Kuntum-kuntum Teratai di Kota Tebing Tinggi
Jurnalis : Erli Tan, Fotografer : Erli Tan, Dok. Tzu Chi Tebing TinggiSebanyak 12 relawan dari Kota Tebing Tinggi yang mengikuti pelatihan 4 in 1 yang diadakan di Jakarta selama dua hari.
Dalam Kamp Pelatihan 4 in 1 yang berlangsung pada tanggal 28-29 Mei 2016 lalu, turut hadir 12 relawan dari Kota Tebing Tinggi yang mengikuti pelatihan. Enam di antaranya adalah calon komite yang tahun ini akan dilantik menjadi komite pertama di Tebing Tinggi. Salah satu relawan yaitu Pinnie Johan (51) adalah yang memulai tonggak berdirinya Tzu Chi Tebing Tinggi.
Tahun 2004 Pinnie adalah donatur Tzu Chi dari seorang teman di Medan. Tidak lama kemudian ia mulai menggalang hati masyarakat Tebing Tinggi. Awalnya Pinnie merasa kesulitan karena banyak yang belum mengenal Tzu Chi. Ia pun mulai mencoba dari sekolah anaknya. Saat mengantar jemput anak, ia menggalang hati (dana) dari orang tua murid dan guru-guru. Hingga kini anaknya sudah tamat sekolah, namun setiap bulan ia masih berkunjung ke sekolah untuk mengumpulkan donasi. Dana yang diterima tidak memandang besar atau kecil, cleaning service sekolah juga tidak ia lewatkan. “Yang penting ketulusan dari mereka,” harapnya setiap kali menerima donasi.
Enam di antaranya adalah relawan calon komite yang akan dilantik langsung oleh Master Cheng Yen pada tahun ini di Taiwan.
Tahun 2009, donaturnya mencapai 350 orang, ia pun mendapat dorongan dari pihak Tzu Chi Medan agar dapat memberikan sumbangsih kembali untuk masyarakat Tebing Tinggi. Atas dukungan dari Tzu Chi Medan, maka tea gathering yang bertujuan merekrut relawan baru pun terselenggara pada tahun itu juga. Sejak itu pula Pinnie mulai menggalang relawan Tebing Tinggi. Chen Kan Liang, suami Pinnie, yang awalnya hanya membantu memberi pendapat dalam mengadakan kegiatan, lama-lama juga tertarik ikut kegiatan dan bergabung menjadi relawan. Pinnie dan suami walau berbeda keyakinan namun dapat bergandeng tangan bersama-sama di jalan Tzu Chi. Rasa syukur dan sukacita bekerja Tzu Chi makin dirasakan Pinnie.
Selain suami, Pinnie juga telah menginspirasi keluarga besarnya untuk ikut bergabung menjadi relawan Tzu Chi, yaitu kakak, adik laki-laki, adik ipar (istri adiknya), dan keponakan. Pinnie bertekad akan menggalang lebih banyak lagi relawan dari keluarga besarnya yang mana saat ini sebagian masih berstatus donatur.
“Zhuo jiu dui le (lakukan saja!) Duo yong xin (selalu bersungguh hati),” jawab Pinnie singkat saat ditanya semangat seperti apakah yang selalu dibawa dalam meniti jalan Bodhisatwa ini. “Memegang teguh prinsip Cheng Zheng Xin She (ketulusan kebenaran keyakinan kesungguhan), itulah prinsip-prinsip yang memotivasi kita di jalan Bodhisatwa ini,” tambahnya.
Setelah mengikuti setiap materi di kamp 4 in 1 ini, tekad Pinnie masih tetap sama, akan terus menggalang hati dan relawan. “Jurus” yang dipakainya juga tergolong sederhana, dari donatur direkrut menjadi relawan, dari tiap relawan akan menggalang donatur-donatur baru lagi. Dari donatur akan menjadi relawan lagi dan seterusnya. Prinsip ini seperti yang selalu Master Cheng Yen katakan, dari satu tumbuh menjadi tak terhingga.
Harapannya juga sederhana, “Mudah-mudahan relawan kita semua lebih semangat menggalang Bodhisatwa di Tebing Tinggi, juga lebih banyak lagi batin manusia yang tersucikan di masyarakat komunitas kita,” tukasnya.
Pinnie Johan (tiga dari kiri) merupakan tonggak berdirinya Tzu Chi Tebing Tinggi.
Memanfaatkan Waktu Dengan Bijaksana
Relawan Tebing Tinggi lainnya yang juga ikut dalam kamp pelatihan ini, salah satunya adalah seorang dokter, yaitu Inggrawati (43). Sejak tea gathering tahun 2009 silam, Inggrawati sudah bergabung menjadi relawan Tzu Chi. Sehari-harinya ia membuka praktik di rumah dari Senin-Sabtu, jam istirahatnya dari jam 13.00-17.00 justru ia pergunakan untuk kerja Tzu Chi, bukannya istirahat. Malam hari selesai praktik jam 21.00, ia sempatkan diri hadir di kantor Tzu Chi Tebing Tinggi untuk ikut kegiatan gathering relawan, shou yu (isyarat tangan), dan bedah buku. Baginya, Tzu Chi adalah rumah kedua.
“Karena kata Master, kita harus utamakan keluarga dulu dan pekerjaan, baru kita bisa bersumbangsih untuk orang lain. Niat pertama saya masuk Tzu Chi karena memang mau meluangkan waktu untuk membantu orang lain. Jadi, di luar jam praktik, saya akan keluar untuk kerja Tzu Chi,” tutur Inggrawati saat ditemui di sela-sela pelatihan.
Orang tua tunggal dari Brian Edbert dan Felicia ini aktif di banyak kegiatan, terutama karena profesinya adalah dokter. Ia banyak melakukan survei kasus dan guan huai (kunjungan kasih) ke rumah-rumah gan en hu (penerima bantuan Tzu Chi). “Setelah melakukan kegiatan Tzu Chi, ada rasa bahagia dan sukacita karena kita bisa meringankan penderitaan orang lain. Itu satu kegembiraan yang nggak bisa kita beli dengan uang,” ujarnya dengan raut wajah bahagia.
Inggrawati (kanan) juga turut dalam pelatihan ini. mamanya (kiri) juga turut ikut masuk ke dalam barisan Tzu Chi dalam membantu sesama yang membutuhkan.
Sambil melakukan kegiatan, Inggrawati juga aktif menggalang dana dengan bercerita Tzu Chi. Setiap bulan ke rumah-rumah gan en hu, juga sekalian menyimpan donasi bulanan. Sebuah celengan bambu juga terpajang di meja kerjanya. Sebagian masyarakat (pasien) yang sudah mengetahui keaktifannya di Tzu Chi, dapat langsung memasukkan dana ke dalam celengan tanpa perlu mendapat penjelasan darinya. Donasi pun datang dari pasien berbagai golongan.
Tanggung jawab Inggrawati di komunitas adalah di bagian pengobatan, tapi dia juga melakukan pekerjaan lain seperti survei kasus, dekor, konsumsi, dan daur ulang. Lingkup kegiatan Tzu Chi Tebing Tinggi juga mencakup beberapa kota kecil dan daerah di sekitarnya, di antaranya Sei Rampah, Laut Tador, dan Kisaran. Karena relawan Tebing Tinggi masih terbatas, maka mereka harus merangkap. Kendati demikian, Inggrawati melakukannya dengan sukacita, “Jangan anggap itu sebagai beban,” imbuhnya. Kekompakan dan keharmonisan insan Tzu Chi di komunitas Tebing Tinggi telah memberinya sebuah kekuatan dan semangat untuk terus melakukan yang terbaik.
Mama Inggrawati, Zheng Mei Mei (70) juga adalah relawan Tzu Chi. Sejak 2009 mama Inggrawati merelakan lahan dan rumah kosongnya untuk dijadikan sebagai depo daur ulang Tzu Chi Tebing Tinggi. Hingga kantor penghubung Tebing Tinggi diresmikan pada 8 November 2015, barulah depo itu ditutup dan pindah ke kantor penghubung.
Karena komitmen Inggrawati untuk dilantik menjadi komite tahun ini, ia mengatur waktunya dengan membatasi keterlibatannya dalam seminar-seminar kedokteran. Tak lain agar ia dapat mengikuti pelatihan caalon komite pada bulan Maret lalu dan training 4 in 1 yang berlokasi di Jakarta. Akhir tahun nanti juga akan berangkat ke Taiwan untuk dilantik langsung oleh Master Cheng Yen.
Sebagai calon komite, yaitu satu dari 6 bibit pertama yang bertanggung jawab membawa dan membimbing relawan-relawan Tebing Tinggi di masa yang akan datang, Inggrawati menyatakan bahwa dirinya siap untuk memikul tanggung jawab itu. “Kami selalu semangat!” ucap Inggrawati menutup pembicaraan sambil bergaya mengacungkan kedua tangan.
Artikel Terkait
Kuntum-kuntum Teratai di Kota Tebing Tinggi
01 Juni 2016Turut hadir 12 relawan dari Kota Tebing Tinggi yang mengikuti pelatihan. Enam di antaranya adalah calon komite yang tahun ini akan dilantik menjadi komite pertama di Tebing Tinggi.
Semangat Belajar di Tzu Chi
01 Juni 2016Sungguh membahagiakan pada kamp tahun ini, barisan insan Tzu Chi semakin panjang dengan bertambahnya satu komunitas relawan Tzu Chi dari Cianjur, Jawa Barat. Sebanyak 6 orang relawan Abu Putih dari Cianjur hadir dalam pelatihan ini.