Di hari Minggu tanggal 18 Juli 2010, pagi itu cuaca mendung dan turun hujan rintik-rintik membasahi permukaan jalan, tapi tidak menyurutkan hati relawan Tzu Chi dari Hu Ai Angke untuk datang ke Posko Daur Ulang Tzu Chi Muara Karang, Jakarta Utara. Melakukan pemilahan sampah daur ulang adalah kegiatan yang biasa dilakukan relawan Tzu Chi sebagai bentuk partisipasi melestarikan lingkungan yang sehat dan bersih. Sebenarnya, melestarikan lingkungan itu bisa dimulai dari rumah kita masing-masing, seperti yang dilakukan oleh sebagian besar relawan Tzu Chi di rumah mereka demi terwujudnya lingkungan yang asri, bersih, dan indah. Ket : - Sebelum kegiatan memilah sampah dimulai, sebanyak 8 siswi dan 1 guru menyaksikan 'Lentera kehidupan'' (Ceramah Master Cheng Yen) tentang konsep pelestarian lingkungan.(kiri) - Bagi relawan Tzu Chi, setiap ada kesempatan kita harus menciptakan berkah dan bersumbangsih tanpa pamrih. (kanan) Hemat Berbuah Berkah Sudah pernahkah membuat dan memakai ekoenzim? Ketua Hu Ai Angke, Lely Herawati merupakan salah satu relawan yang sudah mempraktikkan dan mendapatkan manfaat dari menggunakan ekoenzim. Lantai rumah Lely kian bersih dan bebas kuman setelah menggunakan produk yang bisa dibuat sendiri ini. Begitu pula dengan tanaman di rumahnya yang tidak mudah terkena kutu (hama) yang selalu menyerang daun dan buah. Caranya adalah cukup dengan menyiram 2 minggu sekali dengan perbandingan ekoenzim 1 atau 2 tutupan botol minuman dilarutkan ke dalam 1 ember air. Ekoenzim juga dapat dimanfaatkan untuk membersihkan pakaian dan alat-alat makan, seperti piring, gelas, dan lain-lain. Dengan membuat sendiri dan memanfaatkan ekoenzim, maka kita bisa menghemat uang belanja dan uangnya dapat kita gunakan untuk berbuat kebajikan. Sejak Dua Tahun Silam Warsidi, relawan Tzu Chi lainnya sudah berpartisipasi dalam pelestarian lingkungan. Walaupun tidak terlalu besar, posko daur ulang di rumahnya dapat menampung kiriman sampah daur ulang dari para saudara dan tetangganya— ada lebih dari 15 orang yang rutin mengirimkan sampah daur ulang. Barang-barang yang dikumpulkan biasanya berupa botol plastik, kaleng susu dan minuman, koran, kardus dan lain-lain. Setiap 2 minggu sekali, mobil daur ulang Tzu Chi dapat mengangkut 4-5 karung sampah daur ulang dari rumah Warsidi. Merasa prihatin dengan penderitaan orang-orang yang kesulitan dalam memperoleh air, Warsidi juga menghemat pemakaian air di rumahnya. Jika mandi, bekas airnya bisa digunakan untuk membersihkan closet, wastafel, dan teras rumah. Ket : - Cuaca mendung dan turun hujan rintik-rintik, tidak menyurutkan relawan Tzu Chi untuk berkegiatan memilah sampah daur ulang. (kiri) - Karena adanya jalinan jodoh yang baik . sebanyak 8 siswi dan 1 guru pembina berkesempatan hadir di depo Mk. (kanan) Mengurangi Sampah Kantong Plastik di Rumah Amelia, relawan Tzu Chi yang masih berusia muda juga sudah memikirkan cara untuk berpartisipasi melestarikan lingkungan. Ia membiasakan diri untuk membawa tas serba guna yang bisa dilipat dan disimpan di dalam tas kerjanya. “Jadi kalau belanja kita tinggal masukin barangnya ke tas serba guna, nggak perlu kantong plastik lagi yang dikasih sama penjualnya,” terang Amelia yang juga aktif di Kelas Bedah Buku yang rutin diadakan setiap Kamis sore di Jing Si Books and Café Pluit, Jakarta Utara. Bersumbangsih Tanpa Pamrih Rela meluangkan waktu, tenaga dan pikiran yang selalu dijadikan pegangan oleh Jodie, relawan Tzu Chi, di setiap kegiatan Tzu hi akhirnya membuka jalinan jodoh yang baik dengan para guru dan siswa-siswi Sekolah Al Muttaqin. Ditemani Jodie, sebanyak 8 siswi dan 1 guru pembina SMP Al Muttaqin berkesempatan hadir di Posko Daur Ulang Muara Karang. Mereka ikut bergabung dengan relawan Tzu Chi lainnya memilah sampah daur ulang. Salah seorang siswi bernama Desi mengungkapkan perasaannya, “ Senang, saya sudah 2 kali kemari dan di sekolah bersama teman-teman sudah mengumpulkan 5 kantong sampah daur ulang yang sudah dipilah.” Kegiatan pemilahan sampah daur ulang ini selesai pada pukul 12.00 WIB. Hasil pemilahan sampah daur ulang oleh para relawan ini kemudian dikumpulkan dalam beberapa kantong besar dan diikat dengan tali. Begitu pula dengan koran, majalah dan lainnya, semua ditumpuk menjadi susunan yang rapi di Posko Daur Ulang Muara Karang. Keringat di wajah bisa dengan mudah dilap dengan sapu tangan, rasa lelah dapat dengan mudah hilang saat beristirahat, tapi rasa persaudaraan dan kebersamaan akan terus tertanam di dalam hati. Ketika saling bertatap muka, saling melempar senyum dan bertegur sapa di antara relawan Tzu Chi dan siswa-siswi SMP Al Muttaqin, kita semua merasa bersaudara dan tinggal di bumi yang sama. |