Ladang Berkah di Setiap Sudut
Jurnalis : Fammy (He Qi Timur), Fotografer : Fammy (He Qi Timur)Para dokter TIMA dengan sabar memeriksa gigi para pasien dalam baksos kesehatan gigi pada Minggu, 22 Maret 2015 di balai pelatihan Yayasan Atmabrata, Kampung Sawah, Kelurahan Semper Timur, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara.
Kesadaran warga Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara terhadap kesehatan tergolong rendah. Hal inilah yang mendorong Yayasan Atmabrata yang digawangi Bruder Petrus, seorang rohaniwan Katolik untuk menjalin jodoh baik dengan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Jalinan jodoh ini terwujud dengan dilakukannya baksos kesehatan gigi pada hari Minggu, 22 Maret 2015, dan ditujukan bagi warga Kelurahan Semper dan sekitarnya. Sejak pukul 08.00 pagi, sebanyak 184 calon pasien yang mayoritas anak-anak telah berdatangan memadati tenda biru yang terletak di depan balai pelatihan Yayasan Atmabrata, Kampung Sawah, Kelurahan Semper Timur, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara. Gedung Balai Latihan Kerja ini adalah bangunan baru dan merupakan milik Yayasan Katolik Atmabrata. Menurut Bruder Petrus, gedung ini adalah sumbangan dari Rumah Sakit Siloam.
Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari Penyuluhan Gigi Anak di Sekolah Bambu Taman Bacaan dan Sekolah Empang, Cilincing, Jakarta Utara yang dilakukan oleh para relawan Tzu Chi pada tanggal 31 Agustus 2014. Menurut koordinator baksos ini, drg.Linda Verniati, dasar untuk melakukan baksos di wilayah ini dimulai oleh para relawan komunitas He Qi Timur Hu Ai Kelapa Gading yang survei melihat kondisi masyarakat di sekitar Yayasan Atmabrata. “Yayasan Atmabrata yang dikelola oleh Bruder Petrus ini memiliki tempat seperti balai penampungan dan pelatihan warga sekitar sini. Meski begitu, banyak sekali warga kelas marjinal dan tidak mampu di wilayah ini sehingga diajukanlah tempat ini sebagai lokasi baksos dan disetujui,” pungkas drg. Linda.
Sebanyak 47 relawan Tzu Chi termasuk 14 dokter TIMA dan 4 mahasiswa medis membantu jalannya baksos ini. Para relawan Tzu Chi berperan mengarahkan jalannya baksos serta melakukan sterilisasi alat medis.
Tak lama menunggu, para dokter TIMA segera melakukan pemeriksaan awal hingga lanjutan serta penanganan para pasien. Kerusakan gigi yang banyak dijumpai dalam baksos ini adalah gigi berlubang. Menurut drg. Linda, banyaknya kasus gigi berlubang dikarenakan kurangnya kesadaran untuk merawat gigi. Memang mayoritas pasien yang ditangani merupakan anak-anak -anak yang umumnya kurang paham cara merawat gigi yang baik.
“Kita mengharapkan ada sebuah penyuluhan karena pemeriksaan gigi itu tidak bisa hanya melihat kondisi giginya saja. Misalnya giginya bagus, giginya mesti ditambal, giginya mesti dicabut, dan sebagainya. Tetapi mereka tidak diajarkan bagaimana hidup sehat yang baik dan benar. Nanti, giginya kembali berlubang lagi, dan berlubang lagi,” ujar drg. Linda.
Lebih lanjut, drg. Linda menjelaskan bahwa dengan adanya penyuluhan kesehatan gigi akan dapat meningkatkan kesadaran akan kesehatan gigi. “Jadi prosesnya diberi penyuluhan apa penyebab giginya berlubang dan bagaimana pola hidup yang benar untuk gigi sehat. Selanjutnya kita ajarkan yang paling utama dari kesehatan gigi adalah kemampuan kita menyikat gigi dengan benar. Mengubah kebiasaan, mengubah perilaku, mengubah cara hidup sehat yang benar perlu ditanamkan kepada mereka sejak masih kecil,” tambah drg. Linda.
Salah satu pasien yang menjalani pengobatan adalah Desti. Gadis cilik berusia tujuh tahun ini mengaku tidak takut memeriksakan giginya karena ingin giginya sehat. Lebih lanjut, dia senang karena dokter juga memeriksanya juga memberi nasihat untuk menjaga kesehatan gigi. “Mesti rajin mengosok gigi dan juga mesti mengurangi makan makanan dan minum minuman yang manis-manis, seperti permen, ice cream, coklat,” ujar Desti menirukan ucapan dokter yang memeriksanya.
Ladang Berkah Tersembunyi
Salah satu relawan kesehatan yang berpartisipasi dalam bakos ini, drg. Andrew Laurent mengaku senang dapat ikut serta dalam baksos ini. “Kesempatan bisa ikut terjun ke masyarakat seperti ini sungguh pengalaman yang sangat berharga karena tidak saja menurunkan ilmu pengobatan gigi yang sudah dikuasai, tetapi juga turut dapat merasakan kesusahan orang lain,” ujar dokter yang telah bergabung dengan TIMA sejak tahun 2012 itu.
Salah satu dokter TIMA, drg. Andrew Laurent merasa bersyukur dapat berpartisipasi dalam baksos ini. Senyuman pasien menjadi obat anti-lelah yang mujarab baginya.
Lebih lanjut, dokter lulusan tahun 2005 ini menuturkan bahwa rasa bahagia membantu sesama jauh lebih berharga dibandingkan melayani pasien di klinik. “Rasa lelah di tempat baksos ini terbayar saat melihat pasien yang pulang dengan senyum karena gigi yang sehat. Sangat beruntung bisa bergabung sebagai tim dokter gigi TIMA karena bisa menambah ilmu, menambah pengalaman, bekerja sama dengan baik bersama saudara-saudara seprofesi yang sama-sama peduli terhadap sesama,” tutup drg. Andrew.
Selain relawan kesehatan, terdapat para relawan yang membantu kelancaran baksos mulai dari mengarahkan para pasien hingga mereka yang bekerja di belakang layar. Mereka adalah para relawan yang melakukan sterilisasi peralatan medis. Meski sering dipandang sebelah mata, kehadiran para relawan dalam melakukan sterilisasi alat medis memberikan kontribusi besar bagi kelancaran baksos.
Meski terlihat sederhana, proses sterilisasi alat medis tidak bisa dilakukan sembarangan. Hal ini seperti dijelaskan oleh drg.Linda. “Alat kedokteran gigi ini wajib disterilkan sebelum dan sesudah digunakan pada waktu pemeriksaan gigi. Bahan yang digunakan untuk mensterilkan alat medis gigi ini juga mesti tepat dan benar. Berapa lama alat-alat tersebut harus direndam, karena setiap obat itu ada dosis dan arahan pemakaiannya. Perendaman alat medis gigi ini baru maksimal membunuh bakteri atau kuman,” jelasnya.
Melakukan sterilisasi peralatan medis memberikan hikmah tersendiri bagi para relawan Tzu Chi. Meski sering tidak dilihat oleh para pasien, para relawan tetap menggarap ladang berkah ini dengan sepenuh hati.
Hal ini diakui oleh Ciu She Cuang atau akrab disapa Acuang. Menurutnya, setiap tahap proses sterilisasi harus diikuti dan dilakukan sesuai prosedur medis yang sudah ditetapkan secara terperinci. Walaupun berat tapi mereka tetap mau mengambil kesempatan ini untuk belajar, juga karena sudah panggilan dari hati membuat mereka mau membantu di bagian sterilisasi alat kedokteran gigi ini.
Senada dengan itu, Tjiong Liang Hok atau akrab disapa Yeyen menuturkan bahwa melakukan sterilisasi merupakan bagian yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Namun, Yeyen mengatakan bahwa jika semua dikerjakan dengan hati yang sungguh-sungguh tidak ada pekerjaan yang sulit untuk dilakukan dan dipelajari. “Apalagi mencuci alat medis gigi ini penting sekali. Karena kalau semua alat-alat medis gigi ini bersih, steril, higienis, tidak ada kuman, tidak ada bakteri yang melekat sama sekali, kita juga merasa turut ambil bagian menjaga kesehatan gigi para pasien, kita juga membantu para dokter gigi yang memeriksa gigi pasien bisa bekerja lebih baik,” ujar Yeyen.