Sebelum memulai latihan relawan Jusni Lina menjelaskan makna dari syair yang di bawakan untuk adaptasi Persamuan Dharma supaya dapat membawakannya sepenuh hati. Pada kesempatan itu, para peserta adaptasi Persamuan Dharma melakukan latihan bersama di Sekolah Tinggi Bahasa Asing Persahabatan International Asia.
Demi menyiapkan diri dalam mengikuti Pementasan Persamuan Dharma Sedunia, relawan Tzu Chi Medan mengadakan Latihan Pementasan Persamuan Dharma bersama. Latihan ini bertujuan untuk menyelami semangat pembabaran Dharma di Puncak Burung Nasar 2.500 tahun lalu dan menghayati ajaran Buddha yang terdapat dalam Sutra Bunga Teratai. Pementasan Sutra merupakan salah satu metode terampil untuk membimbing semua orang agar lebih mengetahui apa itu kebenaran sejati dari Sutra.
Dengan sepenuh hati, relawan berkumpul dan berlatih sejak 29 Mei 2022 hingga latihan ke-9 pada 31 Juli 2022 bertempat di Aula Sekolah Tinggi Bahasa Asing Persahabatan Asia (STBA PIA) dan diikuti oleh 229 orang. Latihan persamuan ini peserta dibagi menjadi group A, B, dan C, dengan formasi bentuk kapal.
Sylvia Chuwardi menjelaskan bahwa, kita semua adalah nakhoda kapal yang akan membawa semua makhluk ke pantai bahagia, “semoga kegiatan ini bisa membawa benih baru dibarisan Tzu Chi,” harapnya.
Latihan ini diikuti oleh donatur, masyarakat umum, relawan komunitas, TIMA (tim medis Tzu Chi), dan relawan baru. Sebelum memasuki latihan, mereka mengikuti kelas bedah buku agar lebih paham makna dari syair yang akan dibawakan, seperti: apa itu Gatha Pendupaan, Gatha Pembuka Sutra, perjalanan kehidupan Buddha, Buddha berada di Puncak Burung Nasar, juga syair empat kalimat sulit terlahir sebagai manusia. Ada 8 syair yang dilantunkan, yaitu: Kai Jing Ji, Ling Jiu Shan Sang, Fo Zai Ling Shan, Xiao Liao Fen Bie, Shi Zhun Zong Shen, Jiu Chu Hu Chu Da Yi Zhi Chu, Da Yu Wang, Neng Shi Yi Qie Zhu Nan Shi.
Yenny Waty (kiri) sedang memberikan arahan kepada peserta agar gerakannya benar Dengan keharmonisan dan latihan yang baik, maka akan menghasilkan formasi yang rapi dan bagus.
Yenny Waty, salah satu PIC pelatih untuk latihan adaptasi persamuhan Dharma menuturkan, “Saya merasa penuh berkah karena mendapatkan kesempatan untuk ikut di sini. Kami membuat jadwal latihan untuk peserta yang ikut, setiap minggu ada latihan per komunitas dan ada latihan bersama di aula ini.”
Yenny Waty melanjutkan, mereka harus fokus dan berlatih berkali kali karena dalam penampilan tersebut dibutuhkan keseragaman gerakan. “Kita saling memberi masukan untuk kerapian kelompok. Sangat sukacita melihat semuanya telah berlatih dengan baik. Semoga semuanya mendapatkan pencerahan dari Persamuan Dharma ini, tidak sekadar mementaskan namun memahami makna Persamuan Dharma ini,” tuturnya.
Belajar dari Sutra
Bagaimana pendapat mereka yang telah mengikuti latihan ini dan apa yang telah mereka dapatkan?
Salah satu relawan yang ikut latihan ini adalah Leo Rianto. Ia berkata, “Sungguh bersukacita bisa menjadi bagian dan berkolaborasi dengan banyak relawan dalam kegiatan ini. Setelah menyaksikan penderitaan manusia melalui kegiatan misi amal saya bertekad untuk membina diri terjun kemasyarakat dan bersumbangsih.”
Relawan Leo Rianto (bagian depan) sangat suka cita bisa menjadi bagian dan berkolaborasi dengan banyak relawan dan peserta yang lain dalam kegiatan ini.Dengan mengikuti kegiatan amal saya merasakan penderitaan mereka dan merasa bersyukur dengan kehidupan saya.
Jumin (kiri depan) dan keluarganya merasa sangat bersyukur dapat mengikuti latihan adaptasi persamuan Dharma, mereka lebih paham akan Dharma dan belajar bervegetaris.
Leo Rianto menambahkan, “Pada hakekatnya, kita semua bisa bersatu dalam mewujudkan dunia yang lebih baik, yaitu dengan senantiasa menabur benih kebajikan, mengembangkan tiga sifat luhur yaitu bersyukur, saling menghormati, dan terus memperpanjang barisan Tzu Chi. Sesungguhnya setiap orang adalah nakhoda kapal yang menyeberangkan manusia dari lautan penderitaan.”
Ada pula Jumin bersama istrinya Linawati, juga anaknya Jeff Leo Chendra mengikuti adaptasi persamuan Dharma. Setelah mengikuti latihan ini mereka sekeluarga sangat mengharapkan kegiatan ini terus dilakukan karena dapat lebih paham akan Dharma, juga marasakan keharmonisan satu tim dalam melantunkan gerakan syair syair sehingga menimbulkan satu formasi yang rapi dan indah.
“Ikut latihan ini kita mengikuti kegiatan yang positif. Ada ketenangan batin, ada karma baik, juga bisa mendengarkan Dharma,” kata Jumin. “Saya juga merasakan kebersamaan, keakraban satu tim yang baik untuk menghasilkan hasil yang baik. Saya lebih mengendalikan diri, egoisme. Kita Bervegetaris setiap lunar kalender tanggal 1 dan 15. Anak saya Jeff juga menjadi anak yang lebih baik, berbakti dan lebih paham akan Dharma,” lanjutnya.
Peserta mendengarkan ceramah Master Cheng Yen setelah mengikuti latihan. Master menghimbau relawan untuk tulus bervegetaris.
Selesai mengikuti latihan, para peserta juga mendengarkan Ceramah Master Cheng Yen. Master selalu menghimbau kita untuk tulus bervegetaris untuk melindungi kehidupan semua makhluk juga menjaga Bumi ini dari pemanasan global.
Editor: Metta Wulandari