Kunjungi Tzu Chi Indonesia, Anggota AIESEC Tambah Wawasan Lingkungan
Jurnalis : Khusnul Khotimah, Fotografer : Arimami SA, Khusnul KhotimahSebanyak 12 anggota AIESEC terjun langsung memilah sampah daur ulang di Depo Pendidikan dan Pelestarian Lingkungan Tzu Chi PIK. Tak cuma dari Indonesia, sebagian dari mereka ada yang dari Bahrain, Malaysia, India, Jerman, Korea, dan Tiongkok.
Pernah dengar tentang AIESEC? Ituloh organisasi kepemudaan internasional, wadah buat para mahasiswa mengembangkan potensi kepemimpinan mereka. Nah AIESEC ini sudah ada di 126 negara. Salah satunya di Indonesia, termasuk di kampus Universitas Prasetiya Mulya.
Kebetulan AIESEC di kampus Prasetiya Mulya punya program yang namanya Wildlife Expedition. Sebuah program yang punya misi membangun kesadaran masyarakat sekitar tentang lingkungan dan bagaimana cara melestarikannya. Selain getol mengadakan kegiatan bertema lingkungan, mereka juga terus meningkatkan wawasan lingkungan mereka. Kemarin, Kamis 6 Februari 2020, mereka berkunjung ke Tzu Chi Indonesia yang sudah cukup dikenal sebagai organisasi yang menjalankan misi pelestarian lingkungan secara konsisten.
Michael Mandalay (kedua dari kiri) mengatakan kunjungan ini pastinya membangun kesadaran
ia dan teman-temannya untuk lebih berwawasan lingkungan seperti mengurangi
penggunaan plastik, dan juga mulai bervegetaris.
Hudoyo Teguharja yang biasa dipanggil Thomas Shibo menjelaskan jenis-jenis sampah yang dapat dipilah.
Selain jadi lebih tahu tentang Tzu Chi, 12 anggota AIESEC ini juga diajarkan memilah sampah daur ulang di Depo Pendidikan dan Pelestarian Lingkungan Tzu Chi PIK. Hudoyo Teguharja (63), relawan dari Komunitas He Qi Utara 1 yang biasa dipanggil Thomas Shibo juga menjelaskan jenis-jenis sampah yang dapat dipilah dan bagaimana kategorinya.
“Seharian ini yang paling menarik buat saya adalah pemilahan sampah daur ulang. Selama ini kan kita sering bicara tentang recycle, tapi tempat recycle sendiri kami tidak tahu di mana. Dan proses recycle bagaimana, itu juga kami tidak tahu. Jadi hari ini kita sempat melakukan pemilahan sampah botol plastik, yang harus dipilah tutupnya dan botol plastiknya,” kata Michael Mandalay.
Sonja Fatehi, dari Goethe University, Frankfurt Am Main, Jerman tampak serius memilah botol plastik.
Kepada para mahasiswa yang peduli lingkungan ini, Thomas Shibo juga menjelaskan sejak kapan sih Tzu Chi menggalakkan pelestarian lingkungan. Pada Agustus 1990, Master Cheng Yen mulai memberikan ceramah berseri tentang “Sebuah Hidup yang Penuh Berkah”. Dalam ceramah itu Master Cheng Yen mengimbau para relawan untuk melestarikan lingkungan, menggalakkan pemilahan sampah, daur ulang dan pemanfaatan limbah, serta menghargai energi.
“Di akhir ceramah itu, ketika relawan bertepuk tangan, Master Cheng Yen mengatakan, ‘Gunakanlah kedua tangan kalian yang sedang bertepuk itu untuk melestarikan lingkungan.’ Sejak saat itulah, Tzu Chi menggalakkan pelestarian lingkungan,” jelasnya.
Kegiatan Tzu Chi dalam hal pelestarian lingkungan, tambah Thomas, ada tiga, yakni kampanye gaya hidup pelestarian lingkungan, mengumpulkan donasi dari sampah daur ulang, dan menggunakannya untuk kegiatan sosial, lalu juga mengembangkan pusat pendidikan pelestarian lingkungan. Saat ini Tzu Chi Indonesia sudah punya 24 Depo Pendidikan dan Pelestarian Lingkungan, serta 46 titik pemilahan.
Para anggota AIESEC ini dijelaskan tentang awal mula Tzu Chi di Indonesia
dan apa saja yang sudah dilakukan.
Sonja Fatehi, dari Goethe University, Frankfurt Am Main, Jerman merasa terkesan dengan misi pelestarian lingkungan yang dijalankan oleh Tzu Chi. Bahkan ia mengungkapkan ketertarikannya menjadi relawan pelestarian lingkungan. Bagi Sonja, melakukan pemilahan sampah daur ulang merupakan wujud nyata mencintai bumi.
“Saya sangat senang bisa berkunjung ke Tzu Chi Indonesia. Ini adalah pengalaman yang menyenangkan, termasuk saat pilah sampah daur ulang. Saya juga sangat salut bagaimana Tzu Chi dapat menjalankan misi-misi kemanusiaannya di Indonesia,” kata Sonja.
Anggota AIESEC juga membawa pulang celengan bambu Tzu Chi sebagai wadah untuk melakukan dana kecil amal besar setiap hari.
Dalam waktu dekat, tepatnya pada 9 Februari 2020 mendatang, AIESEC di kampus Prasetiya Mulya bakal melakukan misi pembersihan pantai di Pulau Pari, Kepulauan Seribu. Karena itu bagi anggota AIESEC ini, kunjungan ke Tzu Chi ini memberikan banyak bekal bagi mereka.
“Harapan kami ilmu yang didapat di sini bisa diterapkan ketika kami mengumpulkan sampah di Pulau Pari nanti dan bisa memilahnya,” tambah Michael Mandalay asal Indonesia.
Editor: Metta Wulandari