Mama Yang Kusayangi, Selamat Hari Ibu

Jurnalis : Erlina Khe (Tzu Chi Medan) , Fotografer : Aini (Tzu Chi Medan)
Para Bodhisatwa Cilik dengan penuh hati-hati membawa baskom berisi air hangat untuk membasuh tangan dan kaki ibu mereka.

Kelas Bimbingan Budi Pekerti Tzu Chi Medan pada pekan pertama bulan Mei tepatnya tanggal 5, mengajak para Bodhisatwa cilik merayakan Hari Ibu Internasional. Para Bodhisatwa Cilik di kelas Qin Zi Ban membawakan isyarat tangan berjudul Mama. Ibu bagaikan sebatang pohon besar dan ulat yang di atas daun bagaikan anaknya. Pohon, rela daunnya dimakan ulat, berharap si ulat kecil bisa tumbuh besar dan kuat, inilah jiwa besar seorang Ibu.

Vincent selaku MC mengajak semua hadirin, termasuk para orang tua siswa menonton video berjudul Mama Seorang Penakut. ketakutan ibu mulai muncul setelah melahirkan anaknya, takut dia sakit, takut anaknya cepat tumbuh besar, takut dia tidak tumbuh besar, takut dia tidak mempunyai teman, takut lagi dia berteman dengan orang jahat. Inilah ketakutan seorang ibu, dan ini juga yang dirasakan oleh para ibu yang hadir, yang senantiasa memikirkan anaknya.

Dengan lembut, para Bodhisatwa Cilik membasuh tangan dan kaki ibu tersayang.

Madelyn, salah stau siswi membawakan sebuah lagu berjudul Buat Mamaku yang Kuat. Lirik lagunya menceritakan bahwa seorang ibu sebenarnya seorang yang lemah, tetapi demi anaknya, ia dari takut menjadi berani, berani melindungi anaknya saat anaknya ketakutan, saat anaknya menangis. Ibu bagaikan selimut di musim dingin yang dengan hangat menyelimuti anaknya. Suara yang indah disertai gerakan yang lincah dari Madelyn membuat suasana jadi ceria.

Setiap Perayaan Hari Ibu, relawan di Misi Pendidikan menyiapkan permainan untuk membuat siswa-siswi lebih mengenal ibunya. Permainan kali ini adalah menebak kaki ibu. Ada 9 peserta dan Bodhisatwa Cilik yang mengikuti permainan ini. Para ibu diacak dan duduk di kursi putih lalu ditutupi dengan kain biru sampai batas kaki, setelah itu para Bodhisatwa Cilik dibawakan ke depan satu persatu untuk menebak kaki milik ibunya. Dari 9 pasang ibu dan Bodhisatwa Cilik ternyata ada 7 yang berhasil menebak dengan benar. Sungguh bahagia para Bodhisatwa Cilik berhasil menebak, terlihat dari teriakan gembira dan pelukan yang spontan langsung menghambur ke pelukan ibu mereka.

Sekali lagi Bodhisatwa Cilik menyumbangkan suara manisnya untuk memeriahkan acara Hari Ibu. Kali ini Cleora menyanyikan lagu Brahma of My Heart yang artinya orang tua adalah Brahma, guru pertama bagi anak-anaknya. Suaranya yang bagus membuat para hadirin terhanyut dalam lagu yang indah ini.

Para Bodhisatwa Cilik menggunakan kesempatan Hari Ibu dengan memeluk dengan erat ibunya.

Video Setiap Rasa dari Masakan Mama Sungguh Nikmat membuka puncak Hari Ibu yang dibawakan oleh Erlina Khe. Para Bodhisatwa Cilik dituntun keluar dari tempat duduk untuk membawa baskom berisi air hangat untuk membasuh tangan dan kaki ibu. Yang kemudian dilanjutkan dengan menyuapi ibu semangkuk kembang tahu sambil mengutarakan isi hati ke ibu dengan hati yang tulus mengucapkan “Mama saya sayang padamu, Mama terima kasih atas semua pengorbananmu. Dilanjutkan dengan menyuguhkan secangkir teh hangat, membuat hati ibu terasa hangat, serta memberikan Bao yang berbentuk bunga mawar serta kartu ucapan yang sudah dibuat Bodhisatwa Cilik di pertemuan sebelumnya. Kartu ucapan berisi doa dan ucapan terima kasih dan dibacakan langsung di hadapan ibu tercinta. Para ibu pun terharu sambil memeluk anaknya.

Ceramah Master “Asal Mula hari Ibu” dan Tiga hari Penting yaitu Hari Ibu Internasional, Hari Waisak, Hari Tzu Chi Sedunia, mengingatkan kita akan senantiasa tahu membalas Budi Orang Tua, Budi Buddha, Budi Semua makhluk. Acara dilanjutkan dengan berdoa bersama semoga Dunia bebas dari bencana, Hati manusia tersucikan, Masyarakat aman dan damai.

“Saya sangat gembira dengan adanya acara Hari Ibu yang dibuat oleh Kelas Bimbingan Budi Pekerti, karena lewat acara ini saya menjadi berani dan mempunyai kesempatan untuk mengutarakan isi hati saya kepada Mama saya, serta membuat saya berani mengucapkan keluar kata “Mama Aku mencintaimu”, yang mana selama ini saya tidak berani utarakan,” tutur Caryn Tjokrowijoto.

Dengan mimik yang mengemaskan, para Bodhisatwa Cilik bermanja di hadapan ibu mereka sambil menyuguhkan secangkir teh.

Mei Yen selaku koordinator acara Hari Ibu mengatakan, tujuan diadakan hari ibu supaya para Bodhisatwa Cilik bisa mengingat jasa ibu yang begitu besar. Semua ibu selalu berkorban untuk anaknya dan memberikan yang terbaik untuk anaknya. “Semua yang terbaik selalu diberikan ke anaknya. Seperti saat Sesi permainan menebak kaki Mama, tentu tidak semua dari kita maupun Bodhisatwa Cilik ada yang memperhatikan kaki Mama kita dalam kehidupan sehari-hari,” jelasnya.

Editor: Khusnul Khotimah

Artikel Terkait

Peringatan Hari Ibu Bagi Anak Asuh: Kasih Tanpa Pamrih

Peringatan Hari Ibu Bagi Anak Asuh: Kasih Tanpa Pamrih

13 Mei 2024

Relawan Tzu Chi komunitas He Qi Tangerang mengadakan Peringatan Hari Ibu Internasional bagi 30 anak asuh pada Sabtu, 4 Mei 2024 di Kantor Yayasan Buddha Tzu Chi Tangerang.

Berterima Kasih dalam Bentuk yang Nyata

Berterima Kasih dalam Bentuk yang Nyata

23 Mei 2018
Berbakti kepada orang tua merupakan keharusan setiap orang. Dalam menyambut peringatan Hari Ibu Internasional, Kelas Kata Perenungan Master Cheng Yen mengadakan perayaan Hari Ibu, Minggu 20 Mei 2018. Acara ini dihadiri sekitar 41 peserta Bodhisatwa Cilik (Xiao Pu Sa), 32 orang tua Xiao Pu Sa dan 44 relawan pendamping. 
Waisak 2019: Peringatan Hari Waisak, Hari Ibu Internasional, dan Hari Tzu Chi Sedunia

Waisak 2019: Peringatan Hari Waisak, Hari Ibu Internasional, dan Hari Tzu Chi Sedunia

20 Mei 2019

Tanggal 12 Mei 2019, semua insan Tzu Chi di segala penjuru dunia bersukacita menggelar Peringatan Hari Waisak, Hari Ibu Internasional dan Hari Tzu Chi Sedunia. Insan Tzu Chi Pekanbaru melakukan kegiatan ini di Hotel Furaya sejak pukul 14.00 WIB dan dihadiri sekitar seribuan lebih tamu dan relawan.

Genggamlah kesempatan untuk berbuat kebajikan. Jangan menunggu sehingga terlambat untuk melakukannya!
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -