Mahasiswa Politeknik Pekerjaan Umum Semarang Melihat Praktik Socio-Engineering di Tzu Chi

Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta Wulandari

Sebanyak 36 mahasiswa dari tiga jurusan: Teknologi Konstruksi Bangunan Gedung, Teknologi Konstruksi Bangunan Air, dan Teknologi Konstruksi Jalan & Jembatan Politeknik Pekerjaan Umum (PU) Semarang, bersama para dosen dan ditemani langsung oleh Wakil Direktur Politeknik Pekerjaan Umum Hariyono Utomo berkunjung ke Rusun Cinta Kasih dan Tzu Chi Center.

Menindaklanjuti hasil MoU yang dilakukan oleh Politeknik Pekerjaan Umum Semarang dengan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia beberapa waktu lalu (8 Juni 2024), hari ini (2 Agustus 2024) sebanyak 36 mahasiswa bersama para dosen dan ditemani langsung oleh Wakil Direktur Politeknik Pekerjaan Umum Hariyono Utomo berkunjung ke Rusun Cinta Kasih dan Tzu Chi Center.

“Tujuannya adalah agar para mahasiswa bisa mendapatkan wawasan dan merasakan sendiri bagaimana rumitnya untuk memindahkan masyarakat yang tadinya ada di bantaran sungai ke rumah susun (Rusun) hingga saat ini selama 20 tahun mereka sudah bisa tinggal dengan sarana dan prasarana yang komplit,” ucap Hariyono Utomo di tengah kunjungan.

Wakil Direktur Politeknik Pekerjaan Umum Hariyono Utomo ditemani staf Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia dan pengelola Rusun Cinta Kasih Tzu Chi berkeliling di rusun dan melihat berbagai fasilitasnya.

Pak Har, panggilan karibnya, menuturkan pelajaran yang menjadi fokus dalam kunjungan kali ini adalah pemahaman terhadap aspek socio-engineering, yang mana bisa digunakan untuk memahami, menganalisa, sampai mendesain proses manajemen terkait dengan sikap atau perilaku masyarakat yang mungkin ditimbulkan dari suatu proyek pembangunan.

Pak Har pun sungguh antusias ketika rombongan mahasiswanya bisa melihat langsung kondisi Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, yang mana merupakan proyek besar Tzu Chi yang memindahkan ribuan warga pinggiran Kali Angke ke satu rumah susun. Beliau melihat sendiri hasil pembangunan socio-engineering dari Tzu Chi yang menyeluruh sejak 20 tahun lalu dan masih bertahan hingga saat ini.

Para mahasiswa antusias bertanya kepada Hartono, pengelola Rusun Cinta Kasih Tzu Chi tentang berbagai hal dalam manajemen rusun.

“Program dari Tzu Chi rasanya istimewa bagi kami sebagai bahan pembelajaran di sini tidak saja masalah sosial tapi juga memprakarsai gagasan yang tadinya kumuh, sekarang bisa tertib dan sebagainya, ini suatu inspirasi dan pembelajaran bagi mahasiswa kami,” ucapnya bersemangat.

“Apalagi tentang konsep humanis, saling menghormati, serta memberikan perhatian dengan menyeluruh ini bisa membentuk dan membuat perubahan perilaku, ekonomi, hingga kesejahteraan masyarakat begitu meningkat. Satu lagi kebersihan begitu terjaga karena saya tidak melihat kekumuhan sama sekali di lingkungan rusun,” lanjutnya kagum.

Beliau berharap wawasan yang hari ini mereka dapat, bisa menjadi inspirasi dan juga bekal ketika nantinya mereka terjun ke ranah industri konstruksi yang jauh lebih kompleks. “Kalau masalah engineering itu mudah dipelajari, tapi masalah pendekatan humanis ini tentu harus ada character building yang menjadi bekal,” pesannya.

Selain di Rusun Cinta Kasih, para mahasiswa juga berkeliling di Tzu Chi Center dan mengenal Tzu Chi lebih dekat.

Andre, Manager Public Relation & Partnership Development Tzu Chi Indonesia sepakat dengan Hariyono Utomo dimana baginya budaya humanis ini penting karena generasi saat ini selain pintar secara akademik juga butuh pengembangan dalam hal emosional juga softskill. “Terutama terkait dalam budi pekerti dan etika sehingga mereka tidak hanya pintar tapi juga punya kepribadian yang baik,” ujar Andre.

Dari kegiatan ini, Andre berharap kunjungan singkat ini bisa membentuk mahasiswa Politeknik selain mereka nanti berkontribusi bagi negara dalam hal infrastruktur mereka juga berkepribadian humanis selaras dengan nilai-nilai di Tzu Chi.

Memahami dan Menjadi Lebih Dekat
Najwa Monang Digdhayaning Shanubari, mahasiswa jurusan Teknologi Konstruksi Bangunan Air bersyukur karena menjadi salah satu mahasiswa yang bisa berkunjung langsung ke Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng dan Aula Jing Si, Pantai Indah Kapuk (PIK), Jakarta Utara. Sama seperti teman mahasiswa lainnya, ia pun kagum dengan perlakuan Tzu Chi terhadap Rusun yang menurutnya seimbang ini.

“Jujur saya amaze (kagum) karena di sini ada sekolah, rumah sakit, dan rumah susun, itu seimbang sekali. Tzu Chi juga mengelola semuanya dan membantu warga dengan keren. Mereka sangat tepat sasaran dan tidak macem-macem, enggak semena-mena,” kata mahasiswi semester 5 ini antusias. “Pelajarannya adalah sabar, tidak kasar, rendah hati, dan sebisa mungkin saling menghormati dan membantu sesama,” imbuhnya.

Najwa Monang Digdhayaning Shanubari (dua dari kiri) kagum akan visi misi dari Tzu Chi dan ingin satu saat bisa menerapkan apa yang sudah ia dapatkan hari ini ke lapangan walaupun itu tidak mudah.

Setelah melihat Tzu Chi, Monang, panggilannya ingin satu saat bisa menerapkan apa yang sudah ia dapatkan hari ini ke lapangan walaupun itu tidak mudah. “Maunya satu saat nanti, dimana kita mendirikan sebuah bangunan itu bisa memberikan manfaat untuk orang lain. Jadi kita mendirikan bangunan kita tidak cuma berpikir bahwa membangun bangunan, selesai, ditempati, terpakai, sudah. Tapi juga membuat bangunan yang betul-betul bermanfaat untuk orang lain.”

Sementara itu Kasih Karina Br. Tarigan mahasiswa jurusan Teknologi Konstruksi Bangunan Gedung sangat senang karena pertama kali melihat Tzu Chi hanya bisa dari layar dan foto, kedua kalinya ia langsung bisa hadir di gedungnya. “Kalau disuruh menilai 1 – 10, wah gedung Tzu Chi ini nilainya sudah pasti 10. Bagus banget,” tutur Kasih berapi-api.

Berkeliling ke Rusun Tzu Chi dan Aula Jing Si memberikan pemahaman baru bagi Kasih. Sesuai namanya sendiri – Kasih, ia melihat kasih yang nyata telah diberikan kepada banyak warga. “Tzu Chi betul-betul paham yang mana yang membutuhkan, tidak dibeda-bedakan, tidak memandang sebelah mata. Saya sangat salut,” ucapnya senang.

Kasih Karina Br. Tarigan (dua dari kiri) dan Ni Kadek Marlina Dwi Putri (paling kanan) antusias mendengarkan penjelasan dari relawan yang menjadi tour leader mereka di Aula Jing Si.

Menambahkan kesan dari Kasih, Ni Kadek Marlina Dwi Putri yang juga adalah mahasiswa jurusan Teknologi Konstruksi Bangunan Gedung sangat ingin masyarakat luas bisa mengetahui kegiatan kemanusiaan yang telah dilakukan oleh Tzu Chi ini.

“Harusnya kegiatan kemanusiaan kayak gini bisa disebarluaskan ke banyak masyarakat ya, jadinya orang tidak hanya mementingkan diri mereka sendiri dan bisa loh melakukan banyak aksi sosial untuk yang membutuhkan. Dengan begitu kan kesejahteraan di Indonesia bisa sama rata,” ucap mahasiswi dari Pulau Bali ini.

Sejauh ini kerja sama antara Politeknik PU dengan TzU Chi dalam peningkatan SDM sudah berlangsung dalam beberapa hal, yakni melakukan pelatihan budaya humanis di kampus, kunjungan untuk melihat bagiamana proyek sosial Tzu Chi. Ke depan akan ada beasiswa bagi mahasiswa berprestasi untuk mengemban pendidikan dan menambah ilmu mereka di kampus kemitraan Tzu Chi di Taiwan. Selanjutnya akan ada juga pengabdian pada masyarakat yang melibatkan mahasiswa yang didukung oleh Tzu Chi terutama di daerah-daerah yang membutuhkan program sosial dan juga pembangunan infrastruktur.

Editor: Hadi Pranoto

Artikel Terkait

Mahasiswa Politeknik Pekerjaan Umum Semarang Melihat Praktik Socio-Engineering di Tzu Chi

Mahasiswa Politeknik Pekerjaan Umum Semarang Melihat Praktik Socio-Engineering di Tzu Chi

02 Agustus 2024

Tzu Chi berbagi bagaimana peran budaya humanis menjadi pendukung nomor satu dalam aspek socio-engineering di setiap proses pembangunan di Tzu Chi kepada para mahasiswa Politeknik Pekerjaan Umum (PU) Semarang.

Kisah Si Kura-kura dan Si Ayam

Kisah Si Kura-kura dan Si Ayam

23 Maret 2015 Sindhu berbagi cerita singkat mengenai Kura-kura dan Ayam yang ia kutip dari khotbah salah satu pendeta di gerejanya. “Kura-kura kalau bertelur, dia nggak banyak suara. Beda sama Ayam. Kalau ayam, bertelur cuma satu juga sudah berisik minta ampun. Nah, Tzu Chi itu seperti Kura-kura," ucap Sindhu.
Melihat dan Mengenal Aula Jing Si Lebih Dekat

Melihat dan Mengenal Aula Jing Si Lebih Dekat

17 Juni 2013 Tur ini juga memberikan manfaat yang positif kepada peserta, sebab dengan mengikuti kegiatan yang bermanfaat maka akan membantu mengarahkan mereka supaya dapat mengisi hari liburnya dengan pemahaman akan kepedulian antar sesama dan juga lingkungannya.
Hadiah paling berharga di dunia yang fana ini adalah memaafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -