Langkah Bijak Mensyukuri Berkah
Jurnalis : Hadi Pranoto, Fotografer : Hadi Pranoto, Hok Cun Lu Lien Chu, Ketua Tzu Chi Tangerang menyalami Rizky Shahputra (4) yang baru saja menjalani operasi akibat infeksi tulang di lengan kirinya. Rizky sekeluarga datang ke Posko Daur Ulang Tzu Chi Tangerang untuk berpartisipasi melestarikan lingkungan. | Di tengah kesibukan relawan dan para anak asuh Tzu Chi memilah sampah daur ulang, sepasang suami-istri bersama seorang anak laki-laki berpostur gemuk—dengan kain penyangga di lengan kirinya— memasuki halaman Posko Daur Ulang Tzu Chi di Serpong Gading, Tangerang. Tanpa rasa ragu dan sungkan, Purwanto (36) menyapa seorang relawan Tzu Chi yang tengah memilah sampah botol plastik minuman. Sedikit terlibat dalam perbincangan, sejurus kemudian, Purwanto dan Puji Lestari (28) sudah berbaur bersama relawan lainnya memilah sampah daur ulang. Bahkan, putra mereka, Rizky Shahputra (4) sesekali mengikuti kedua orangtuanya memilah sampah daur ulang. |
Melihat kondisi lengan Rizky yang dibalut kain penyangga, rasa penasaran saya pun terpanggil. ”Bekas operasi,” jawab Purwanto singkat. Sementara sang ibu tampak tersenyum, Rizky yang cenderung pendiam itu pun memilih menghindar, dan asyik bermain dengan botol-botol plastik. Dari perbincangan itu, akhirnya terungkap bahwa Rizky baru saja menjalani operasi pada tanggal 24 April 2009 lalu. Tak disangka, ternyata anak yang terlihat sehat dan bugar ini ternyata pernah mengidap penyakit infeksi akut yang menyerang tulang di bahu kirinya. ”Saya ingin berterima kasih sama Tzu Chi, anak saya dah dibantu pengobatannya. Bantu uang saya nggak ada, akhirnya bantu ini, tenaga,” jawab Purwanto tegas menyatakan alasannya mengikuti pemilahan sampah ini. Ungkapan Rasa Syukur Semua bermula ketika di bulan November 2008, Rizky mengeluh sakit di pundak sebelah kiri. Waktu itu, beberapa bulan sebelumnya, Purnomo juga terkena pemutusam hubungan kerja dari perusahaan tempatnya bekerja. Purnomo pun kemudian melamar kerja sebagai satpam di perusahaan yang lain—sistem kontrak.. Padahal di tempat kerja yang dulu jaminan kesehatan untuk keluarga ditanggung perusahaan, sementara di tempat kerja yang baru fasilitas seperti itu tidak ada sama sekali. Ket : - Mengetahui bahwa dari sampah-sampah ini ternyata dapat dipakai untuk menolong orang sakit, Purnomo Karena berpikir hanya sakit biasa, Purnomo pun membawa Rizky ke tukang urut. ”Takutnya keseleo, tapi eh lama-lama semakin ngeluh sakit,” terang Purnomo. Tak tahan melihat penderitaan Rizky, Purnomo dan istri pun membawanya ke dokter umum. Dari dokter, Rizky dirujuk untuk melakukan rontgen dan pemeriksaan darah. Setelah itu, hasil rontgen tersebut dibawa ke dokter ortopedi. ”Dari foto rontgen itu juga belum ketahuan, akhirnya sama dokternya disarankan untuk CT- Scan 3 dimensi,” kata Purnomo mengenang. Berdasarkan hasil CT- Scan tersebut, dokter kemudian memprediksi Rizky kemungkinan terkena kanker tulang ganas. ”Sebagai orangtua perasaan saya dah hancur waktu itu. Anak satu-satunya, nggak punya apa-apa, harta satu-satunya ya cuma anak ini. Tapi kenapa bisa sakit (berat) seperti itu,” batin Purnomo kala itu. Titik Terang di Ujung Kegelapan Berpacu dengan waktu, tanpa membuang kesempatan Purnomo segera mengajukan permohonan bantuan ke Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Jalinan jodoh pun terjalin, permohonan pengobatan Rizky akhirnya disetujui. ”Waktu pertama kita survei, kita nggak ketemu, soalnya dia sedang pulang kampung (habis Lebaran –red). Nah, pas yang kedua baru ketemu. Meski sakit, anak itu (Rizky) kelihatan sehat karena memang badannya gemuk,” kata Shinta, relawan Tzu Chi Tangerang yang menyurvei kala itu. ”Lagipula anaknya juga tetap ceria,” tambah Yuliana yang juga turut mendampingi. Sejak itu proses pengobatan Rizky pun kembali dilanjutkan. Purnomo dan Puji Lestari pun sering bolak-balik ke RSKB Cinta Kasih Tzu Chi untuk mengantarkan Rizky menjalani beberapa pemeriksaan medis. Karena penyakit itu terbilang cukup parah, akhirnya Rizky dirujuk untuk menjalani pengobatan di RSCM Jakarta. Ket : - Dua orang relawan Tzu Chi, Sofie dan Supriati tengah menghibur Rizky yang akan menjalani operasi Merasa sungkan karena sering izin kerja untuk mengantar Rizky berobat, akhirnya Purnomo memilih untuk mengundurkan diri dari tempat kerjanya. ”Namanya kerja baru 4 bulan, kontrak lagi. Daripada image saya malah nggak baik di perusahaan, akhirnya saya milih untuk ngundurin diri,” tegas Purnomo. Dengan sepeda motor itulah akhirnya Purnomo menghidupi keluarga— mengojek.. Membuang jauh-jauh rasa gengsi dan egonya, Purnomo pun berkorban dan mengerahkan segala kemampuan yang dimiliki demi kesembuhan putranya. ”Ngojek sehari dapat 20-30 ribu, nggak mestilah, yang penting keluarga bisa makan,” terangnya yang mengaku amat stres kala itu. Untunglah Purnomo masih bisa berpikir jernih dan tetap menjalankan fungsinya sebagai ayah dan kepala rumah tangga yang baik. Babak Kehidupan Baru Setapak demi setapak, kehidupan keluarga Purnomo pun kembali beranjak stabil. Purnomo bisa kembali bekerja, dan Puji menjalankan fungsinya sebagai ibu rumah tangga dan merawat Rizky. Seperti yang pernah dikatakan Master Cheng Yen (pendiri Yayasan Buddha Tzu Chi -red) bahwa penyakit adalah sumber penderitaan dan kemiskinan, karena jika ada salah satu anggota keluarga yang mengalami sakit parah, maka secara tidak langsung itu akan berpengaruh kepada kesejahteraan keluarga itu secara keseluruhan. Ket : - Sebagai wujud rasa syukur, Puji menyumbangkan sebagian rezekinya untuk Tzu Chi. Sebelumnya juga Menyadari berkah yang diterimanya, Purnomo dan Puji Lestari pun beberapa waktu lalu (pertengahan Mei –red) menyerahkan celengan bambu yang sudah penuh terisi kepada Tzu Chi Tangerang. ”Waktu dulu Achun (relawan Tzu Chi –red) bilang tentang (manfaat) menabung di celengan bambu, dan kebetulan saya setiap belanja ada sisa uang, jadi dimasukkan ke celengan bambu,” jelas Puji tersipu. Purnomo pun buru-buru menambahi, ”Nggak seberapa sih, cuma ingin bantu orang lain, kemarin kan kita dah dibantu Tzu Chi, sekarang kita ingin bantu orang lain.” Langkah Purnomo dan Puji pun tak berhenti hanya sampai di situ. Keduanya berjanji untuk tetap terus menjalankan program celengan bambu ini. Tidak hanya tertarik untuk ikut dalam program celengan bambu, Purnomo dan Puji juga bersedia menyumbangkan tenaga mereka dengan menjadi relawan di Posko Daur Ulang Tzu Chi Tangerang. ”Tadinya saya nggak tahu yayasan (Tzu Chi) ini duitnya dari mana, tapi setelah dijelaskan bahwa dari daur ulang ini bisa untuk membantu orang lain, saya jadi makin tersentuh,” puji Purnomo. Apalagi ia melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana relawan Tzu Chi tanpa pandang bulu berbaur menjadi satu mengerjakan pekerjaan yang bagi kebanyakan orang sangat dihindari—memilah sampah daur ulang. ”Pokoknya saya siap bantu Tzu Chi apa aja. Kalo dana lagi nggak bisa, bisa tenaga ya saya siap!” ucap Purnomo mantap, sambil berjanji akan mengikuti sosialisasi relawan Tzu Chi agar lebih memahami tentang Tzu Chi. | |