Layanan Kesehatan Usia Senja di Kramat Sentiong
Jurnalis : Suyanti Samad 謝宛萍(慮倓) (He Qi Pusat), Fotografer : Suyanti Samad 謝宛萍(慮倓) (He Qi Pusat)Tzu Chi kembali mengadakan kegiatan baksos degeneratif untuk warga usia senja di Kramat Sentiong, Senen, Jakarta Pusat pada 24 Juli 2016.
Faktor ekonomi dan pendidikan yang kurang biasanya menjadi alasan tidak terpenuhinya kesadaran akan kesehatan. Hal ini hampir berlaku bagi semua kalangan termasuk mereka yang berusia lanjut. Di usia ini, mereka akan mengalami kemunduran fungsi organ tubuh, penurunan daya tahan tubuh, juga penurunan daya ingat (berpikir) akibat penuaan sehingga menimbulkan beberapa penyakit seperti: hipertensi (tekanan darah tinggi), osteoarthritis (gangguan persendian), diabetes melitus (kencing manis), penyakit jantung, dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Penyakit inilah yang sering disebut penyakit degeneratif.
Menyadari hal ini, relawan Tzu Chi He Qi Pusat mengadakan bakti sosial degeneratif bagi warga usia senja Kelurahan Kramat, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat. Kegiatan yang berlangsung pada 24 Juli 2016 ini dilaksanakan di Panti Sosial Asuhan Anak “Putra Setia” (dibawah naungan Yayasan Rukun Istri Sejahtera) Jakarta Pusat. Sebanyak 34 relawan Tzu Chi dibantu oleh 21 tunas relawan bersama 33 tim medis yang tergabung dalam Tzu Chi International Medical Association (TIMA) Indonesia memberikan penyuluhan tentang kesehatan. Mereka mendengar setiap keluh kesah para pasien dan memberikan pelayanan pemeriksaan kesehatan bagi 197 pasien lanjut usia dalam kegiatan ini.
Dalam baksos degeneratif ini, tim medis Tzu Chi juga memberikan penyuluhan kepada pasien tentang pentingnya kesehatan di usia senja.
Sebanyak 197 pasien ditangani para tim medis selama pemeriksaan kesehatan.
Suparjo, Lurah Kramat merasa sedih melihat warga lanjut usia yang tinggal sebatang kara tanpa keluarga, apalagi dalam keadaan sakit. Ia mengarahkan mereka untuk tinggal di panti sosial agar dapat mendapat kehidupan yang lebih baik. “Pengobatan gratis ini diberikan kepada warga yang tinggal di Kelurahan Kramat. Kelurahan padat penduduk ini mayoritas warga tidak mampu dan lanjut usia. Di antaranya ada warga lanjut usia yang tidak memiliki saudara, lebih memilih hidup sendiri daripada harus tinggal di panti sosial pemerintah,” kata Suparjo menjelaskan latar belakang pengobatan gratis ini.
Bakti sosial kesehatan ini juga mendapat dukungan dari pihak panti , “Kita sangat menyambut baik setiap kegiatan amal sosial yang diadakan oleh Tzu Chi. Seperti hari ini ada kegiatan pemeriksaan kesehatan sangat dibutuhkan oleh warga usia senja yang kurang mampu untuk berobat di rumah sakit. Paling tidak sekarang mereka lebih mengerti dan mau berobat bila sakit,” ucap Siswati (39), karyawan Panti Sosial Asuhan Anak “Putra Setia”.
Melayani dengan Tulus
Dalam bakti sosial ini selain memberikan pengobatan, juga melakukan pendekatan batin pasien. Tim medis juga memberikan penyuluhan kesehatan usia senja. Menjaga pola makan yang baik dengan mengkonsumsi sayur dan buah, menjaga pola hidup sehat dengan olahraga teratur seperti jalan kaki, dan istirahat yang cukup. Juga mengubah gaya hidup dengan tidak merokok, serta menghindari minuman beralkohol.
Dokter Yenny Chandrawaty menjelaskan penyakit degeneratif itu penyakit tidak menular, tetapi sifatnya sering kambuh karena pola hidup kurang baik, pola makan tidak sehat, atau pun aktivitas tidak teratur. “Bakti sosial degeneratif yang diadakan Tzu Chi memiliki pembinaan pelayanan kesehatan yang terprogram (terstruktur). Mulai dari edukatif (penyuluhan) kesehatan, pengobatan hingga tindakan pelayanan lanjutan seperti pemantauan pasien mengonsumsi obat. Bukan hanya memberikan obat kepada pasien yang sifatnya hanya sementara,” ujar dokter Yenny. “Pendidikan kesehatan lebih penting daripada mengobati agar mereka lebih mengerti dan belajar hidup sehat sehingga mereka terhindar dari penyakit degeneratif,” tambahnya.
Dokter Yenny juga menjelaskan bahwa selain pasien mengeluhkan penyakitnya, pasien juga merasakan kesepian karena hidup sendiri. ”Mereka berobat di sini, mereka merasa sedang bersama keluarga. Mereka mencurahkan perasaan hidup sendiri kepada relawan Tzu Chi dan tim medis. Sama halnya, tim medis Tzu Chi juga memperlakukan pasien bukan orang lain tetapi bagian keluarga Tzu Chi,” ungkapnya.
Mereka adalah Keluarga
Rumsiah (75 tahun) hidup bersama keponakannya, ia harus melakukan segala aktivitas seorang diri. Saat tiba di lokasi bakti sosial, ia menolak tawaran kursi roda yang diberikan relawan. Bersama relawan, ia berjalan bungkuk dan terpatah-patah tanpa beralas sandal karena pernah tersandung di jalan raya. pada saat menunggu antrian, tiba-tiba ia menangis mencurahkan perasaan sedih tidak diperhatikan oleh keluarga kepada relawan yang menemaninya. “Namanya orang susah, mencari makanan seorang diri. Kadang dikasih uang oleh tetangga. Nenek enggak punya anak. Nenek merawat keponakan dari kecil, dan menumpang di situ. Keponakan tidak pernah perhatiin nenek,” tuturnya. Demikian juga saat ia diperiksa oleh dokter ia menitik air mata. Bersama tim medis, rasa takut terobati saat pengecekan asam urat. “Sakit pinggang, kaki, dengkur, kepala pusing, gatal-gatal. Kata dokter, jangan makan merah telor, daging, hati, jeroan, melinjo, kangkung, kacang-kacang,” katanya dengan riang.
Rumsiah (75 tahun) sambil menangis mencurahkan perasaan sedih tidak diperhatikan oleh keluarga, kepada relawan dan tim medis.
Kegiatan baksos diadakan di Panti Sosial Asuhan Anak “Putra Setia” Jakarta Pusat.
Selain Rumsiah, Effendi (55) yang diantarkan oleh istrinya, Ani juga melakukan pemeriksaan kesehatan pada baksos ini. “Sakitnya komplikasi dari diabetes, lever, ginjal, lambung, asam urat. Bapak sudah pernah dirawat di RS. Cipto selama sebulan lebih dan baru pulang dari sana tiga minggu yang lalu,” kata oma Ani menceritakan kondisi suaminya. Bersamaan dengan kegiatan baksos degeneratif, Effendi tiba-tiba sesak nafas dan harus diperiksa ke Puskesmas terdekat karena lokasi bakti sosial tidak menyediakan peralatan medis yang lengkap hari itu.