Lingkungan yang Baik

Jurnalis : Hadi Pranoto, Fotografer : Hadi Pranoto
 
foto

* Meski awalnya canggung dan malu-malu, siswa-siswi Kelas Budi Pekerti Tzu Chi ini akhirnya bisa saling mengenal satu sama lain lewat permainan yang mengajak mereka untuk mencari tahu tentang teman baru mereka.

"Selama setahun kemarin, apa saja yang sudah kamu pelajari?" tanya Erni, salah seorang relawan Tzu Chi pada murid-murid Kelas Budi Pekerti Tzu Chi. Alifah, gadis cilik yang duduk di barisan depan segera mengacungkan jarinya. "Ya..," kata Erni menyambut. "Budi pekerti," jawab Alifah. "Bagus, lalu pelajaran apa yang paling kamu senangi?" buru Erni. "Dongeng." "Cerita apa yang paling kamu senangi?" pancing Erni. "Burung Gagak yang Berbakti," jawab Alifah lantang. "Pelajaran apa yang kamu dapat dari cerita itu?" "Ada, berbakti kepada orangtua," jawab Alifah tegas. "Sudahkah kamu terapkan di rumah?" tanya Erni. "Sudah, membantu orangtua mengerjakan pekerjaan rumah," jawab Alifah, siswi kelas 2 SD Permai, Pluit, Jakarta Utara ini. "Bagus, berarti kamu sudah menjadi anak yang baik dan berbakti," puji Erni.
Kelas Baru di Tahun 2009
Minggu, 8 Februari 2009, bertempat di kantor Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Gedung ITC Mangga Dua Lt 6 Jakarta, sebanyak 90 anak mengikuti Kelas Budi Pekerti Tzu Chi. Ini merupakan kelas pertama di tahun 2009. Dari 90 anak yang hadir, separuhnya merupakan siswa-siswi yang telah mengikuti Kelas Budi Pekerti tahun sebelumnya. "Ada 45 anak yang baru ikut Kelas Budi Pekerti ini," terang Chi Ying, koordinator Kelas Budi Pekerti Tzu Chi.

Menurut Chi Ying, anak-anak yang telah mengikuti Kelas Budi Pekerti tahun lalu tidak perlu khawatir akan materi pelajaran yang sama. "Kelas Budi Pekerti tahun ini materinya semua berbeda dengan tahun kemarin," tegas Chi Ying. Di kelas pertama tahun ini, Chi Ying juga mengajak anak-anak untuk bisa menikmati materi pelajaran dengan gembira, namun tetap tertib dan mentaati peraturan.

foto  foto

Ket : - Erni, relawan Tzu Chi bertindak sebagai pembawa acara dalam Kelas Budi Pekerti Tzu Chi pada Minggu,
           8 Februari 2009. Ini merupakan kelas pertama di tahun 2009. (kiri)
           terutama memberi perubahan pada gaya hidup dan pola berpikir warga. (kiri)
          - Siswa-siswi Kelas Budi Pekerti Tzu Chi juga berkesempatan melihat studio DAAI TV Indonesia, media cetak
           Tzu Chi, dan juga kantor Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. (kanan)

Selain diperkenalkan "Mama-mama" yang akan mendampingi mereka sepanjang tahun ini, anak-anak juga langsung diajak berinteraksi lewat permainan-permainan yang mengasah pengetahuan, keterampilan, dan juga moral. Salah satunya lewat permainan mencari teman. Di sini, masing-masing anak diberikan kertas yang harus diisi dengan nama, alamat, sekolah, dan hobi orang lain (teman -red). Dengan demikian, anak-anak yang semula tidak saling kenal, akhirnya bisa saling berinteraksi satu sama lain.

foto  foto

Ket : - Untuk menyambut kedatangan teman-teman baru, siswa Kelas Budi Pekerti Tzu Chi yang lama ini
           memeragakan isyarat tangan. (kiri)
        - Tata krama dan cara makan yang baik pun mencerminkan budi pekerti seseorang. Relawan Tzu Chi
            membimbing anak-anak tentang tata krama dan cara makan yang baik di Tzu Chi. (kanan)

Ada juga permainan memindahkan bola pingpong ke dalam piring. Dari permainan ini anak-anak dapat merasakan bahwa tugas orangtua sangatlah berat dalam menjaga dan mendidik mereka. "Kita takut bolanya jatuh, was-was, dan gelisah. Kita menjaga bola pingpong ini supaya tidak jatuh, seperti orangtua menjaga kita," terang Erni. Semua permainan maupun cerita dongeng di kelas budi pekerti ini memang selalu memiliki makna, seperti menumbuhkan sikap berbakti kepada orangtua, disiplin, hemat, mencintai lingkungan, dan menyayangi sesama.

Social Life
Bagi Tet Hiang, Kelas Budi Pekerti Tzu Chi memberinya harapan akan pentingnya pendidikan budi pekerti, di tengah kurang diperhatikannya materi pendidikan ini di sekolah-sekolah umum. "Biar di sini (Kelas Budi Pekerti -red) bisa belajar lebih banyak lagi tentang budi pekerti, cinta kasih, sopan santun, dan tata krama," terang Tet Hiang mengungkapkan harapannya atas Jonathan (9) putranya. Sebagai wanita karir, Tet Hiang mengakui waktunya untuk membimbing kedua anaknya sangatlah terbatas. Sebagai gantinya, Tet mengikutsertakan Jonathan berbagai kegiatan yang mendidik, seperti les bahasa Mandarin dan Kelas Budi Pekerti Tzu Chi. Tet juga kerap mengajak Jonathan dan adiknya ke vihara setiap Minggu.

foto  foto

Ket : - Agar suasana lebih akrab, setiap anak mencari informasi tentang teman-teman mereka di kelompoknya.
           (kiri)
        - Cara berjalan yang baik diajarkan pula di kali pertama kelas budi pekerti. Siswa-siswi yang baru diajarkan
           dahulu. (kanan)

Sebagai orangtua yang baru pertama kali melihat materi dan cara pendidikan di Kelas Budi Pekerti Tzu Chi ini, Tet Hiang menyatakan kesannya, "Cukup teratur dan terkoordinasi dengan baik, sepertinya anak-anak dididik untuk mandiri dan bisa merasa bersyukur." Selain itu, Tet Hiang juga sepaham dengan prinsip di Tzu Chi yang menekankan pentingnya sikap berbakti kepada kedua orangtua. "Berbakti yang utama sekali, dan juga untuk belajar saling menghormati dan membantu antar sesama manusia," terang Tet Hiang.

Seperti karakter Tzu Chi yang terbuka dan tidak membeda-bedakan suku, ras, golongan, dan agama, Kelas Budi Pekerti pun diikuti beragam anak dari latar belakang yang berbeda. "Di sini Jonathan bisa kenal banyak teman. Interaksi lebih banyak dengan orang lain itu lebih baik, dia bisa kenal teman-teman dari berbagai agama. Mengenal lebih banyak, menghargai, dan saling menghormati. Tzu Chi tidak membeda-bedakan, dan itu sangat baik sekali," kata Tet Hiang.

foto  foto

Ket : - Alifa, siswi kelas 2 SD Permai, Pluit, Jakarta Utara ini saat menjawab pertanyaan dari relawan (DAAI Mama).
           Alifa tidak merasa bosan, meski di tahun sebelumnya telah menjadi siswi Kelas Budi Pekerti Tzu Chi. (kiri)
        - Menurut Tet Hiang, pendidikan budi pekerti Tzu Chi sangat baik untuk menanamkan moral kepada
          anak-anak. Tet Hiang juga berjanji untuk selalu mengantar Jonathan putranya mengikuti Kelas Budi Pekerti
          Tzu Chi setiap bulannya. (kanan)

Bagi Alifah, meski tahun kemarin sudah mengikuti Kelas Budi Pekerti, tapi hal itu tak membuatnya merasa bosan. "Nggak bosan, soalnya kan pelajarannya baru-baru, juga dapat teman baru," ungkap putri pasangan Muhammad Safri Sabit dan Indrianti ini. Dengan latar belakang agama Islam, Alifah tidak merasa canggung berkumpul dan bergaul dengan teman-temannya dari latar belakang agama yang berbeda. "Di sini bagus, ngajarin budi pekerti, dan tata kramanya juga baik," kata Alifah senang.

 

Artikel Terkait

Menjaga Rumah Sekaligus Menghargai Bumi

Menjaga Rumah Sekaligus Menghargai Bumi

03 Oktober 2012 Beberapa barisan orang berseragam abu putih maupun biru putih mengawali kegiatan mereka di pagi hari nan cerah dengan bertandang ke Aula Jing Si Indonesia. Kedatangan mereka ke Aula Jing Si adalah untuk membersihkan Aula Jing Si – rumah para insan Tzu Chi Indonesia.
Misi belum Selesai

Misi belum Selesai

08 September 2015

Membangun ikrar itu mudah, namun sulit untuk mempertahankannya. Untuk terus menjaga niat di hati, Minggu, 6 September 2015 sebanyak 111 relawan dari komunitas He Qi Utara mengikuti Training Abu Putih ke-4. 

 Berlomba Dalam Kebaikan

Berlomba Dalam Kebaikan

07 November 2019

Tzu Chi Sinar Mas wilayah Kalimantan Tengah mengadakan Lomba Budaya Humanis bagi para siswa-siswi sekolah di sekitar Perkebunan Sinar Mas (28/10/19). Lomba yang dilombakan terdiri lomba menggambar, mewarnai, cepat tepat Kata Perenungan Master Cheng Yen, dan lomba bercerita.

Semua manusia berkeinginan untuk "memiliki", padahal "memiliki" adalah sumber dari kerisauan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -