Manjanya Sang Kakek
Jurnalis : Iea Hong (He Qi Utara), Fotografer : Iea Hong (He Qi Utara) |
| ||
Wajahnya penuh kharisma, hidungnya mancung dan matanya besar dengan sepasang alis mata yang tebal dan hitam. Garis-garis guratan wajahnya menunjukkan usianya sudah tidak muda lagi, setidaknya sudah di atas 50 tahun. Saat melihatnya hampir bisa dipastikan dulunya ia adalah seorang pria yang gagah dan tampan dengan tubuh yang tinggi tegap. Kakek yang telah memiliki 2 cucu ini bernama Su Totong. Tatapan matanya yang penuh kharisma dan tajam membuat orang yang pertama kali bertemu dengannya menjadi sedikit segan. Tetapi sebenarnya, di balik tatapannya yang penuh kharisma dan tajam menyimpan jiwa layaknya seorang anak berumur 3 tahun. “Anak tampan,” kata relawan sambil menggenggam tangannya, sungguh suatu pemandangan yang cukup aneh, melihat seorang Shijie yang lebih muda memanggil seorang kakek yang lebih tua dengan sebutan “anak tampan” sambil mengajaknya bercanda layaknya sedang bercanda dengan seorang anak kecil. Keterangan :
Seorang Mantan Aktor Kakek yang tampan dan gagah ini adalah seorang pasien penerima bantuan pengobatan dari Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Hari itu Kakek Su Totong sedang menerima kunjungan kasih dari para relawan Tzu Chi dari He Qi Utara. Kunjungan kasih ini rutin diadakan setiap bulan pada minggu pertama di hari Minggu. Kondisi Kakek Su Totong saat ini seperti kembali ke masa kanak-kanak dikarenakan kerusakan permanen pada sebagian besar otaknya. Hal ini bermula dari kira-kira setahun yang lalu, saat itu sang kakek merasa kurang enak badan dan mengira sedang masuk angin. Seperti biasanya kalau masuk angin Kakek Su Totong akan minta untuk dikerok badannya. Setelah selesai dikerok kemudian beliau pergi tidur. Setelah bangun tidur kondisinya justru makin memburuk dan akhirnya harus dibawa ke rumah sakit. Oleh dokter akhirnya ia diketahui mengalami gula darah rendah (Hipoglikemia) secara tiba-tiba yang kemungkinan besar disebabkan oleh tumor pangkreas. Karena Hipoglikemia ini berlangsung cukup lama maka mengakibatkan kerusakan otak secara permanen. Itulah kenapa saat ini Sang Kakek berperilaku seperti layaknya seorang anak berumur 3 tahun. Para relawan dengan penuh perhatian berusaha untuk menghibur, mulai dari memuji, bercanda, sampai memberikan biskuit. Ternyata setelah bercanda beberapa saat, sang kakek yang merasa sudah cukup dekat dengan para relawan ini terus memeluk erat-erat tangan relawan, seperti seorang anak yang sedang bermanja dengan orangtuanya.
Keterangan :
Karena Sang kakek sepertinya kurang bergerak maka para relawan berusaha untuk membantu sang kakek berjalan-jalan sedikit supaya menguatkan otot-otot kakinya. Dengan susah payah akhirnya sang kakek berhasil dipapah bangun. Tetapi baru berjalan beberapa langkah, sang kakek kembali melemparkan tubuhnya ke atas sofa yang memang letaknya tidak jauh dari tempat duduk semula. “Dia memang kalau lagi mood baru mau jalan agak jauh, kalau lagi tidak mau dia sulit bila disuruh jalan,” kata Istrinya yang dengan setia terus menemaninya. “Dulunya waktu masih muda kakek pernah menjadi seorang aktor,” terang istrinya. Ketika mendengar itu, para relawan kembali memuji kalau sang kakek dulunya sangat ganteng. Memang tidak heran kalau dulu sang kakek seorang aktor, foto-foto yang terpampang di dinding menjadi bukti bahwa sang kakek memang layak menjadi seorang aktor. Di dunia ini tidak ada yang kekal, semua akan berakhir seiring dengan berlalunya waktu. Master Cheng Yen pernah berkata kalau tidak ada satu pun benda di dunia ini yang dapat bertahan untuk selamanya. Lakukanlah kebajikan selama masih bisa, jika menunggu sampai mendapatkan keuntungan besar baru ingin bersumbangsih bagi masyarakat, dikhawatirkan saat itu sudah terlambat. Melalui kunjungan kasih kali ini, para relawan merasa sangat bersyukur karena masih bisa bersumbangsih bagi masyarakat dan masih memiliki kesehatan yang baik. | |||
Artikel Terkait
Gempa Palu: Warga Palu Tak Sendirian
11 Oktober 2018Melalui penggalangan dana untuk yang kesekian kali bagi warga korban gempa dan tsunami Palu, murid serta guru Sekolah Tzu Chi Indonesia ingin menyampaikan bahwa warga Palu tidak sendirian. Hari ini (11/10) giliran murid-murid dari unit secondary mulai dari kelas 7 hingga 12 dan sekitar 70 guru menghimpun dana untuk membantu para korban.

Menyebarkan Semangat Cinta Lingkungan
13 Januari 2022Relawan Tzu Chi Medan menjalin cinta kasih kepada murid sekolah SMU Wiyata Dharma Medan dengan mensosialisasikan pelestarian lingkungan pada Sabtu, 8 Januari 2022.

Semangat Juara untuk Keluarga
25 Mei 2016Sintawati, (45) seorang pedagang kue yang juga pelatih bela diri di salah satu sekolah swasta di Jakarta ini tidak menduga akan mengalami musibah. Dua tahun lalu di bulan Oktober, ia mengalami kecelakaan motor yang hampir membuat kaki kirinya diamputasi.