Lomba Memasak Vegan Dengan Produk Jing Si (Bag.1)

Jurnalis : Beby Chen (Tzu Chi Medan), Fotografer : Amir Tan, William Steven, Ilham Sentoso (Tzu Chi Medan)
 
 

foto
Relawan Komite, Ji Shou sedang memperkenalkan sejarah Jing Si kepada para relawan.

 “Jing Si“ adalah nama yang dipilih sendiri oleh Master Cheng Yen ketika dirinya meninggalkan rumah dan berkeliling mencari sebuah tempat untuk mendalami ajaran agama Buddha pada usia 23 tahun. Nama ini juga memiliki arti khusus bagi dirinya yaitu untuk menenangkan hati (靜心;Jing Xin) dan merenungkan (思考:Si Kao) tujuan dari kehidupan ini. Setelah ditahbiskan menjadi biksuni dan mendirikan Yayasan Buddha Tzu Chi, nama “Jing Si” ini kemudian diaplikasikan ke beberapa toko buku Tzu Chi: Jing Si Books and Cafe, yang menjadi sebuah landasan dari kebijaksanaan dan Budaya Humanis Tzu Chi yang saling berkaitan.

Di toko buku ini, relawan atau masyarakat umum dapat lebih mengenal Tzu Chi melalui buku-buku karangan Master Cheng Yen. Selain itu, pada setiap produk-produk Jing Si, selalu ada sebuah logo yang unik. Makna dari logo tersebut adalah di mana 3 titik di atas melambangkan Buddha, Dharma, dan Sangha. Satu garis lurus adalah mata yang melambangkan kewelasasihan  dan garis melengkung ke bawah adalah melambangkan kebijaksanaan.

Master Cheng Yen berkata, “Griya Perenungan haruslah dapat berdiri secara mandiri sehingga dapat menjadi sandaran bagi Tzu Chi”. Dalam kondisi sesulit apapun, dana Tzu Chi tidak diperbolehkan untuk digunakan demi menopang kehidupan di dalam Griya Jing Si dan harus memegang teguh prinsip untuk tidak menerima sumbangan dana. Prinsip “Sehari tidak bekerja maka sehari tidak makan”, merupakan semangat dari ajaran Jing Si yang membentuk cinta kasih yang murni tanpa noda. Griya Jing Si mengemban tanggung jawab akan semua biaya sehari-hari di Griya Jing Si termasuk biaya konsumsi dari semua relawan Tzu Chi yang pulang ke Griya Jing Si. Baik itu adalah relawan rumah sakit maupun relawan yang ikut pelatihan di Taiwan. Melalui produk-produk Jing Si yang tersedia di Jing Si Corner dan Jing Si Books Store & Café, visi Jing Si dapat tersampaikan ke khalayak ramai: menjernihkan batin manusia.

foto  foto

Keterangan :

  • Lambang toko buku Jing Si books and cafe (kiri).
  • Setelah selesai di buat, para juri mulai mencicipi dan memberikan nilai penyajian masakan (kanan).

Mungkin perlombaan masakan vegetaris sudah sering kali kita dengar tetapi untuk pertama kalinya Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Kantor Cabang Medan mengadakan perlombaan masakan vegan pada hari Minggu, 21 Juli 2013 dengan tema “Memperkenalkan Produk-Produk Jing Si Melalui Perlombaan Masakan Vegan“. Produk-produk Jing Si sendiri memiliki beberapa kategori yakni buku-buku, DVD atau VCD, produk-produk ramah lingkungan, souvenir, dan produk-produk makanan.

Perlombaan kali ini, bahan utama dari setiap menu makanan dan minuman yang akan diperlombakan adalah menggunakan produk-produk makanan Jing Si. Bahan tambahan yang diperbolehkan juga harus memenuhi syarat vegan, dimana tidak mengandung telur, susu hewani, dan segala sesuatu yang dihasilkan oleh hewani misalnya madu dan keluarga bawang-bawangan.

foto  foto

Keterangan :

  • Beberapa makanan yang telah selesai dibuat oleh relawan (kiri).
  • Beberapa produk-produk Jing Si yang dijual di toko buku Jing Si (kanan).

Memilih produk-produk makanan Jing Si
Produk-produk makanan Jing si adalah makanan alami yang diproduksi di Griya Jing Si. Master Cheng Yen telah berusaha agar kondisi batin dan pikiran kita dapat terkondisikan dengan baik. Akan tetapi beliau juga menginginkan agar kondisi tubuh murid-muridnya juga dalam kondisi yang baik. Bukan hanya alam semesta yang perlu dilestarikan lingkungannya namun kondisi kesehatan tubuh juga harus diperhatikan di mana ”Lingkungan” organ dalam tubuh juga perlu ”dilestarikan”. Makanan alami dari Griya Jing Si syarat dengan kasih sayang dan perhatian dari Master Cheng Yen yang berharap agar kita semua dapat menjaga kondisi kesehatan tubuh dengan sebaik-baiknya.

Perlombaan ini diikuti oleh 20 grup yang masing-masing grupnya terdiri dari 3 orang peserta yang melibatkan relawan-relawan Tzu Chi secara langsung. Syaratnya satu grup tetap ada satu relawan dan dua orang lagi diperbolehkan dari keluarga sendiri, teman, atau tetangga. Pemberian nama-nama grup untuk peserta lomba juga memliki arti yang sangat mendalam yakni : Cí Shàn (慈善 amal), YÄ« Liáo (醫療 pengobatan), Jiào Yù (教育 pendidikan), Rén Wén (人文 budaya humanis), Zhǐ HuÄ« (智慧 kebijaksanaan), Cí BÄ“i (慈悲 welas asih), Xìn Fú (幸福 bahagia), Hé XÄ«n (合心 bersatu hati), Hé Qi (和氣 tenggang rasa), Hù Ai (互愛 saling mengasihi), Xié Lì (協力 gotong royong), Dà Ai (大爱 cinta kasih universal), WÄ“n NuÇŽn (温暖 kehangatan), Kuài Lè (快樂 gembira), ZhÄ« Zú (知足 puas hati), Shān Jié (善解 pengertian), GÇŽn'En (感恩 bersyukur), ZÅ«n Zhòng (尊重 menghormati), Ai (æ„› cinta), dan Huán BÇŽo (环保 daur ulang) .

Beberapa pekan terakhir sebelum perlombaan dimulai, para peserta sudah terlihat sibuk untuk membeli produk-produk makanan Jing Si di Jing Si Corner, Cemara Asri Medan agar dapat diuji coba di rumah. Produk-produk makanan Jing Si yang tersedia adalah biskuit, nasi siap saji, mie siap saji, mie kering seperti spagheti, sup, teh, bubuk masakan yang berasal dari rempah-rempah dan biji-bijian, buah-buah kering, dan juga kacang-kacangan. Bukan hanya itu, para peserta juga sibuk mencari informasi tambahan di internet, buku-buku resep untuk mengetahui bagaimana nantinya dapat mengolah produk-produk makanan Jing Si dengan baik.
Bersambung ke bagian 2

  
 

Artikel Terkait

Perlu Kesadaran Dalam Memanfaatkan Lingkungan

Perlu Kesadaran Dalam Memanfaatkan Lingkungan

17 Januari 2014 Saat malam tiba, paket bantuan Tzu Chi pun sudah siap diberikan. Dan tepat pada pukul tujuh malam sebanyak 800 warga korban kebanjiran dari tujuh RT di Kelurahan Cipinang Melayu sudah berbaris untuk mengambil barang bantuan.
Waisak 2017: Menghayati Warisan Buddha

Waisak 2017: Menghayati Warisan Buddha

18 Mei 2017

Tahun ini, relawan Tzu Chi Batam mengajak warga setempat berkumpul di Aula Jing Si Batam untuk melakukan upacara waisak dan doa bersama. Total peserta yang bepartisipasi di acara tahunan ini berjumlah 652 orang.

Bersyukur, Menghormati dan Cinta kasih

Bersyukur, Menghormati dan Cinta kasih

03 Desember 2009
Banyak anak-anak yang badannya lebih besar, mengorbankan kakinya diinjak dan membiarkan punggung besar mereka menjadi tempat yang aman buat temannya berlindung, sehingga semua bisa selamat dan tetap berada di perahu bahagia. Sungguh terharu, karena mereka bisa mengerti bahwa mereka harus saling membantu, mengasihi dan punya rasa tanggung jawab.
Benih yang kita tebar sendiri, hasilnya pasti akan kita tuai sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -