Makan Sehat Ala Tzu Chi

Jurnalis : Aping Rianto (He Qi Utara), Fotografer : Aping Rianto (He Qi Utara)
 
 

foto Dari pukul 10 pagi selama dua hari, para relawan Tzu Chi bagian komsumsi telah mulai sibuk menyiapkan makanan untuk acara yang akan dimulai sore harinya.

“Bervegetarian dapat mengurangi pencemaran bumi, menyehatkan jasmani dan rohani, menenteramkan dunia, dan membersihkan udara dari polusi.”
Kata Perenungan Master Cheng Yen

 

 

Selama 2 hari berturut-turut, yaitu hari Sabtu dan Minggu tanggal 19 dan 20 mei 2012 sejak pukul 10 pagi beberapa relawan Tzu Chi komunitas Hu Ai Sunter sudah memulai aktivitas memasak makanan vegetarian. Kegiatan memasak yang dilaksanakan di rumah Acun Shixiong ini adalah persiapan untuk acara sore dan malam harinya yang akan dimulai pada pukul 4 sore.

Acara ini digelar ini dalam rangka memperingati Hari Waisak, Hari Ibu Internasional dan Hari Tzu Chi Sedunia. Sebanyak 200 undangan, masing-masing 100 undangan untuk hari Sabtu dan Minggu, telah disebar sehari sebelum acara. Kegiatan yang diberi tajuk “Makan Sehat ala Tzu Chi”, kali ini terutama ditujukan untuk para warga penghuni perumahan Sunter Paradise tahap 1.  Tempat kegiatanpun dilaksanakan dalam area perumahan tersebut, yaitu lapangan parkir kantor pemasaran Sunter Paradise .

foto  foto

Keterangan :

  • Sehari sebelum acara dimulai, para relawan Tzu Chi bersama-sama mendatangi para penghuni perumahan Sunter Paradise tahap 1 untuk memabagikan undangan dari rumah ke rumah (kiri).
  • Seorang relawan Tzu Chi sedang menjelaskan mengenai pelestarian lingkungan (kanan).

Dalam kegiatan ini terlihat dan terbukti kerjasama dan kekompakan para relawan Tzu Chi Hu Ai Sunter. Dari lokasi dapur terlihat semua relawan tidak ada yang berpangku tangan, beberapa sibuk memotong sayur, ada yang sibuk mengolah jamur dan ada pula yang sibuk dengan panci dan kuali di atas kompor. Ketika beberapa relawan sibuk mempersipakan masakan di rumah Acun Shixiong, pada saat yang sama beberapa relawan lainya sibuk memasang tenda, menyusun meja dan kursi di lokasi kegiatan. Lebih dari 30 orang relawan terlibat dan semuanya bahu membahu dan saling membantu demi suksesnya kegiatan ini.

Dalam dua hari kegiatan, lebih dari seratus pengunjung telah hadir dalam acara ini. Acara yang resminya dalam undangan tertulis berlangsung dari pukul 4 hingga pukul 6 malam, namun pada kenyataanya acara baru dapat diselesaikan pada sekitar pukul 7 malam. Kesan dan tanggapan yang positif dari para pengunjung juga dapat menjadi indikator dari suksesnya acara ini. Salah satunya, Tjen Khian Kiat, seorang pengunjung warga Sunter Paradise yang belum bervegetarian berkomentar bahwa rasa masakan tidaklah jauh berbeda dari masakan non vegetarian, “Rasanya sama dengan makanan non vegetarian, ada keinginan untuk bergabung menjadi relawan”. Sama halnya dengan Murni yang berasal dari Medan, ketika tinggal di Surabaya selama 4 bulan pernah beberapa kali mengikuti kegiatan Tzu chi di sana, kini Murni menetap di daerah Rajawali Selatan dan siap bergabung menjadi relawan Tzu Chi. Vinod yang datang beserta istri juga tidak lupa menuliskan kesannya dalam catatan penulis yang mengatakan bahwa, “Tzu Chi is very good organization, doing all good social work”.

foto  foto

Keterangan :

  • Relawan Tzu Chi selalu mendampingi setiap pengunjung yang datang dan tak jemu-jemunya menjelaskan segala seseuatu yang bekenaan dengan vegetarian dan Tzu Chi (kiri).
  • Vinod yang datang beserta istri, setelah mencicipi makanan yang tersedia, dia juga mendapat tambahan makanan vegetarian yang dibungkus untuk dinkmati di rumah (kanan).

Ala Tzu Chi
Kita semua mungkin sudah mafhum bahwa makanan vegetarian itu baik untuk tubuh, tidak kalah dari segi gizi dibanding dengan makanan non-vegetarian.  Lalu dalam sosialisasisi makanan vegetarian ini megapa ada kata “Ala Tzu Chi” dalam tajuknya? Ternyata selain sosialisasi makanan vegetarian, para relawan Tzu Chi juga ingin menampilkan dan memperkenalkan budaya makan ala Tzu Chi dan tentu juga budaya humanis Tzu Chi, yaitu kita ingin mengajak semua pengunjung untuk menghindari pemakaian alat makan sekali pakai seperti sumpit bambu dan wadah makanan  yang tidak ramah lingkungan.

Dalam kegiatan ini ada pula satu meja tempat menjual peralatan makan Tzu Chi yang ramah lingkungan serta beberapa buku dari Master Cheng Yen. Beberapa meja bulat kecil dan kursi disediakan untuk para pengunjung menikamati makanan yang disediakan. Para relawan Tzu Chi juga tidak menyia-nyiakan kesempatan ini untuk menjelaskan dan menjawab pertanyaan dari para pengunjung mengenai vegetarian dan hubungannya dengan pemanasan global dan pelestarian lingkungan serta hal-hal lain bekenaan dengan Tzu Chi. Kesempatan yang baik ini tentunya juga dipakai untuk menjaring calon relawan baru.

Acara dua hari ini yang cukup melelahkan ini memang telah berlalu, tetapi  kesan dan pengalaman bahagia yang didapat sunnguh sangat berarti bagi para relawan yang terlibat.  Dari Blackberry Messenger (BBM) grup Hu Ai Sunter, beberapa relawan menuliskan kesan-kesan yang hampir semuanya senada, yaitu perasaan bersyukur (gan en) atas terselenggaranya acara ini dengan baik dan juga perasaan senang dan bahagia. “Walaupun capek tetapi senang”, “Saking senangnya, rasa capek pun hilang”, bahkan ada seorang relawan yang menulis bahwa “Perasaan bahagia itu terbawa hingga saat tidur”.

  

  
 

Artikel Terkait

Menutup Luka yang Tergores di Lombok

Menutup Luka yang Tergores di Lombok

02 Agustus 2018
TTD Tzu Chi Indonesia selama dua hari (31 Juli-1 Agustus 2018) memberikan santunan kepada korban luka berat gempa Lombok, NTB. Dalam kegiatan ini sebanyak 47 santuan berhasil dibagikan kepada korban yang dirawat di penampungan dan beberapa rumah sakit di Lombok.
Suara Kasih: Membantu Korban Bencana

Suara Kasih: Membantu Korban Bencana

24 Februari 2012 Dengan sebersit niat, kita bisa menginspirasi orang untuk membangkitkan hati Bodhisatwa. Kita juga bisa melihat bencana kebakaran di permukiman kumuh di Myanmar. Kobaran api melahap lebih dari 400 unit rumah. Akan tetapi, insan Tzu Chi tak bisa segera memberikan bantuan. Mereka harus meminta persetujuan dari pemerintah setempat.
Jangan menganggap remeh diri sendiri, karena setiap orang memiliki potensi yang tidak terhingga.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -