Nenek Tuni sedang diperiksa kondisi tekanan darahnya oleh Malikha relawan Tzu Chi Cabang Sinar Mas yang bisa menggunakan alat pemeriksaan tekanan darah.
“Lakukanlah perbuatan baik yang layak dilakukan dengan sepenuh hati; tidak perlu menghitung berapa banyak kebajikan yang telah dilakukan”
(Kata Perenungan master Cheng Yen)
Relawan dari komunitas Xie Li Ketapang 2, Unit Kenari Estate, berangkat menuju Desa Kelampai, Kecamatan Manis Mata, Ketapang, pada 14 Maret 2025. Mereka datang untuk berbagi berkah di bulan Ramadan dengan menyalurkan paket sembako yang berisi beras 5 kg, minyak sayur 2 liter, gula pasir 1 kg, telur 1 kg, teh 1 kotak, dan pemeriksaan kesehatan plus vitamin kepada 24 orang lansia yang tinggal di pinggir Sungai Jelai. Meskipun sedang berpuasa, para relawan tetap bersemangat menyusuri jalan desa di sepanjang sungai.
Rumah pertama yang dikunjungi adalah rumah Yusuf, kepala dusun setempat. Eko Kuswoyo, ketua tim rombongan, menyampaikan bahwa kedatangan relawan Tzu Chi Sinar Mas kali ini bertujuan untuk bersilaturahmi, memberikan paket sembako, dan melakukan pemeriksaan kesehatan bagi para lansia.
“Saya sangat berterima kasih atas kepedulian dan perhatian bapak ibu semua. Saya sangat mengapresiasi, apalagi di tengah ibadah puasa. Semoga kebaikan ini menjadi pahala yang dilipatgandakan oleh Allah SWT,” ujar Yusuf dengan penuh haru.
Yusuf dan BPD Desa Kelampai turut mendampingi relawan mengunjungi rumah para lansia yang telah terdata. Setelah melakukan briefing singkat, relawan bersama perangkat desa segera bergerak dari rumah ke rumah untuk menyalurkan bantuan sembako serta memberikan layanan kesehatan.
Relawan Tzu Chi cabang Sinar Mas dari komunitas Xie Li Ketapang 2 membagikan paket sembako yang berisi beras 5 kg, minyak sayur 2 liter, gula pasir 1 kg, telur 1 kg, teh 1 kotak dan pemeriksaan kesehatan plus vitamin.
Hingga siang hari, delapan rumah telah mereka kunjungi. Matahari mulai terik, dan rasa lelah mulai terasa. Saat azan berkumandang dari masjid, para relawan pun berhenti sejenak untuk menunaikan salat Jumat. Sementara itu, relawan perempuan beristirahat di salah satu rumah warga.
Usai salat, Eko Kuswoyo membagi tim menjadi dua agar bisa menyelesaikan kunjungan ke 16 rumah lansia yang tersisa. Tim pertama, dipimpin oleh dr. Ficky, bertugas mengunjungi sembilan rumah di pinggir sungai, sedangkan Eko Kuswoyo memimpin tim kedua menuju arah berlawanan.
Setiap lansia yang mereka temui memiliki kisah hidup yang berbeda. Ada yang masih memiliki keluarga yang menemani, tetapi ada juga yang hidup sendiri dalam kondisi ekonomi sulit dan kesehatan yang menurun.
Para relawan Tzu Chi Cabang Sinar Mas berkunjunga ke rumah Nenek Masna dengan memberikan paket sembako serta memberikan pelayanan kesehatan.
Salah satu lansia yang dikunjungi adalah Nenek Masna. Ia sudah tak ingat usianya dan tinggal seorang diri di rumah sederhana yang dinding dan atapnya berlubang. Ketika relawan datang, ia tampak duduk terpaku di sudut rumah. Relawan mencoba memanggilnya, tetapi tidak ada respons. Yusuf kemudian memberi tahu bahwa pendengaran dan penglihatan Nenek Masna sudah menurun. Dengan suara lebih lantang, Yusuf menyapa, “Assalamu'alaikum, Nek. Ada tamu yang ingin bertemu.” Mendengar itu, Nenek Masna pun menoleh dan tersenyum ramah. “Iya, silakan masuk,” katanya.
Kesendirian membuatnya bergantung pada para tetangga. Ada yang memberinya makanan dan ada pula yang menyapanya setiap hari. Dr. Ficky memeriksa kesehatannya dan menyatakan bahwa kondisi Nenek Masna secara umum masih baik, meski pendengaran dan penglihatannya terganggu karena usia. Ia pun diberikan vitamin tambahan.
Kondisi serupa dialami oleh Nenek Sakdimah (80) yang menderita stroke dan terbaring di tempat tidur. Seorang tetangga dengan setia menjaganya, membantu makan, minum, dan memandikannya. Ketika relawan datang, Nenek Sakdimah sempat terdiam sejenak, lalu tersenyum saat mengenali Bagus, salah satu relawan. “Bapak, apa kabarnya?” tanya nenek. “Alhamdulillah, sehat, Nek,” jawab Bagus dengan hangat.
Relawan Tzu Chi Cabang Sinar Mas dari komunitas Xie Li Ketapang 2 dari Unit Kenari Estate memberikan paket semabako ke rumah Kakek Bahrudin yang kesulitan berbicara.
Berbeda dengan dua nenek tadi, Kakek Bahrudin (60) masih tinggal bersama anak-anaknya yang belum bekerja. Ia sehari-hari bekerja di ladang, tetapi sejak setahun terakhir mengalami kesulitan berbicara. Awalnya, ia mengeluh sakit di tenggorokan, namun belum pernah mendapat pengobatan. Kiki, seorang relawan berlatar belakang kebidanan, memeriksa kondisinya dan menduga Kakek Bahrudin mengalami infeksi di pita suara. Ia pun disarankan segera berobat ke dokter.
Sementara itu, Nenek Jana (80) mengidap skizofrenia paranoid. Ia sering berteriak tanpa sebab, marah-marah, dan mengganggu warga sekitar. Kini, kondisinya semakin melemah dan ia hanya bisa terbaring di tempat tidur. Salah satu dari dua putranya, yang mengalami katarak dan tidak bekerja, merawatnya dengan penuh kesabaran.
Relawan Tzu Chi Cabang Sinar Mas dari komunitas Xie Li Ketapang 2 mengunjungi Desa Kelampai, Kecamatan Manis Mata, untuk berbagi berkah Ramadan dengan menyalurkan bantuan sembako dan layanan kesehatan.
Relawan juga mengunjungi pasangan lansia, Abdullah (79) dan Tuni (77), yang hidup sederhana dan lebih banyak beraktivitas di dalam rumah. Anak serta cucu mereka rutin menjenguk untuk memastikan kondisi mereka. Kakek Abdullah mengeluhkan nyeri di jantungnya, dan setelah diperiksa oleh dr. Ficky, diketahui bahwa ia mengalami pembengkakan jantung. Sementara itu, Nenek Tuni memiliki riwayat maag dan saat diperiksa, tekanan darahnya sedang tinggi.
Kunjungan ini bukan sekadar menyerahkan bantuan sembako namun ada keharuan dan rasa syukur yang menyelimuti para relawan. Melihat senyum para lansia dan bisa berbagi dengan mereka menjadi kebahagiaan tersendiri, layaknya berbagi dengan orang tua sendiri.
Editor: Anand Yahya