Tzu Chi Tanjung Balai Karimun mengadakan Pelatihan Relawan Abu Putih ke-1 pada Minggu, 8 Desember 2024 yang diikuti oleh 49 relawan. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkuat semangat kebersamaan dan pelayanan tanpa pamrih di antara para relawan.
Pagi yang cerah pada Minggu, 8 Desember 2024 membawa suasana yang berbeda di Tanjung Balai Karimun. Udara segar dan semilir angin seolah menyambut kedatangan keluarga besar relawan Tzu Chi Tanjung Balai Karimun yang berkumpul dengan penuh semangat. Tepat pukul 09.00 WIB, para relawan berkumpul untuk mengikuti acara gathering sekaligus pelatihan relawan yang bertujuan mempererat kebersamaan serta memperdalam pemahaman nilai-nilai cinta kasih. Pelatihan Relawan Abu Putih kali ini bertema “Langkah Kecil, Dampak Besar.”
Walaupun nuansa gathering ini penuh dengan suasana santai dan keakraban, para relawan tidak melupakan esensi dari gerakan Tzu Chi itu sendiri. Sebelum acara dimulai, para peserta memberi penghormatan kepada Master Cheng Yen, menyanyikan Mars Tzu Chi, dan dilanjutkan dengan pembacaan 10 Sila Tzu Chi.
Sukmawati, salah satu pembawa materi, membagikan kisah perjalanannya di Tzu Chi pada Pelatihan Relawan Abu Putih.
Selanjutnya dengan hati yang tenang dan penuh dengan rasa syukur, para peserta dengarkan ceramah dari Master Cheng Yen yang berjudul “Menghimpun Kekuatan untuk Memberi Manfaat bagi Semua Makhluk”. Dalam ceramahnya, Master Cheng Yen menjelaskan setiap sumbangan, baik berupa uang, tenaga, atau kekuatan kecil dari masing-masing individu, merupakan bagian dari kekuatan besar yang dapat membantu mereka yang sedang menderita. Oleh karena itu, kita tidak boleh meremehkan bantuan yang kita berikan, karena setiap tindakan kebaikan akan memberikan dampak yang signifikan dalam mengurangi penderitaan di dunia.
Salah satu acara utama adalah penjelasan mengenai arti Tzu dan Chi yang memiliki arti memberikan kebahagiaan dan menghilangkan penderitaan yang disampaikan oleh Listania Shijie. Selanjutnya materi dilanjutkan oleh Sukmawati Shijie yang menjelaskan mengenai “Jangan lupakan tahun itu, jangan lupakan orang yang ada saat itu dan jangan lupakan tekad saat itu.”
Sukmawati Shijie kemudian berbagi kisah awal jalinan jodohnya dengan Tzu Chi. Pada tahun 2005, Tzu Chi Singapura dan Malaysia mengadakan baksos kesehatan di Tanjung Balai Karimun. Dari kegiatan inilah tekad Sukmawati Shijie untuk menjadi relawan mulai tumbuh. Sejak saat itu, Sukmawati Shijie bersama temannya Ong Lie Fong Shijie aktif mengikuti kegiatan, mulai dari survei kasus dan kegiatan yang diadakan relawan Tzu Chi di Batam. Saat itu mereka berdua menggunakan sepeda motor untuk survei kasus dan meninjau rumah penerima bantuan. Meskipun belum memiliki pengalaman memadai, Sukmawati Shijie tetap menjalankan tanggung jawab dengan baik.
“Orang yang tepat adalah seseorang yang tersenyum ketika bertemu denganmu, dan seseorang yang kehadirannya membuatmu tersenyum," ucapnya Sukmawati Shijie saat membawakan salah satu slide materi.
Lissa menyampaikan bahwa menjadi relawan komite bukanlah akhir dari perjalanan di Tzu Chi, melainkan sebuah wadah untuk terus melatih diri melalui setiap kegiatan yang diikuti.
Relawan lainnya yang menceritakan pengalaman menjadi relawan Tzu Chi adalah Lissa. Sukacitanya menjadi relawan Tzu Chi dimulai pada tahun 2011 saat baksos kesehatan di Jelutung. Semenjak menjadi relawan dan seiring berjalannya waktu, Lissa mengerti bahwa dalam organisasi sosial pasti ada perbedaan pendapat. Dari situlah ia belajar bersikap lapang dada dan menerima perbedaan. Pada tahun 2012, Lissa mulai memikul tanggung jawab di Misi Pendidikan Tzu Chi di Tanjung Balai Karimun hingga sekarang. “Menjadi relawan Komite Tzu Chi bukanlah sudah tamat atau sudah sempurna. Tapi punya tekad untuk melatih diri dan belajar lebih tanggung jawab pada diri sendiri,” ucap Lissa saat membawakan materi.
Salah satu peserta Pelatihan Relawan Abu Putih ke-1, Megawati merasa sangat terharu dan mendapatkan banyak pelajaran berharga dari materi yang disampaikan.
Salah satu peserta dari Pelatihan Relawan Abu Putih ke 1 Tzu Chi Tanjung Balai Karimun, Megawati (40) merasa sangat terharu dan menerima manfaat dari materi yang disampaikan. Dalam pelatihan kali ini, ia mendapatkan banyak pelajaran berharga dan keteladanan dari para pembawa materi. Sebelum bergabung di Tzu Chi, Megawati merupakan tipe orang yang tidak mudah memaafkan orang jika ada gesekan dengan orang tersebut. Seiring waktu berjalan dan menjadi seorang relawan di Tzu Chi, Megawati mulai mempelajari 4 Sup Tzu Chi (berpuas diri, bersyukur, berpengertian dan bertoleransi) dan mempraktekkannya dalam kehidupan.
Suami Megawati sempat bertanya kepadanya, mengapa dari Senin sampai Jumat bekerja, masih ada tenaga untuk membantu di Tzu Chi. Apakah tidak lelah dan stres? Megawati pun menjawab dengan pasti kepada suaminya. ‘Saya tidak merasa semua kelelahan dan stres selama di Tzu Chi’ ucapnya kepada suami. “Malah Tzu Chi saya anggap sebagai tempat untuk menghilangkan stres dan melupakan sementara semua beban kerja selama seminggu. Walaupun dari fisik kita capek, namun batin tetap senang," jelas Megawati.
Suasana gathering ini penuh dengan keakraban dan keceriaan, terlihat para relawan tersenyum semringah menikmati momen kebersamaan dalam kegiatan tersebut.
Setelah melalui rangkaian acara yang penuh inspirasi, kehangatan gathering semakin terasa dengan kegiatan makan bersama. Dengan semangat gotong-royong, para relawan menikmati sajian hangat ini sambil berbincang santai dan mempererat hubungan satu sama lain. Gathering ini bukan hanya menjadi momen kebersamaan, tetapi juga kesempatan untuk menguatkan kembali fondasi cinta kasih dan semangat melayani. Dengan hati yang dipenuhi kehangatan dan rasa syukur, para relawan siap melangkah bersama, membawa harapan baru untuk dunia yang lebih baik.
Melalui gathering ini, sekali lagi kita diingatkan bahwa kebahagiaan sejati terletak pada memberi dengan penuh keikhlasan. Semoga semangat ini terus tumbuh, menyebar, dan menginspirasi lebih banyak hati untuk berbuat baik. Karena di Tzu Chi, setiap langkah kecil penuh cinta adalah langkah besar menuju harmoni semesta.
Editor: Arimami Suryo A