Letusan Merapi: Di antara Gemuruh Merapi

Jurnalis : Veronika Usha, Fotografer : Veronika Usha, Susanto Widjaja
 
 

fotoKarena kondisinya tidak memungkinkan, paket bantuan yang rencananya akan diberikan kepada warga di posko pengungsian Kepuharjo dan Umbulharjo diberikan secara simbolis kepada para kepala desa pada tanggal 4 November 2010.

Tanggal 3 November 2010, hujan turun dengan derasnya di Yogyakarta. Tidak lama berselang, setelah hujan berhenti lebih kurang 5 menit, tiba-tiba saja langit bergemuruh hebat. Mendengarnya, para warga di pengungsian pun otomatis langsung berhamburan keluar tenda.

Suara tersebut ternyata berasal dari Gunung Merapi yang kembali memuntahkan awan panasnya. Gulungan-gulungan asap yang mengepul dan menghitam berlari cepat ke segala arah. Melihat hal itu, otomatis para warga, relawan, maupun petugas keamanan dan polisi pun segera melakukan evakuasi.

Karena arah luncuran awan panas yang biasa disebut dengan wedhus gembel ini dikhawatirkan akan membayakan titik-titik pengungsian di beberapa tempat, maka lokasi-lokasi pengungsian yang beradius di bawah 15 km dari puncak Merapi langsung disterilkan. Hal ini  juga dilakukan kepada posko pengungsian di Desa Umbulharjo, Desa Glagahrejo, Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman yang hanya beradius lebih kurang 8-12 km dari puncak Merapi.

Paket Bantuan Bencana Merapi
Sejak pagi hari, para relawan Tzu Chi sudah melakukan persiapan pembagian bantuan bencana alam berupa hygiene pack di tiga posko pengungsian yang berada di Desa Wukirsari, Desa Glagahrejo, dan Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman. Namun karena posko pengungsian yang berada di Desa Wukirsari dipindahkan ke Umbulharjo maka pembagian paket bantuan untuk posko di Desa Wukirsari dialokasikan untuk posko pengungsian Umbulharjo.

Beragam persiapan pun dilakukan, mulai dari pembangunan tenda, pengemasan barang bantuan, hingga koordinasi kepada para kepala desa dan pihak berwenang. Bantuan yang diberikan antara lain terdiri dari dua paket bantuan. Paket pertama adalah paket hygiene pack yang terdiri dari sarung, handuk, sikat gigi dan odol, balsem, sabun mandi, dan masker. Sedangkan paket kedua adalah paket untuk bayi yang terdiri dari satu bantal, selimut, dan dua buah baju.

foto  foto

Keterangan :

  • Rita Shijie, salah satu relawan dengan penuh cinta kasih menghibur para pengungsi yang tengah berada di posko pengungsian. (kiri)
  • Walaupun cuaca sudah tidak mendukung, namun para pengungsi letusan Merapi tetap bersemangat untuk mengambil paket bantuan bencana yang tengah dibagikan oleh Tzu Chi. (kanan)

Besarnya Cinta Kasih
Setelah tenda Tzu Chi telah berdiri dan siap untuk melakukan pembagian, sekitar jam 2 siang  hujan pun turun dengan derasnya yang membuat proses pembagian paket bantuan yang berada di posko pengungsian Desa Kepuharjo dan Umbulharjo pun ditunda.

Namun tidak dengan posko pengungsian yang berada di Desa Glagahrejo, para relawan tetap melakukan pembagian paket bantuan meskipun hujan turun cukup lebat. “Setelah mendirikan tenda, kami melihat awan memang sudah gelap sekali. Jadi saya dan relawan-relawan lain memutuskan untuk segera melakukan pembagian 564 paket,” ucap Yopie, selaku koordinator pembagian paket bantuan di Desa Glagahrejo, “bagaimana kami menunda kalau antrian warga saja sudah memanjang.”

Hujan memang tidak menjadi penghalang para relawan Tzu Chi untuk terus menyebarkan kebajikan. Bahkan air yang mulai menggenangi sepatu mereka pun tidak mereka hiraukan. “Kami hanya ingin cepat membagi paket bantuan ini, kasihan para warga kalau harus terkena hujan. Mereka bisa sakit nanti,” ungkap Susanto Widjaja, salah satu relawan Tzu Chi.

Setelah hujan mulai reda, tiba-tiba saja terdengar gemuruh yang kuat dari arah belakang posko pengungsian. Para warga pun berhamburan. Tim keamanan bencana yang dibantu dengan pihak TNI dan relawan pun mulai melakukan evakuasi terhadap warga. Tidak lama kemudian sirene tanda bahaya pun dibunyikan, rupanya awan panas yang meluncur dengan kecepatan tinggi itu cukup dekat dengan lokasi pengungsian.

“Sebelum sirene berbunyi, para warga belum terlalu panik dan masih mengantri bantuan. Tapi setelah sirene berbunyi, mereka langsung berlari menyelamatkan diri,” tambah Susanto. Yopie menuturkan, mobil operasional Tzu Chi pun diberdayakan untuk mengangkut para warga yang sempat tertinggal saat proses evakuasi. “Mobil kami yang terakhir pergi dari lokasi bersama tim SAR dan polisi, dan ada beberapa warga yang tertinggal dan cukup panik turut serta kami evakuasi,” jelas Yopie.

Setelah sampai di posko pengungsian yang lebih aman, tiba-tiba saja ada dua orang wanita yang pingsan karena menghirup abu vulkanik yang cukup banyak. Karena pengobatan di posko sementara tersebut belum lengkap, akhirnya para relawan langsung dengan sigap membawa wanita tersebut ke Puskesmas terdekat untuk mendapatkan pertolongan dan pengobatan.

foto  foto

Keterangan :

  • Tidak lama setelah hujan turun, tiba-tiba saja Merapi kembali bergejolak dan menyemburkan lava dan awan panas.  (kiri)
  • Para pengungsi juga menggunakan mobil Tzu Chi untuk pindahi ke tempat yang lebih aman. (kanan)

Terima Kasih, Pak.., Terima Kasih, Bu
Setelah kondisi mulai lebih tenang, para pengungsi pun akhirnya memutuskan untuk kembali ke posko pengungsian di Glagahrejo untuk mengambil barang-barang yang sempat mereka tinggalkan. Begitu pula dengan tim relawan Tzu Chi yang berencana untuk merapikan paket bantuan agar bisa kembali dibagikan esok harinya. Namun tanpa di duga, para warga kembali mulai berdatangan kembali untuk mengambil paket bantuan. “Saya sangat tersentuh. Mereka masih ingin mengambil paket bantuan kita, dan ini tandanya mereka sangat membutuhkannya,” kata Hsieh Hsiu Chu lirih, salah satu relawan asal Taiwan.

Hsieh Hsiu Chu atau yang akrab disapa dengan Rita juga sangat terharu ketika ada beberapa wanita berusia lanjut yang tiba-tiba saja memeluknya dan menangis sambil berkata, “Terima kasih, Pak. Terima kasih, Bu. Kalian mau memperhatikan kami. Sudah ada “wedus” yang besar seperti itu, kalian sudah turun tapi mau kembali lagi ke tempat penampungan kami untuk memberikan bantuan,” kata ibu itu dalam bahasa Jawa.

Walaupun hanya ditemani penerangan minim— menggunakan lampu mobil, karena malam sudah datang dan aliran listrik terputus— saat pembagian paket bantuan dilakukan kembali, namun cinta kasih para relawan bersinar terang di hati para korban pengungsi.

  
 

Artikel Terkait

HUT Tzu Chi ke-25: Perjalanan Penuh Rasa Syukur

HUT Tzu Chi ke-25: Perjalanan Penuh Rasa Syukur

09 September 2018
Rasa syukur, bahagia, dan penuh sukacita sangat terasa dalam peringatan 25 Tahun Tzu Chi Indonesia. Kegiatan yang diadakan pada Sabtu, 8 September 2018 ini dihadiri oleh 2.296 orang.
Melenyapkan Ego dan Menciptakan Keharmonisan

Melenyapkan Ego dan Menciptakan Keharmonisan

10 April 2018
Agar relawan terutama yang memegang tanggung jawab bisa lebih memahami struktur kerelawanan 4 in 1 maka Minggu, 8 April 2018, Yayasan Buddha Tzu Chi Medan mengadakan Pelatihan Relawan 4 in 1 yang diikuti 82 peserta.
Menanamkan Semangat Berbagi Melalui Celengan Bambu

Menanamkan Semangat Berbagi Melalui Celengan Bambu

16 Januari 2014 Dalam penjelasan misi amal melalui celengan bambu ini, para siswa tidak hanya diajak untuk bersumbangsih dana kecil namun juga diajak untuk ikut menjadi relawan informasi bagi Tzu Chi.
Orang yang berjiwa besar akan merasakan luasnya dunia dan ia dapat diterima oleh siapa saja!
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -