Kunjungan Sekolah Anak Terang

Jurnalis : Clarissa Ruth, Fotografer : Clarissa Ruth

Murid-murid Sekolah Anak Terang diajak berkeliling di Exibition Hall Tzu Chi untuk mengenal dan mengetahui sejarah Tzu Chi yang dipandu oleh relawan Tzu Chi.

Jumat, 28 Oktober 2022 murid-murid Sekolah Anak Terang yang terletak di Kota Tangerang mengunjungi Tzu Chi Center, PIK, Jakarta Utara. Bertepatan dengan hari Sumpah Pemuda, di sini murid-murid ini diperkenalkan lebih dalam tentang budaya humanis, cinta kasih, pelestarian lingkungan dan juga tentang dunia pertelevisian DAAI TV yang menyediakan konten-konten berbudaya humanis.

Murid-murid yang duduk di bangku SMP kelas 1-3 ini diajak berkeliling ke 3 tempat yang sudah ditentukan, yaitu Exhibition Hall di lantai 1 Aula Jing Si, Studio DAAI TV, dan Depo Pendidikan Pelestarian Lingkungan. Bukan hanya sekedar teori, tapi mereka juga diajarkan untuk mempraktikkan bagaimana peduli dengan sesama dan lingkungan sekitar mereka.

Di Depo Pendidikan Pelestarian Lingkungan ini para murid belajar lebih dalam lagi tentang menjaga lingkungan, daur ulang, dan mencintai Bumi.

Mereka juga berkesempatan untuk mengetahui cara kerja DAAI TV dalam memproduksi sebuah program televisi dengan mengunjungi studio yang setiap hari dipakai DAAI TV untuk siaran.

Saat berkeliling mereka dibagi menjadi tiga kelompok dan didampingi dengan beberapa staf yayasan dan DAAI TV, serta relawan yang menjelaskan tentang sejarah Tzu Chi pada saat mereka berkeliling di Exhibition Hall.

“Kita ajak mereka mengenal filosofi kita yaitu bersyukur, menghormati dan cinta kasih. Mengajak mereka ke Exhibition supaya mereka melihat sejarah dan kiprah Tzu Chi di Indonesia, serta bagaimana Tzu Chi membantu sesama. Lalu ke studio DAAI TV, kita berusaha ajak mereka untuk tahu bahwa kita itu televisi dengan konten budaya humanis, dengan konten kebaikan, jadi kita ajak mereka merasakan experience proses saat kami memberikan tayangan budaya humanis. Nah satu lagi, kita ajak mereka ke pelestarian lingkungan untuk mengajak mereka lebih peduli lagi dengan lingkungan dan menyayangi Bumi,” jelas Dyatmika, PR dan Branding DAAI TV Indonesia.

Syelfia Marry, Kepala Sekolah Anak Terang (tengah) merasa banyak hal yang didapatkan dalam kunjungan ini, ia berharap murid-muridnya dapat mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Kepala Sekolah Anak Terang, Syelfia Marry mengungkapkan alasan mereka memilih Tzu Chi dan DAAI TV sebagai tempat study trip mereka kali ini yaitu karena ingin menanamkan pada murid-murid berbudi pekerti yang baik, peduli dengan sesama dan juga lingkungan. Menurutnya masih banyak yang cenderung mengabaikan dengan sering menggunakan kemasan plastik untuk makanan maupun minuman. Juga Syelfi mengatakan di era digital ini murid-murid perlu untuk belajar tentang komunikasi dan pertelevisian.

“Ada pelajaran budi pekerti yang ingin kami tanamkan ke anak-anak, karena bagaimanapun mereka perlu mengetahui dan memahami bahwa di dunia ini kita perlu sharing, perlu berbagi kasih kepada dunia terlepas dari kondisi mereka, mungkin sebagian mampu atau yang kurang mampu, tapi love is universal language,” kata Syelfi. “Kalau dari sisi konten DAAI TV sebetulnya sangat bagus ya, banyak mengandung budi pekerti, pelajaran-pelajaran kehidupan, welas asih dan sebagainya, jadi kami memilih DAAI TV,” tambah Syelfi.

Menambah Pengetahuan dan Membuka Wawasan
Selama kegiatan ini berlangsung murid-murid menyimak dengan serius bahkan mereka menulis dan merekam informasi penting yang mereka dapati dan yang akan mereka pratikkan dalam keseharian. Seperti Aldo Farizal, dari awal tur ia sangat menyimak semua yang dijelaskan, baik itu tentang budaya humanis maupun tentang melestarikan Bumi. Aldo merasa banyak hal yang ia pelajari tentang cinta kasih, pelestarian lingkungan, dan terbuka wawasannya tentang dunia pertelevisian.

Aldo Farizal (tengah) memperhatikan penjelasan relawan mengenai cara-cara daur ulang yang dilakukan di depo pelestarian lingkungan.

“Setelah saya berkeliling di sekitar Tzu Chi ini saya merasa edukasi yang diberikan pada kami sangat bagus, mengedukasikan kami tentang pelestarian lingkungan, juga daur ulang dan tentang cinta kasih sesama manusia,” ungkap Aldo.

Begitu juga dengan Grace Oktaviani yang terinspirasi dan kagum dengan Tzu Chi. Ia melihat Tzu Chi membantu orang-orang dengan sangat tulus ikhlas serta tidak menginginkan imbalan.

“Saya sangat senang hari ini bisa belajar mengenai kehidupan, yang bisa membantu orang-orang di sekitar, yang mungkin tidak semua orang bisa atau mempunyai hati nurani yang begitu tulus membantu orang-orang kesusahan. Tentu itu tidak mudah karena banyak orang yang tidak tulus, mementingkan imbalan, tapi berbeda dengan Tzu Chi, mereka benar-benar tidak menginginkan imbalan dan membantu dengan ketulusan hati,” ungkap Grace.

Grace Oktaviani mengaku sangat senang saat diberi kesempatan praktik menjadi presenter, dia juga kagum dengan profesi seorang presenter yang harus benar-benar siap, tidak boleh gugup dalam membawakan berita-berita inspiratif pada penonton.

Grace yang tidak asing dengan program-program DAAI TV merasa saat menontonnya  mendapat ketenangan. Cerita-cerita yang banyak mengandung nilai-nilai kehidupan dan moral akan membantunya kelak dalam perjalanan hidupnya nanti, seperti bagaimana bersikap, cara memperlakukan orang lain sebagai keluarga. Di sini ia mendapatkan banyak pelajaran tentang arti cinta kasih, ketulusan, dan berbudi pekerti baik.

“Yang saya dapat hari ini dan akan saya terapkan di kehidupan saya adalah bagaimana cara tulus membantu orang-orang dan memperlakukan semua orang, dan semua makhluk hidup sebagai keluarga saya sendiri supaya saya bisa tulus menolong, membantu,” kata Grace.

Selain melihat studio dan dijelaskan mengenai proses syuting program, murid dan guru Sekolah Anak Terang juga melakukan sesi foto di dalam studio DAAI TV.

Selesai berkeliling dan diberi kesempatan untuk praktik menjadi presenter dan cameraman serta diberi pemahaman yang lebih dalam tentang bersyukur, cinta kasih, dan menghormati, murid-murid Sekolah Anak Terang berpamitan pulang. Syelfi sebagai kepala sekolah sangat berterima kasih atas pelajaran yang amat berarti bagi murid-muridnya, ia berharap ini bisa menjadi bekal bagi kehidupan sehari-hari muridnya.

“Kami ingin penanaman sikap, sifat, kebiasaan-kebiasaan baru yang kami harapkan mereka bawa pulang dari sini. Jadi dari sisi budi pekertinya, dari sisi dunia komunikasi serta pelestarian lingkungan, kami ingin mereka lebih berkembang lagi setelah dari study tour ini. Terima kasih kepada Tzu Chi dan DAAI TV yang sudah memberikan kesempatan berharga ini kepada anak-anak kami,” tukas Syelfi.

Editor: Erli Tan

Artikel Terkait

Penyemangat Saat Berjuang Sembuh dari Kanker

Penyemangat Saat Berjuang Sembuh dari Kanker

09 Maret 2021

Anak dan orang tua menjadi kekuatan dan penyemangat utama bagi Yiyin Suprihatin (32) menjalani ujian hidup. Sudah setahun ini, Yiyin berjuang melawan kanker payudara stadium 3 dan pada 10 Februari 2021 lalu telah menjalani operasi. Pagi itu Yiyin yang merupakan penerima bantuan Tzu Chi atau Gan En Hu datang ke Kantor He Qi Timur untuk reimburse biaya transportasi ke rumah sakit. 

Tumpuan dan Harapan Inah

Tumpuan dan Harapan Inah

12 November 2020

Tak banyak yang bisa dilakukan Inah (54), warga Tanjung Duren Utara, Jakarta Barat selama sebelas tahun ini. Inah mengalami stroke yang menyebabkan kakinya lumpuh. “Sejak ada bantuan, Alhamdulillah saya bisa pakai pampers (diapers) setiap hari. Dulu beli pampers juga nggak kebeli sama anak saya. Saya berterima kasih kepada Yayasan Buddha Tzu Chi karena sudah dibantu selama ini,” ujarnya.

Berjuang Bangkit Kembali

Berjuang Bangkit Kembali

16 Oktober 2019

Tahun 2016 silam, menyambut mahasiswa baru di kampusnya, Agatta dan rekan-rekannya dari organisasi pecinta alam melakukan atraksi repling (menuruni ketinggian dengan media tali). Tiga rekannya berhasil, sedangkan Agatta gagal karena miskomunikasi dengan teman lainnya. Akibatnya Agatta terjatuh ke tanah hingga menyebabkan kelumpuhan dan bergantung pada kursi roda. Sejak itu, relawan terus memberikan dukungan dan semangat kepadanya. 

Tahun 2016 silam, tepatnya 13 September, untuk menyambut mahasiswa baru di kampusnya, Agatta dan rekan-rekannya dari organisasi pencinta alam  melakukan atraksi repling (menuruni ketinggian dengan media tali). Universitas Jayabaya, salah satu mahasiswa dari Organisasi Mapalaya ingin memberikan suatu atraksi lompat dari atas gedung universitas lantai 6. Agatta Stevanya Meralda Montolalu (22), salah satu pelompat cewek berada diantara 3 pelompat cowok lainnya. Tiga rekannya cowok berhasil,  melakukan atraksi lompat tinggi, sedangkan Agatta sendirian gagal karena  miskomunikasi dengan teman lainnya. Akibatnya,  adanya yang kurang dari safety-nya (alat pengaman) menyebabkan Agatta terjatuh ke tanah hingga menyebabkan kelumpuhan dan bergantung pada kursi roda hingga kini. Sejak itu, relawan terus memberikan dukungan dan semangat kepadanya.

Genggamlah kesempatan untuk berbuat kebajikan. Jangan menunggu sehingga terlambat untuk melakukannya!
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -