Layanan Kesehatan untuk Warga Desa Leuwibatu

Jurnalis : Noorizkha (He Qi Barat), Fotografer : Halim, Rudy D, James (He Qi Barat)

Dalam baksos kesehatan ini Tzu Chi bekerjasama dengan Badan Narkotika Nasional (BNN) dan diadakan pada tanggal 27 Maret 2016.

Pagi itu matahari bersinar cukup terik. Meski berada di dekat pegunungan dan persawahan, udara terasa menyengat. Di tengah cuaca panas seperti ini, nampak duduk seorang Ibu yang tengah mengipasi dirinya dengan kerudung. Ia adalah Siti Barokah. Ibu yang berusia 54 tahun ini tengah menunggu antrian untuk mendapatkan pemeriksaan kesehatan gratis.

Pengobatan gratis yang diadakan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia bekerjasama dengan Badan Narkotika Nasional (BNN) ini diadakan di Desa Leuwibatu, Kecamatan Rumpin, Bogor, Jawa Barat pada Minggu, 27 Maret 2016. Siti mengaku di desa yang cukup terpencil ini baru pertama kali diadakan bakti sosial kesehatan. Hal ini tentu sangat membantu karena jarak antara Desa Leuwibatu dengan rumah sakit sejauh 9 kilometer. Akses penghubung antara desa dengan rumah sakit hanya melalui jalan selebar 3 meter dan jarang angkutan umum yang melintas.


Dr. Kimmy memberikan penjelasan kepada Sauti (berjilbab) dan anaknya, Asnawiyah, usai memeriksa kesehatan ibu dan anak ini dalam baksos kesehatan yang diadakan di Desa Leuwibatu, Kecamatan Rumpin, Bogor, Jawa Barat.


Relawan juga menghibur anak yang akan dikhitan (sunat) agar tidak merasa takut. 

Kurangnya Kesadaran Akan Kebersihan

Desa yang dikelilingi oleh gunung, hutan, sawah, dan sungai ini menjadikan sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai petani dan pencari hasil hutan. Meski sudah teraliri listrik, sarana untuk mendapatkan air bersih di desa ini kurang memadai. Sebagian besar penduduk memanfaatkan sungai yang sudah tercemar untuk mandi, mencuci, dan kebutuhan sehari-hari lainnya. Atas kondisi inilah, Badan Narkotika Nasional (BNN) dan relawan Tzu Chi berinisiatif mengadakan baksos kesehatan umum, gigi, dan khitanan bagi anak-anak. Terbatasnya tempat dan prasarana menjadi alasan mengapa hanya ada tiga pelayanan yang diberikan.

Berdasarkan hasil pantauan Ketua Tim Dokter dari BNN, dr. Benny, masih banyak warga yang tidak memperhatikan sanitasi dan tidak memiliki  fasilitas MCK (Mandi, Cuci, Kakus) yang memadai di tiap rumah. Oleh karena itu dari 685 pasien yang terdaftar, sebagian besar mengalami keluhan gatal-gatal (penyakit kulit). Hal ini diakui oleh dr. Kimmy dari Tzu Chi International Medical Association (TIMA), banyaknya warga yang datang dengan keluhan gatal-gatal diakibatkan karena menderita scabies atau penyakit yang disebabkan oleh kutu yang menyerang kulit. Ada juga yang menderita panu, kudis, infeksi jamur lainnya. Berbagai penyakit kulit ini terjadi akibat dari lingkungan yang tidak bersih.  

Salah satu pasien yang menderita scabies adalah Asnawiyah. Gadis cilik berusia 7 tahun ini menunjukkan tangannya yang dipenuhi bintik-bintik dan terasa gatal. Ada pun ibunya, Sauti, mengaku mendapat info dari Ketua RT bahwa ada pengobatan gratis sehingga segera membawa Asnawiyah berobat. Ibu berusia 40 tahun ini mengaku cukup senang dengan adanya baksos kesehatan ini karena dapat membantu warga yang membutuhkan layanan kesehatan seperti dirinya.


Ketua RT 04, Mamad (kiri) dan Ketua RT 03, M. Aos mengucapkan terima kasih dengan adanya baksos kesehatan ini untuk warganya. 


Relawan juga membantu pasien lansia untuk menimbang berat badan sebelum diperiksa lanjutan.

Menjangkau Hingga ke Pelosok

Menurut ketua RW 03, M. Aos, reaksi warga terhadap baksos kesehatan ini cukup positif. Banyak warga yang mendaftar melalui Ketua RT masing-masing, baik untuk cek kesehatan, maupun khitanan bagi anak mereka. Salah satu peserta khitanan adalah Hasan. Anak yang baru berusia 6 tahun ini terlihat didampingi oleh sang nenek, Hj. Muhani. Agar tidak menangis saat disunat, relawan Tzu Chi terus memberi semangat kepada Hasan selama proses sunat berlangsung. Alhasil, Hasan dengan berani tidak menangis dan mampu bersikap tenang. Menurut Muhani, Hasan sudah ditinggal ibunya sejak kecil dan bocah berumur 6 tahun ini sendiri yang meminta untuk dikhitan. Karena jarak rumah sakit yang jauh dan tidak adanya biaya maka niat tersebut harus diurungkan dulu. Bersyukur, ada baksos untuk khitanan yang tidak jauh dari tempat tinggalnya sehingga harapan Hasan pun terwujud.

Pukul 13.00 WIB, baksos kesehatan pun diakhiri. Sebanyak 685 pasien yang terdiri dari 600 pasien umum, 41 pasien gigi, dan 47 anak yang dikhitan mendapat pelayanan hari itu. Atas terlaksananya baksos ini secara khusus Ketua RT 04, Mamad, mengucapkan banyak terima kasih. Ia mewakili warga juga berharap semoga tercipta jalinan jodoh yang panjang sehingga relawan Tzu Chi bisa berkunjung lagi ke desanya. Meski harus menempuh perjalanan sejauh 70 km dari Jakarta, relawan tetap bersemangat mengikuti kegiatan hingga selesai. Senyum dan canda masih melingkupi insan Tzu Chi. Mereka bersyukur dapat berbuat satu kebajikan dan menjalin jodoh baru dengan warga pada hari itu.  


Artikel Terkait

Menyayangi diri sendiri adalah wujud balas budi pada orang tua, bersumbangsih adalah wujud dari rasa syukur.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -