Lekas Sembuh Tasya

Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta Wulandari

fotoSenyum mengembang dari wajah Tasya saat relawan  Tzu Chi datang untuk menjenguk keadaannya pasca pulang dari rumah sakit, Jumat 10 Februari 2012 lalu.

“Pak, kalau Bapak enggak nebus obatnya sekarang, sama saja bapak perlahan-lahan membunuh anak bapak,” ujar Ahmad Subur menirukan ucapan dokter.

 

 

Ucapan dokter tersebut sangat mengguncang pikiran bapak tiga orang anak ini. Betapa tidak, anak bungsunya yang masih Balita terpaksa dilarikan ke rumah sakit karena usus yang terlipat dan mengakibatkan badannya membengkak karena tidak dapat membuang air kecil.

Sore tersebut sama seperti sore biasanya, anak-anak bermain kesana-kemari berlari-larian penuh canda, begitu juga dengan Tasya Putri Maharani. Bocah berusia lima bulan ini begitu menggemaskan dengan pipi yang bulat dan badan yang sintal berisi. Seperti anak seusianya, Tasya, begitu dia dipanggil, tergolong anak yang ramah dan murah senyum. Pembawaannya yang menyenangkan itu membuatnya sering sekali menjadi bahan “mainan” oleh para tetangga, tidak terkecuali oleh anak-anak lain.

Begitu sering anaknya dibuat mainan oleh para tetangga membuat ibunya percaya dan membiarkan anaknya yang masih belum bisa berjalan itu untuk bermain bersama anak-anak lainnya. Namun, yang terjadi selanjutnya ternyata diluar dugaan ibu rumah tangga ini. Anaknya dijadikan bahan rebutan oleh dua anak lain yang menyebabkan urat atau otot anaknya tertarik. Sepanjang sore Tasya hanya bisa menangis merintih kesakitan tanpa bisa meminta tolong dan mengatakan apa yang ia rasakan. Dengan kekhawatiran yang menyelimutinya, segera ia membawa anaknya ke tukang urut terdekat.

foto    foto

Keterangan :

  • Pada usia yang terbilang Balita, Tasya telah merasakan begitu banyak orang yang mengasihinya dan memberikan semangat pada masa-masa sulit melawan rasa sakitnya (kiri).
  • Salah satu relawan berbincang dengan keluarga Tasya di rumahnya, Jl. Sawah Lio V No. II, Jakarta Barat. Rumah berukuran sekitar 4x4 ini ditempati 3 anggota keluarga mereka (kanan).

Keinginan Tak Sejalan dengan Kenyataan
Ibu tukang urut dengan telaten memijat badan mungil Tasya, dibolak-balikkannya badan anak itu seperti sedang menggoreng daging. “Saya hanya bilang ke Ibu tukang urut buat ngurut punggungnya saja, tapi malah bagian depannya (perut) juga ikut diurut. Anaknya sih enggak nangis, cuma jadi diem aja gitu,” ingat Ibu Tasya.

Sepulangnya dari tukang urut, sang ibu merasakan ada hal aneh yang tidak biasa pada anaknya tersebut. “Tidak biasa aja gitu, anaknya jadi diem padahal biasanya bawel. Ya awalnya saya pikir mungkin karena masih kaget,” ceritanya. Namun setelah diperhatikan, ada hal lain lagi yang mengganjal pikirannya “Kok anak saya malah engga kencing-kencing, saya jadi takut sendiri. Anaknya juga enggak nangis enggak apa, cuma guling-guling trus perutnya jadi membesar,” tuturnya.

Sementara kekhawatiran semakin bertambah, Puskesmaslah yang menjadi tujuan utama untuk didatangi Ahmad dan istri pagi harinya. Pihak Puskesmas tidak dapat melakukan apa-apa kecuali memberikan rujukan ke rumah sakit yang memungkinkan untuk merawat Tasya. Kondisi badan Tasya semakin membuat kedua orang tuanya ketakutan, pasalnya selain perut yang semakin membesar, dia juga mengalami kejang-kejang. “Anaknya kejang-kejang, udah mau mati,” ungkap si Ibu sambil menunjuk putrinya. Pihak rumah sakit rujukan dari Puskesmas tidak memberikan kepastian pada keluarga tentang apa yang terjadi pada anaknya itu. “Anak saya cuma diinfus selama tiga hari, itu saja habis empat infus. Pemeriksaan lain cuma periksa suhu badan, panas apa enggak. Saya kan jadi emosi,” kata Ahmad. Saat Ahmad memberanikan diri untuk bertanya pada dokter mengenai penyakit anaknya ternyata pihak rumah sakit malah memberikan rujukan untuk memindahkan perawatan putrinya ke rumah sakit Husni Thamrin.

Orang tua mana yang tega membiarkan buah hati mereka tergeletak tak berdaya. Gelak tawa, celoteh riang dan tingkah laku yang lincah seakan begitu cepat menghilang dari pandangan pasangan suami istri ini. Hari-hari seakan diselimuti dengan kecemasan apakah anak bungsunya tersebut akan bisa bertahan. Doapun tak henti-hentinya dipanjatkan agar anaknya dapat sembuh secepatnya.

Rumah sakit rujukan ternyata menempatkan Tasya di ruang Intensive Care Unit (ICU). Apa mau dikata oleh keluarga, walaupun keadaan ekonomi tidak memungkinkan namun apa saja akan dilakukan demi kesembuhan putrinya. “Pak, kalau Bapak nggak nebus obatnya sekarang, sama saja bapak perlahan-lahan membunuh anak bapak,” ujar Ahmad Subur menirukan ucapan dokter yang menangani putrinya. Kabar tersebut hanya bisa membuatnya pasrah, “Ya harus bagaimana, sudah tidak punya duit lagi. Selama jagain di rumah sakit kan saya enggak jualan,” ceritanya mengingat masa sulit itu. Namun jalinan jodoh mempertemukannya dengan Tzu Chi. “Saya diberitahu oleh sepupu saya bahwa Tzu Chi bisa membantu,” ujarnya lagi.

foto   foto

Keterangan :

  • Penyakit akibat usus terlipat saat usianya masih 5 bulan sempat membuatnya menjadi pendiam, namun keceriaannya kembali pulih saat penyakitnya pulih (kiri).
  • Relawan Tzu Chi mengajarkan Tasya berjalan. penyakit yang menderanya selama 2 tahun, membuatnya agak terlambat untuk belajar berjalan maupun untuk bekajar berbicara (kanan).

Rusmanto yang merupakan sepupu dari Ahmad Subur memang mengenal salah satu relawan Tzu Chi yang tinggal di lingkungan dekat rumahnya, di Sawah Lio. Dari sanalah akhirnya Ahmad mencoba mencari bantuan untuk biaya pengobatan anaknya. Bagaikan gayung bersambut, permohonan bantuan telah diproses namun ternyata waktu tidak bisa menunggu. Keadaan Tasya yang sempat koma memaksa Ahmad untuk sesegera mungkin mendapatkan dana. “Saya coba tanya lagi ke Anto gimana bantuannya, kata Anto lagi diproses. Tapi ini udah emergency saya bilang,” tuturnya.

Memang terdapat beberapa prosedur untuk memberikan bantuan bagi pasien, sehingga benar-benar harus diketahui bagaimana kondisi keluarga serta kondisi peekonomian pasien. Dengan berpegang kepada hal tersebut, tim ralawan dengan segera melakukan survei pada kondisi pasien. “Ya langsung ada survei, ada yang survei rumah sakit terus ada yang survei ke rumahnya, hari itu juga,” ujar Ayen Shijie. “Karena kami kan juga harus memberikan laporan tentang bagaimana kondisinya, enggak bisa langsung asal kasih,” tambahnya.

Alhamdullilah, dengan cepat bantuan bisa didapat, anak saya bisa tertolong. Enggak lama langsung operasi.” Senyum mengembang dari wajah pak Ahmad.

Dua tahun berlalu bukanlah waktu yang singkat bagi keluarga beranak tiga ini. Sedikit demi sedikit, kesehatan putrinya mulai membaik. Gelak tawa dan kelincahan kembali menghiasi rumah berukuran 4x4 yang dulunya sepi itu. Usia Tasya yang kini telah menginjak 2 1/2 tahun memberikan warna tersendiri bagi kerabat dan keluarganya.

“Bersyukur sekali, sekarang mah anaknya sudah sehat, sudah bisa ketawa lagi. Terimakasih kepada Yayasan Buddha Tzu Chi atas bantuannya,” ungkapnya. Rasa syukur juga ditunjukkan oleh keluarga Ahmad dengan niat untuk membantu orang lain yang membutuhkan. “Walaupun sedikit, kalau dikumpulkan bisa jadi banyak buat bantu orang lain juga,” tuturnya sambil memandangi celengan bambu. Lekas sembuh Tasya.

  
 

Artikel Terkait

Menjadi Bagian dari Keluarga Besar Tzu Chi

Menjadi Bagian dari Keluarga Besar Tzu Chi

15 Januari 2019
Ada 66 relawan Tzu Chi Medan yang turut berpartisipasi menyambut kunjungan 236 penerima bantuan ke Kantor Tzu Chi Medan. Kunjungan ini dipersiapkan sedemikian rupa sehingga para penerima bantuan akan merasakan kehangatan.
Banyak Jalan Menuju Roma

Banyak Jalan Menuju Roma

20 Mei 2009 Pepatah yang begitu terkenal tersebut menyiratkan makna bahwa ada banyak pilihan cara yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan kita. Tentunya tujuan yang didiskusikan dalam bedah buku pada Kamis, 14 Mei 2009 lalu di Jing-Si Pluit, Jakarta Utara bukanlah untuk tiba di Roma (Italia), melainkan pencerahan.

"Bener-Bener dari Hati"

11 Maret 2010
Tanggal 6 Maret 2010, Tzu Chi bekerja sama dengan Omni International Hospitals Alam Sutera Tangerang menyelenggarakan Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi yang ke-64.
Setiap manusia pada dasarnya berhati Bodhisatwa, juga memiliki semangat dan kekuatan yang sama dengan Bodhisatwa.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -