Mama, Wo Ai Nin

Jurnalis : Augustina (Tzu Chi Medan), Fotografer : Augustina (Tzu Chi Medan)


Salah satu orang tua murid kelas budi pekerti, Darwis Setiawan bersama para Xiao Pu Sa bersama-sama memberikan sujud rasa hormat dalam memperingati hari Ibu pada 6 Mei 2018.

Budi luhur Ibu yang telah mengandung selama sembilan bulan, melahirkan, membesarkan, dan mendidik kita sangatlah besar dan sulit terbalaskan. Dalam menyambut peringatan Hari Ibu International yang jatuh pada minggu kedua bulan Mei, Kelas Bimbingan Budi Pekerti Tzu Chi Medan mengadakan perayaan hari Ibu pada tanggal 06 Mei 2018 bertempat di Jati Junction no. 1P Lantai 5 Medan. Acara dimulai pukul 09.00 - 11.00 WIB untuk kelas lanjutan (Fu Hui Ban) dan pukul 13.00 - 15.00 WIB untuk kelas baru (Zhi Hui Ban).

Rangkaian acara diisi dengan penampilan isyarat tangan Mama dibawakan oleh Xiao Pu Sa (Bodhisatwa Cilik). Isi dari lagu menjelaskan bahwa mama adalah seperti sebatang pohon besar dan saya adalah ulat bulu kecil yang setiap hari memakan daun dari pohon tersebut, tapi mama tidak pernah mengeluh. Saya sangat gan en (berterima kasih) kepadanya.


Anak-anak menyuguhkan teh kepada mama mereka kemudian memeluknya dengan penuh kasih sayang.

Pemutaran sebuah video inspiratif dari Thailand berjudul Gift of Life. Dalam video tersebut menceritakan Som Pop yang merasa mamanya tidak menyayangi dan tidak punya waktu untuknya. Puncaknya adalah terjadi pertengkaran hebat karena Som Pop menginginkan mamanya untuk mencicil sebuah komputer sedangkan mamanya mengatakan banyak biaya yang harus dikeluarkan. Som Pop yang merasa mamanya terlalu egois dan mementingkan dirinya sendiri meninggalkan rumah. Karena terlalu shock, mamanya yang menderita penyakit jantung koroner menjadi kambuh dan meninggal seketika. Setelah pemakaman, Som Pop memeriksa peninggalan mamanya dan mengetahui kalau ternyata mamanya telah menyisihkan uang akomodasi, asuransi, dan komputer untuk Som Pop. Penyesalan selalu datang di belakang, dan waktu tidak mungkin bisa diputar kembali. Video ini banyak menggugah air mata dari Papa dan Mama Xiao Pu Sa.

Peringatan Hari Ibu pun dilakukan dengan bersimpuh di hadapan orang tua memberikan rasa hormat. Anak-anak punberlutut sambil menyuguhkan teh kepada mama, memijat bahu, dan bersujud sebagai bentuk bakti anak kepada orang tua.


Salah satu Xiao Pu Sa sangat terharu usai menyuguhkan teh dan memeluk papanya yang hadir saat perayaan hari Ibu Tzu Chi Medan.


Anak-anak menyatakan rasa sayang kepada mama mereka kemudian memeluknya dengan sangat erat.

Beberapa papa mama yang hadir turut membawa orang tuanya (kakek nenek Xiao Pu Sa). Mereka juga melakukan hal yang sama seperti yang anak mereka. Salah satunya Darwis Setiawan, papa dari Cailyn yang ikut melakukan prosesi bakti ini. “Selagi ada kesempatan berbakti harus kita genggam, belum tentu beberapa tahun ke depan kita masih bisa melakukannya,” kata Darwis Setiawan.

Dua orang Xiau Pu Sa menggandeng mamanya ke atas panggung sambil menyanyikan lagu Shi Jian Dou Qu Na’r Le (Waktu telah berlalu kemana). Beberapa Xiao Pu Sa turut naik bernyanyi bersama di pertengahan lagu. Di akhir lagu, ditayangkan video kesan para Xiao Pu Sa bagaimana perasaan mereka terhadap mamanya dan mengucapkan Mama, I Love You.


Anak-anak juga menyanyikan lagu yang dipersembahkan untuk orang tua mereka dalam acara peringatan Hari Ibu.

Untuk memberikan kejutan kepada Xiao Pu Sa, relawan juga menayangkan wawancara terhadap mama mereka. Dan yang paling berkesan adalah pesan untuk Chiara dari mamanya yang bekerja di Australia. “Melihat banyak anak-anak yang ditinggal di rumah oleh mamanya yang sibuk bekerja dan supaya Xiao Pu Sa bisa lebih dekat lagi dengan mama maka saya membuat ide ini,” ungkap Rita, koordinator kegiatan.

Merry Sudillan menyanyikan lagu menyayat hati Ma Ma De Shou (tangan ibunda) dengan penuh penghayatan. Para peserta yang hadri pun berlinang air mata. Lagu ini bercerita tentang mama yang menggendong, mengayun anaknya dan sekarang anaknya sudah besar dan mama telah tua. Kegiatan hari Ibu ditutup dengan doa bersama agar dunia damai, aman, sejahtera, bebas dari bencana.

Editor: Yuliati


Artikel Terkait

Jangan takut terlambat, yang seharusnya ditakuti adalah hanya diam di tempat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -