Letusan Merapi: Di antara Gemuruh Merapi
Jurnalis : Veronika Usha, Fotografer : Veronika Usha, Susanto Widjaja Karena kondisinya tidak memungkinkan, paket bantuan yang rencananya akan diberikan kepada warga di posko pengungsian Kepuharjo dan Umbulharjo diberikan secara simbolis kepada para kepala desa pada tanggal 4 November 2010. |
| ||
Suara tersebut ternyata berasal dari Gunung Merapi yang kembali memuntahkan awan panasnya. Gulungan-gulungan asap yang mengepul dan menghitam berlari cepat ke segala arah. Melihat hal itu, otomatis para warga, relawan, maupun petugas keamanan dan polisi pun segera melakukan evakuasi. Karena arah luncuran awan panas yang biasa disebut dengan wedhus gembel ini dikhawatirkan akan membayakan titik-titik pengungsian di beberapa tempat, maka lokasi-lokasi pengungsian yang beradius di bawah 15 km dari puncak Merapi langsung disterilkan. Hal ini juga dilakukan kepada posko pengungsian di Desa Umbulharjo, Desa Glagahrejo, Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman yang hanya beradius lebih kurang 8-12 km dari puncak Merapi. Paket Bantuan Bencana Merapi Beragam persiapan pun dilakukan, mulai dari pembangunan tenda, pengemasan barang bantuan, hingga koordinasi kepada para kepala desa dan pihak berwenang. Bantuan yang diberikan antara lain terdiri dari dua paket bantuan. Paket pertama adalah paket hygiene pack yang terdiri dari sarung, handuk, sikat gigi dan odol, balsem, sabun mandi, dan masker. Sedangkan paket kedua adalah paket untuk bayi yang terdiri dari satu bantal, selimut, dan dua buah baju.
Keterangan :
Besarnya Cinta Kasih Namun tidak dengan posko pengungsian yang berada di Desa Glagahrejo, para relawan tetap melakukan pembagian paket bantuan meskipun hujan turun cukup lebat. “Setelah mendirikan tenda, kami melihat awan memang sudah gelap sekali. Jadi saya dan relawan-relawan lain memutuskan untuk segera melakukan pembagian 564 paket,” ucap Yopie, selaku koordinator pembagian paket bantuan di Desa Glagahrejo, “bagaimana kami menunda kalau antrian warga saja sudah memanjang.” Hujan memang tidak menjadi penghalang para relawan Tzu Chi untuk terus menyebarkan kebajikan. Bahkan air yang mulai menggenangi sepatu mereka pun tidak mereka hiraukan. “Kami hanya ingin cepat membagi paket bantuan ini, kasihan para warga kalau harus terkena hujan. Mereka bisa sakit nanti,” ungkap Susanto Widjaja, salah satu relawan Tzu Chi. Setelah hujan mulai reda, tiba-tiba saja terdengar gemuruh yang kuat dari arah belakang posko pengungsian. Para warga pun berhamburan. Tim keamanan bencana yang dibantu dengan pihak TNI dan relawan pun mulai melakukan evakuasi terhadap warga. Tidak lama kemudian sirene tanda bahaya pun dibunyikan, rupanya awan panas yang meluncur dengan kecepatan tinggi itu cukup dekat dengan lokasi pengungsian. “Sebelum sirene berbunyi, para warga belum terlalu panik dan masih mengantri bantuan. Tapi setelah sirene berbunyi, mereka langsung berlari menyelamatkan diri,” tambah Susanto. Yopie menuturkan, mobil operasional Tzu Chi pun diberdayakan untuk mengangkut para warga yang sempat tertinggal saat proses evakuasi. “Mobil kami yang terakhir pergi dari lokasi bersama tim SAR dan polisi, dan ada beberapa warga yang tertinggal dan cukup panik turut serta kami evakuasi,” jelas Yopie. Setelah sampai di posko pengungsian yang lebih aman, tiba-tiba saja ada dua orang wanita yang pingsan karena menghirup abu vulkanik yang cukup banyak. Karena pengobatan di posko sementara tersebut belum lengkap, akhirnya para relawan langsung dengan sigap membawa wanita tersebut ke Puskesmas terdekat untuk mendapatkan pertolongan dan pengobatan.
Keterangan :
Terima Kasih, Pak.., Terima Kasih, Bu Hsieh Hsiu Chu atau yang akrab disapa dengan Rita juga sangat terharu ketika ada beberapa wanita berusia lanjut yang tiba-tiba saja memeluknya dan menangis sambil berkata, “Terima kasih, Pak. Terima kasih, Bu. Kalian mau memperhatikan kami. Sudah ada “wedus” yang besar seperti itu, kalian sudah turun tapi mau kembali lagi ke tempat penampungan kami untuk memberikan bantuan,” kata ibu itu dalam bahasa Jawa. Walaupun hanya ditemani penerangan minim— menggunakan lampu mobil, karena malam sudah datang dan aliran listrik terputus— saat pembagian paket bantuan dilakukan kembali, namun cinta kasih para relawan bersinar terang di hati para korban pengungsi. | |||