Lima Tahun di Jalan Baru

Jurnalis : Ivana, Fotografer : Anand Yahya
 
foto

* Acara dimeriahkan oleh hadirnya Paman Dongeng yang biasa mengisi acara Rumah Dongeng di Da Ai TV. Kali ini Paman Dongeng mengajak anak-anak yang hadir untuk bernyanyi bersama dan mendengarkan cerita yang sangat menarik.

“Saya sih kepengennya yang (sekolah) menjadi lebih baik daripada tahun yang lalu. Ya semuanya (bidang) kalo bisa.” Feby Amelia Putri, kelas VIII SMP Cinta Kasih.

“Ya biar kegiatan sosialnya lebih ditingkatkan lagi. Soalnya saya pilih sekolah ini juga karena kegiatan sosialnya itu.” Yandrie, kelas X, SMK Cinta Kasih.

“Harapannya cuma satu, supaya sekolah ini maju, jadi bisa dikenal oleh semua sekolah dimana-mana, nggak cuma di lingkungan (perumahan) ini aja.” Citra Ramadhan, kelas XI SMK Cinta Kasih.

Semua orang terjalari semangat yang menyala-nyala pagi ini, Sabtu, 30 Agustus 2008. Hingar-bingar panggung di halaman tak henti sejak pukul 8. Tidak biasanya Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi sepenuh ini. Ketertiban dan keheningan yang biasa selalu hadir rupanya sedang absen. Ratusan anak berkunjung meramaikan “Open House Perumahan Cinta Kasih dan Lustrum I Sekolah Cinta Kasih”.

Sebelas ruang kelas di lantai dasar, berpoles menjadi stan-stan dengan masing-masing fungsi. Ada yang diisi foto-foto kegiatan Perumahan Cinta Kasih Cengkareng dan Muara Angke, stan akademik untuk memajang prestasi siswa, stan pamer hasil karya, tak ketinggalan stan sosialisasi DAAI TV yang sekaligus menggelar casting presenter untuk salah satu program. Sekolah pun mengundang 9 sekolah di lingkungan Jakarta Barat untuk menyertai lomba-lomba yang diadakan.

Sama Seperti Anak-anak Lainnya
Pernah dikisahkan bahwa para siswa Sekolah Cinta Kasih ini adalah anak-anak yang pernah tumbuh di bantaran Kali Angke, Jakarta Utara. Cap sebagai anak-anak yang kumuh, tak tahu aturan, liar pernah menempel di diri mereka. Tapi 5 tahun menjelang, tak nampak Kali Angke yang tersisa. Para siswa ikut berdiri di atas panggung yang sama dengan anak-anak lain. Mereka turut menyanyi dalam lomba Vokal Grup untuk SMP, ikut serta dalam lomba menggambar dan mewarnai untuk TK dan SD, berkompetisi di lomba futsal, dan bersaing dalam Speech Contest yang semuanya diadakan pada hari ini.

foto   foto

Ket : - Hong Tjhin, mewakili Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia membuka acara Open House Perumahan Cinta
           Kasih dan Lustrum I Sekolah Cinta Kasih, Cengkareng, Jakarta Barat. (kiri)
         - Seorang relawan Tzu Chi sedang mengajak para siswa untuk hidup ramah terhadap lingkungan dengan
           mengurangi pemakaian barang-barang yang sulit didaur ulang. (kanan)

“Stigma yang ditempelkan orang luar terhadap orang pinggir kali tidak semuanya benar. Gua melihat mereka itu sepantar, worth to compete, nggak bisa lagi dibedakan (dengan anak-anak dari lingkungan yang lain),” ujar Dwi Astuti, salah seorang juri Speech Contest.

Tawang, mantan pengelola Perumahan Cinta Kasih bidang pemberdayaan warga yang selama 2 tahun tinggal bersama, mendampingi warga ketika baru pindah ke perumahan, juga nampak berkunjung. “Ini suatu yang luar biasa ya, dulu saya ga punya gambaran akan jadi seperti ini. (paling berkesan) dari segi pembinaan anak-anak sekolahnya. Luar biasa perkembangannya, prestasinya, dan budi pekertinya baik sekali saya rasakan,” kata Tawang berpendapat. Selama 3 tahun terakhir, Tawang sudah kembali ke kantor tempatnya bekerja. “Saya sangat surprise, saya sangat terharu bahwa seperti ini keadaannya,” tambahnya.

Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi diresmikan tanggal 28 Juli 2003. Lustrum pertama lazim diisi dengan perayaan. Namun Edhy Harsanto, S.Pd, Kepala SMP Cinta Kasih lebih ingin mengisinya dengan bercermin terhadap perjalanan sekolah, “Ini juga jadi kesempatan refleksi bagi kita, selama 5 tahun ini sejauh mana sekolah kita berkembang. Banyak hal, memang siswa kita berubah, ada yang berubah jadi baik, tapi yang salah berubah juga ada.” Menurut Edhy, pengaruh berubahnya lingkungan ketika anak-anak dipindahkan ke Perumahan Cinta Kasih yang berkonsep rumah susun, mau tidak mau pasti membuat mereka berubah. Namun, perubahan perilaku khususnya untuk anak-anak yang sudah cukup dewasa tidak cukup dilakukan dalam 5 tahun dan sangat perlu dukungan dari orangtua di rumah. “Bahwa peran guru itu memang menjadikan anak yang tidak tahu-menjadi-tahu itu betul-betul di sini. Dan itu perlu waktu,” tutup Edhy.

foto   foto

Ket : - Anak-anak sekolah dari luar Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi ikut meramaikan acara Open House ini dengan
           tampil di panggung utama membawakan lagu-lagu perjuangan. (kiri)
         - Anak-anak sekolah yang berkunjung ke sekolah Cinta Kasih juga bisa melihat berbagai piala atau
           penghargaan. Dalam waktu 5 tahun, SD mendapat 37 penghargaan, SMP 15 buah penghargaan atau piala
           dan SMK Cinta Kasih yang berdiri tahun 2006 mendapat 9 penghargaan. (kanan)

Perubahan yang kerap disinggung ini ternyata tak hanya menyentuh siswa ataupun warga yang pindah tinggal ke perumahan ini. “Ketika guru itu mengharapkan agar anak berubah, tentu dari sikap dan metode guru itu sendiri sehari-harinya harus sesuai. Nah, di sini bagaimana perubahan itu bisa diawali dari guru sendiri,” tutur Eko Rahardjo, guru SMP Cinta Kasih. Guru Sekolah Cinta Kasih juga turut tinggal di lingkungan Perumahan Cinta Kasih, bertetangga dengan para siswanya. Namun, Dwi Astuti yang selama 2 tahun terakhir juga mengadakan riset di Perumahan Cinta Kasih justru menuturkan, “Gua ga bilang mereka (para siswa Sekolah Cinta Kasih) berubah, karena gua ga tau bagaimana mereka di awal. Tapi yang jelas ga bisa lagi lo tempelin pandangan orang tentang pinggir kali itu pada mereka.”

Kreatif-Inspiratif
Biarlah orang lain yang menilai. Dalam kurun 5 tahun, SD Cinta Kasih telah memborong 37 penghargaan atau piala. SMP Cinta Kasih meraih 15 buah, dan SMK Cinta Kasih –berdiri sejak tahun 2006- menyabet 9 piala. Penghargaan itu mencakup tingkat Cengkareng sampai Jabodetabek. Tambahkan pula kunjungan dari berbagai kalangan setiap bulan, serta Pendidikan Budi Pekerti atas permintaan dari sekolah-sekolah lain. Seolah sekolah ini menjadi “tempat studi” yang memiliki keunikan. Sebagaimana pada hari ini, 51 anak penerima bantuan beasiswa Tzu Chi Perwakilan Sinar Mas (TC PSM) bersama orangtua mereka turut meramaikan suasana.

“Ini baru pertama kali. Sekolahnya bagus, anak-anaknya kreatif. Kalo di sekolahku nggak terlalu (bisa kreatif),” kata Indah Yulianingsih, bukan anak peserta beasiswa melainkan hanya menemani temannya. Indah dan teman-temannya dibagi kelompok, masing-masing didampingi seorang pemandu berkeliling dari stan ke stan, lalu menuju lantai 2 RSKB Cinta Kasih Tzu Chi -5 menit jalan kaki dari sekolah- untuk menutup tur di stan pameran Tzu Chi.

foto   foto

Ket : - Seorang siswa sekolah Cinta Kasih Tzu Chi sedang mengikuti kontes pidato dalam bahasa Inggris yang
           diikuti berbagai sekolah di Jakarta. (kiri)
         - Tak mau ketinggalan, penampilan marawis dari karang taruna Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi ikut
           memeriahkan acara Open House Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi yang ke-5. (kanan)

Sementara teman-temannya kebanyakan melihat, Hanifa tampak menonjol karena ia tak puas-puas bertanya pada pemandu ataupun penjaga stan. “Pengen tau aja, Kak, mumpung saya lagi ada di sini, ada sumber yang bisa ngasi tau saya, kenapa ngga saya nanya,” ujarnya menjelaskan. Hanifa yang sekarang duduk di kelas XI SMK Perhotelan adalah siswa berprestasi yang menerima bantuan beasiswa. Ini pertama kali ia lebih mengenal Tzu Chi dan TC PSM dalam gathering seperti ini. Di samping kunjungan, mereka juga diajak mengikuti pemilahan sampah daur ulang, membuat celengan bambu dari barang bekas, dan mengikuti kelas budi pekerti.

“Saya pikir pencetus segala macam ini tu hebat banget,” tutur Hanifa penuh semangat, “Kayaknya mulai sekarang saya harus lebih bekerja keras lagi meraih keinginan saya. Seperti liat tayangan tadi dan ini (celengan bambu -awal kisah Tzu Chi dimulai dari itu), tidak ada sesuatu hal yang besar yang bisa kita raih tanpa ada usaha yang besar juga. Jadi saya lebih tekad’in lagi dalam hati saya bahwa saya bisa mengubah nasib saya.”

 

Artikel Terkait

Tidak Menyerah pada Keterbatasan

Tidak Menyerah pada Keterbatasan

15 November 2018

Sebanyak 133 relawan Tzu Chi Indonesia dilantik menjadi Relawan Komite pada Rabu, 14 November 2018 di Banqiao, Taiwan. Salah satu di antara mereka adalah pasangan suami-istri Handaya dan Komariah, relawan Tzu Chi dari He Qi Barat 1.

Belajar Kerja Sama dalam Tim

Belajar Kerja Sama dalam Tim

28 September 2018
Penanaman budi pekerti sejak dini menjadi solusi guna membentuk karakter generasi mendatang yang berbudi. Di Tzu Chi, pendidikan budi pekerti juga merupakan bagian dari Misi Pendidikan Tzu Chi. Dalam kelas budi pekerti pada 23 September 2018 ini, anak-anak diajak untuk belajar tentang kerja sama. 
Baksos Degeneratif Tzu Chi: Melayani dengan Hati di Pulau Terpencil

Baksos Degeneratif Tzu Chi: Melayani dengan Hati di Pulau Terpencil

25 Juli 2023

Tzu Chi Batam untuk ketiga kalinya mengadakan Baksos Degeneratif di Pulau Jaloh. Pada baksos ini, Tzu Chi berhasil melayani 75 warga yang hadir untuk kontrol ulang kesehatan. Sebelumnya relawan dan tim medis telah melakukan pemeriksaan pertama pada 21 Mei lalu.

Keharmonisan organisasi tercermin dari tutur kata dan perilaku yang lembut dari setiap anggota.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -