua orang tua Zidane untuk terus bersemangat dan berdoa agar Zidane bisa sembuh kembali.

Keakraban relawan dan keluarga Zidane begitu terasa. Sampai relawan merasa enggan untuk beranjak dari sana. Begitu juga kedua orang tua Zidane merasa sangat berterimah kasih kepada Yayasan Buddha Tzu Chi dan segenap relawannya yang di rasa begitu meringankan penderitaan mereka dengan memberi bantuan pengobatan untuk Zidane. Orang tua Zidane juga merasa kehadiran relawan sangat membesarkan hati mereka. Sehingga mereka bisa mencurahkan isi hati mereka kepada relawan Tzu Chi yang sudah mereka angap sebagai keluarga. Namun waktu tidak kenal kompromi akhirnya relawan harus pamit karena akan meneruskan perjalanan ke rumah Gan En Hu yang lain. “Dalam mengikuti kunjungan kasih setiap relawan akan merasakan hal hal yang sangat positip. Begitu juga Gan En Hu akan merasa masih banyak orang yang mau memperhatikan mereka sehingga hati mereka menjadi bahagia.” Demikian Ujar Jenny Shijie disela menjalankan kunjungan kasih ini. Di saat bulan penuh berkah ini relawan melakukan kunjungan kasih. Mempererat tali silahturahmi saling menjalin jodoh baik.

 

 
 

Artikel Terkait

Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-127 di Manokwari, Papua

Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-127 di Manokwari, Papua

05 Agustus 2019

Untuk memberantas penyakit mata di wilayah Papua, Tzu Chi mengadakan Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-127 di Rumah Sakit Bhayangkara Lodewijk Mandatjan, Papua Barat. Baksos yang diadakan pada 19-21 Juli 2019 ini ada 259 orang yang berhasil dioperasi. Pasien katarak 204 orang, dan pterygium sebanyak 55 orang pasien.

”Ingin Bertemu Kembali”

”Ingin Bertemu Kembali”

06 Desember 2011 Pada hari itu, sebanyak 1.385 beras dibagikan kepada warga kurang mampu yang telah disurvei terlebih dahulu oleh para relawan Tzu Chi. Manfaat dari pembagian beras ini akan meringankan pengeluaran rutin warga penerima bantuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya.
Apa yang kita lakukan hari ini adalah sejarah untuk hari esok.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -