Love From Taiwan

Jurnalis : Teddy Lianto, Fotografer : Teddy Lianto
 
 

fotoPara relawan memeragakan isyarat tangan 'Satu Keluarga'', yang berarti para insan Tzu Chi menganggap seluruh masyarakat di dunia adalah saudara sendiri tanpa mengenal kebangsaan, suku, agama, ras, dan golongan.

Dengan berprinsip pada cinta kasih universal, insan Tzu Chi menebarkan cinta kasih mereka ke segala penjuru masyarakat. Mereka juga memotivasi orang lain untuk bergabung  melakukan hal yang sama. Aksi-aksi ini tidak hanya dikerjakan sekejap ini saja, semua itu harus dikerjakan (baik oleh orang tua maupun anak muda) sepanjang hayat.

“Tak seorang pun semestinya merasa dirinya tua dan tak berguna. Malahan, begitu kita menjadi tua, kita mesti menangkap setiap kesempatan untuk melakukan lebih banyak perbuatan baik dan mengumpulkan lebih banyak jasa,” ucap Master Cheng Yen. Master Cheng Yen juga mengatakan, jika kita semua dengan tulus menggunakan kasih  kita untuk terlibat dalam Empat Misi Tzu Chi dalam kegiatan amal, kesehatan, pendidikan, dan budaya kemanusiaan, bersama-sama kita dapat mewujudkan sebuah jalan yang agung.

Cinta kasih universal Tzu Chi adalah sebuah altruisme (sikap yang ada pada manusia, yang mungkin bersifat naluri berupa dorongan untuk berbuat jasa kepada manusia lain) yang melampaui sekat-sekat kebangsaan, agama, dan ras. Sepanjang kita bersedia memberi, dipastikan kita akan mendapatkan imbalan yang setimpal. ”Mari mulai dari tetangga kita sendiri dan penuhi setiap sudut dengan kasih. Kita akan menjadi yakin bahwa kelak masyarakat akan menjadi harmonis dan tak akan ada lagi bencana di dunia,” imbau Master Cheng Yen.

foto  foto

Keterangan :

  • Kita harus menangkap setiap kesempatan untuk berbuat baik, sebab kesempatan yang terlepas tidak akan pernah kembali dan segalanya menjadi terlambat. (kiri)
  • Kehidupan yang sarat dengan jalinan hubungan baik akan mendapatkan simpati dari orang banyak, dan merasakan dunia ini penuh dengan harapan dan menyenangkan. (kanan)

Pada tanggal 6 Agustus 2011, Tzu Chi wilayah He Qi Barat melakukan pembagian beras 20 kg kepada para warga kurang mampu di Kelurahan Cengkareng Timur yang bertempat di Ruko Mutiara Taman Palem pada pukul 7 pagi. Berdasarkan data dari pembagian kupon yang telah dilakukan pada tanggal 31 Juli 2011 lalu, jumlah beras yang harus dibagikan adalah 3.400 karung. Sekitar lebih kurang 200 relawan datang, termasuk diantaranya karyawan dari Tasan Group. Tidak lupa juga Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia meminta bantuan aparat Kelurahan Cengkareng Timur dan anggota TNI untuk ikut membantu kegiatan ini sehingga kegiatan dapat berjalan dengan lancar dan tertib.

“Bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian, beras ini merupakan pemberian dari guru kami yang bernama Master Cheng Yen. Beliau adalah pendiri Yayasan Buddha Tzu Chi, yang dengan penuh welas asih memberikan  beras ini sebagai jalinan jodoh dengan masyarakat di Indonesia,” ucap Leo Shixiong, selaku koordinasi lapangan He Qi Barat.

foto  foto

Keterangan :

  • Budaya humanis merupakan nilai baik sebuah kepribadian dan merupakan pemahaman yang diperoleh setelah berpartisipasi dalam suatu kegiatan kemanusiaan. (kiri)
  • Salah satu dari usaha pembinaan diri adalah menghadapi tiap orang dengan senyuman yang tulus dan murni. (kanan)

Para relawan yang datang membantu dengan penuh gembira dan senyum sumringah mengangkat beras untuk dibagikan kepada warga. Salah satu relawan yang datang membantu ialah Hengky, yang rela datang jauh-jauh dari rumahnya yang terletak di Jl. Mangga Besar, Jakarta Pusat. “Kebetulan anak saya sekolah di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi, Cengkareng dan dapat informasi pada tanggal 6 Agustus ini ada pembagian beras dan butuh banyak relawan untuk membantu, jadi saya pun mau ikut membantu,” ucap Hengky. ”Dulu sebelum ada pembagian He Qi, saya sering ikut kegiatan baksos kesehatan yang diadakan Tzu Chi.”

Panjangnya antrian yang datang untuk mengambil beras, ada seorang warga sempat mengalami pingsan ketika sedang mengantri “Saya datang ke sini dari jam 7 pagi dengan mertua dan anak-anak saya. Berhubung karena saya puasa, tadi di depan pintu mau ambil beras..Ehh malah pingsan. Berhubung suami kerja di pabrik, jadi saya yang ambil,“ ucap Ella (31), ibu yang tinggal di Perumnas dan memiliki 4 anak ini. Kegiatan pembagian beras ini berakhir pada pukul 11.30 siang dan para relawan kembali ke Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi, Cengkareng untuk makan siang. Para relawan yang berkumpul kembali merasa lelah sekaligus bahagia, karena mereka dapat bersumbangsih pada hari itu. Seperti Ucapan Master Cheng Yen,” Ada 2 hal yang tak dapat ditunda, yakni berbakti kepada orangtua dan berbuat kebajikan.

  
 

Artikel Terkait

Gempa Palu: Terus Melayani Kesehatan Pengungsi

Gempa Palu: Terus Melayani Kesehatan Pengungsi

07 Oktober 2018
Distribusi obat-obatan yang terkendala tidak menyurutkan Tim Medis Tzu Chi Indonesia untuk terus memberikan pelayanan kesehatan kepada para korban gempa dan tsunami di Kota Palu, Sulawesi Tengah. Tim medis juga mengunjungi posko-posko pengungsian untuk memberikan layanan kesehatan kepada para pengungsi.
Saling Mendukung dan Berbagi Pengetahuan Melalui Nursing Class di Tzu Chi Hospital

Saling Mendukung dan Berbagi Pengetahuan Melalui Nursing Class di Tzu Chi Hospital

05 Juli 2024

Para perawat Tzu Chi Hospital mendapatkan tambahan pengetahuan yang diberikan oleh para profesor dari Tzu Chi University of Science and Technology di bidang keperawatan. 

Waisak  Tzu Chi 2018: Doa yang Tulus Bagi Kedamaian Semesta

Waisak Tzu Chi 2018: Doa yang Tulus Bagi Kedamaian Semesta

14 Mei 2018
Seluruh insan Tzu Chi di dunia melantunkan doa yang tulus bagi keselamatan dan kedamaian semesta pada peringatan Tiga Hari Besar Tzu Chi: Hari Waisak, Hari Ibu Internasioal, dan Hari Tzu Chi Sedunia secara serentak di hari yang sama, Minggu 13 Mei 2018. Perayaan ini dihadiri sebanyak 4.765 orang (dua sesi acara). 
Genggamlah kesempatan untuk berbuat kebajikan. Jangan menunggu sehingga terlambat untuk melakukannya!
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -