Malam keakraban Bedah Buku
Jurnalis : Lo Wahyuni (He Qi Utara), Fotografer : Sjukur Zhuang, Jodie Leonardi (He Qi Utara)
|
| ||
Setelah memasuki tahun kedua saat ini Tzu Chi Bedah Buku komunitas beranggotakan lebih dari 4207 orang dari seluruh Indonesia, bahkan ada anggota dari luar negeri. Padatnya jadwal kegiatan di hari ini, tidak menyurutkan minat 29 orang peserta untuk hadir ke acara ini. Setelah membuka acara ini pada pukul 19.32 WIB, Sjukur Shixiong sebagai pemandu acara memutar tayangan video berdurasi lima menit tentang sebuah kisah nyata yang mengisahkan tentang perbedaan kehidupan 2 orang wanita kaya yang sering mengkonsumsi makanan di restoran cepat saji dan mereka menyisakan makanan kemudian pergi meninggalkan restoran. Makanan sisa tersebut kemudian dibuang di tempat limbah sampah. Pada malam harinya, seorang pria miskin mengais pembuangan sampah tersebut, dirinya mengumpulkan sisa-sisa makanan ke dalam sebuah ember yg diletakkan di sepeda tuanya. Tanpa diduga, ternyata di salah satu perkampungan kumuh telah banyak kerumunan anak jalanan yang menunggu si pria membagikan makanan sisa yang didapatnya pada malam tersebut. Mungkin karena lapar yang mendera, anak-anak tersebut berebut makanan hingga memasukkan kepalanya ke dalam ember. Sisa makanan yang masih layak disisihkan untuk diberikan kepada anak-anak dan istrinya yang sudah menunggu di rumahnya yang sangat sederhana. Sebelum menyantap sisa makanan ini, sang bapak berdoa mengucapkan syukur atas tersedianya makanan meski hanya makanan sisa yang diberikan kepada keluarganya. Tayangan video ini sangat menyentuh dan sebagian besar para peserta bedah buku merasa terinspirasi dengan tayangan ini. Kisah nyata ini sangat inspiratif dengan menjalani kehidupan secara kekurangan namun orang miskin ini ikhlas menjalani kehidupannya, bahkan selalu bersyukur dan tak lupa untuk berdoa saat akan makan makanan sisa itu. Menurut Prayogi Shixiong, “Kadang kita sering berpikir bahwa orang kaya lebih bahagia dari orang miskin, tetapi melihat tayangan ini untuk mendapatkan kebahagiaan bukan kepada materinya tetapi rasa bersyukur atas apa yang diterimanya.” Video ini sebagai proses pembelajaran untuk mengingatkan bahwa kita hendaknya selalu dapat menerapkan empat resep untuk pelatihan diri yang antara lain berpuas diri, bersyukur, berpengertian, dan lapang dada dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Keterangan :
Menyelaraskan pikiran dan hati adalah kunci kebahagiaan ini seperti kata perenungan Master Cheng Yen yang berbunyi Hati yang mengenal rasa puas akan membawa berkah, sedangkan hati yang tidak mengenal puas akan mendatangkan bencana. Bencana yang dimaksud bukan hanya bencana alam, namun bencana karena ulah manusia. Sebuah tayangan menceritakan krisis pangan di belahan benua Afrika. Bayi berkulit hitam yang menderita busung lapar terkapar tak berdaya menunggu ajal tiba, cuplikan video ini sontak membuat hati tiris melihatnya. Tampak pula seorang balita memakan onggokan sampah karena kelaparan. Tanpa terasa air mata menetes haru menyaksikan tayangan ini. Master Cheng Yen sering berpesan agar kita hanya makan kenyang 80% saja dan sisa 20% dapat disumbangkan kepada mereka yang membutuhkannya. Dengan berbagi kita juga dapat mempraktekkan rasa bersyukur ini secara nyata. Hidup harus senantiasa bersyukur agar dapat menghargai berkah, memanfaatkan berkah dan menciptakan berkah. Bersyukurlah dengan masa-masa sulit, karena di masa itulah kamu tumbuh. Bersyukurlah atas keterbatasanmu karena memberikanmu pelajaran yang paling berharga. Hidup ini akan lebih bahagia bila kita dapat menikmati apa yang kita miliki, karena bersyukur itu merupakan kualitas yang tertinggi.
Keterangan :
Acara penuh inspirasi kemudian dilanjutkan lagi dengan sharing untuk mengevaluasi kegiatan bedah buku dan tanggapan positip diberikan oleh beberapa peserta. “Bedah Buku suatu kegiatan positif sehingga kita bisa meningkatkan kebijaksanaan di lingkungan yang positif dan banyak belajar dharma” kata Johnson Shixiong , relawan Pluit yang datang beserta istrinya. Maya Shijie yang tinggal di daerah Muara Karang memberikan sharing mendapatkan manfaat dari Bedah Buku sebab dulu dia tidak suka datang ke acara ini sebab berpikir dia bisa membaca buku sendiri di rumah, tetapi setelah sering hadir ke acara bedah buku, banyak manfaat diperolehnya seperti mengetahui lebih jauh tentang Tzu Chi dan dapat menambah kebijaksanaannya. Acara tukar kado menjadi acara penutup dari acara malam keakraban ini dan memberikan kesan bahagia kepada para pesertanya. Tawa ria para peserta menambah suasana keakraban saat menerima kado barang” Jingsi seperti CD, mangkok, sumpit, dan lain sebagainya. Sebelum mengakhiri malam kebersamaan ini semua peserta berfoto bersama memegang kado bawanya. Acara bedah buku ini ditutup pada pukul 21.25 WIB dengan wajah bahagia sebab sudah mendapatkannya yaitu Makna kebahagiaan bukan terletak pada keberadaan harta benda, melainkan pada keberadaan cinta kasih dalam hati. Marilah kita Hadiri secara rutin acara bedah buku di komunitas kita masing-masing sebab dengan bedah buku, selain dapat belajar lebih mendalam tentang ajaran Jingsi, kita juga dapat meningkatkan kebijaksanaan kita melalui semangat menjalankan 4 misi dan 8 jejak langkah didalam berkegiatan Tzu Chi, sehingga berkah dan kebijaksanaan dapat tumbuh saling bersamaan. Semoga | |||