Mantap Bersama Tzu Chi

Jurnalis : Yuliati, Fotografer : Yuliati, Teddy Lianto, Dok. Pribadi

doc tzu chi indonesia

dr. Karmelita Satari, SpM merasakan kebahagiaan yang tak terbayarkan ketika melihat pasien yang dibantunya sembuh dan penglihatannya menjadi jelas.

Dr. Karmelita Satari, SpM adalah salah satu tim medis yang telah dilantik pada tahun 2017 ini bersamaan dengan peringatan HUT Tzu Chi International Medical Association (TIMA) Indonesia yang ke-15. Selain dilantik, dokter spesialis mata ini juga memberikan sharing di hadapan ratusan peserta pelantikan dan tamu undangan yang hadir. Momen inilah yang menambah kekuatan komitmen dokter Karmelita dalam bersumbangsih setelah sekian tahun memantapkan hati untuk bergabung menjadi relawan medis Tzu chi.

“Ya, setelah lama melihat, saya pikir memang kita fitrahnya bekerjasama. Untuk bekerjasama value-nya mesti sama. Organisasi (Tzu Chi) ini saya lihat bagus, rendah hati, disiplinnya, relawannya, bisa mengakomodir orang sebanyak itu dengan disiplin seperti itu saya suka. Cocok dengan value saya,” ujar dr. Karmelita.

Berjodoh dari Sang Kawan

Tzu Chi memang tidak asing bagi dokter Karmelita, terlebih ada teman sejawatnya yang bergabung dengan TIMA Indonesia, namun hanya sekilas saja. Jodoh dokter Karmelita benar-benar matang ketika salah satu temannya, dokter Dindin (relawan TIMA Batam) mengajaknya untuk mengikuti baksos operasi katarak pada tahun 2014.

“Waktu itu dokter Dindin bilang, ‘Lita, ada baksos kamu mau ikut enggak?’ Saya langsung mau gitu tapi diminta izin sama dr. Ruth karena ketuanya. Saya iyain aja,” ucap dokter Karmelita tersenyum.

Sejak mendapatkan ijin dari koordinator baksos TIMA Indonesia inilah, dokter Karmelita mulai mengikuti kegiatan baksos yang diadakan oleh TIMA Indonesia. Meski begitu, dokter yang hanya memiliki satu anak ini sempat merasa ragu untuk memantapkan hati bergabung dengan tim medis Tzu Chi.

“Ya, awalnya ragu makanya bertahun-tahun saya diajak, tapi nanti dulu,” ucap dokter spesialis mata.

doc tzu chi indonesia

Setelah beberapa tahun mengenal lebih dalam Tzu Chi, dokter Karmelita memantapkan hati untuk masuk ke dalam barisan TIMA Indonesia, maka ia pun dilantik menjadi salah satu tim medis Tzu Chi pada tahun 2017.

doc tzu chi indonesia

Sebelum mengikuti pelantikan, dokter Karmelita telah beberapa kali mengikuti kegiatan baksos kesehatan operasi katarak yang digelar oleh TIMA Indonesia.

Keraguannya terhadap yayasan bernafaskan ajaran Buddha ini bukan tanpa alasan, terlebih belum mendapatkan dukungan dari keluarga. “Anak saya yang paling kenceng (menolak), dia nanya, ‘ini enggak ada yang lain yang bisa ikut? Kenapa harus ikut yang itu (Tzu Chi)?’ dan ini yang harus saya jawab dengan kebaikan supaya dia mengerti kalau memang (bersumbangsih) itu penting,” ujar dokter Karmelita. Dokter yang sehari-hari praktek di RS Mata Cicendo Bandung ini selalu mendokumentasikan kegiatan baksos yang dilakukan bersama TIMA Indonesia.

“Jadi saya selalu potret langsung kirim laporan lengkap. Pokoknya laporan rumah sakit enggak selengkap laporan ke anak saya,” candanya.

Dokter Karmelita memang sudah beberapa kali mengikuti kegiatan baksos kesehatan mata yang digelar oleh TIMA Indonesia. Selain baksos kesehatan yang diadakan oleh TIMA Indonesia, dokter lulusan Unpad tahun 1987 ini juga aktif berkegiatan sosial dalam kegiatan baksos instansi lain, seperti Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami) maupun baksos yang diadakan RS Mata Cicendo sendiri.

Kan waktu untuk operasi katarak terbatas, nah selama saya masih bisa operasi katarak saya mau ikut baksos sebanyak-banyaknya,” ujar wanita 56 tahun ini semangat.

Kegiatan sosial yang selalu diikuti dokter Karmelita telah memberikan kebahagiaan tersendiri baginya. Terlebih jika melihat pasien yang ditolongnya sembuh. “Kalau sudah selesai terus hasil operasinya bagus, apalagi dia (pasien) sendiri yang bilang lebih jelas itu enggak bisa dibayar (rasa puas batin setelah menolong pasien),” ucap dokter Karmelita tersenyum. “Sebaliknya kalau ada komplikasi, enggak bisa tidur maksudnya kayak aduh nanti dia datang lagi seperti apa ya gitu,” sambungnya.

doc tzu chi indonesia

Sehari-hari dokter Karmelita praktek di RS Mata Cicendo Bandung.

doc tzu chi indonesia

Dokter Karmelita memegang prinsip bahwa menjalani hidup juga mesti mendedikasikan diri menolong orang lain.

Dokter Karmelita memegang prinsip bahwa menjalani hidup juga mesti mendedikasikan diri menolong orang lain. “Sambil kita hidup sambil juga beribadah, sambil melaksanakan kewajiban sambil bisa hidup,” ungkapnya. Dari menolong pasien-pasiennya inilah dokter Karmelita merasa belajar banyak dari mereka.

“(Pasien) dia sebenarnya yang mengajarkan kita, yang mengajar kita bersyukur,” ungkapnya.

Menggenggam Kesempatan Baik

Sebelum dilantik menjadi bagian dari tim medis Tzu Chi, dokter Karmelita telah mengikuti konferensi tim medis di Taiwan. Selama empat hari ia melihat berbagai kegiatan dari berbagai cabang Tzu Chi di dunia.

“Kegiatan-kegiatannya menginspirasi kita, tapi tidak hanya itu saya juga melihat organisasinya (Tzu Chi) yang mana menghimpun relawan dari berbagai tempat, kedisiplinannya, hemat, cermat dan bersahajanya itu saya setuju banget,” ungkapnya.

Meski berbeda latar belakang agama, dokter Karmelita tidak melihat hal itu. Justru kesempatan yang diperolehnya untuk mengikuti kegiatan di Taiwan dijadikan sebagai lahan untuk belajar. Bersumbangsih membantu sesama yang membutuhkan adalah tujuan utamanya, sehingga niat baiknya pun telah mendapatkan dukungan dari keluarga termasuk anak semata wayangnya.

“Kalau kita enggak harus sama agamanya tapi dari siapapun saya bisa belajar bahkan dari anak kecil pun saya bisa belajar, karena setiap orang bisa menjadi guru bagi orang lain dalam berbagai hal,” tukasnya.

Editor: Khusnul Khotimah


Artikel Terkait

Rumah Baru Nenek Aisyah

Rumah Baru Nenek Aisyah

19 November 2019

Aisyah  tinggal di rumah yang kurang layak huni. Program bedah rumah bagi Aisyah, warga Tipar Cakung, Jakarta Timur dimulai pada tanggal 23 September 2019. Kurang lebih 3 bulan kemudian (6/11/2019), para relawan berkumpul di rumah Aisyah untuk secara resmi menyerahkan kunci rumah baru bagi Aisyah sekeluarga.

Kembali ke Banaran Pascaoperasi

Kembali ke Banaran Pascaoperasi

22 Desember 2017

“Ajik….! Ajik….!” Suara teriakan anak-anak usia taman kanan-kanak itu menyambut kedatangan Ajik Saputra. Kebanyakan adalah kawan-kawan Ajik di TK Dharma Mulia, Dusun Banaran, Desa Wates, Kecamatan, Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Teman-teman Ajik mengenakan pakaian tradisional Jawa (beskap dan kebaya).

 

Satu Lagi Kisah Penerima Bantuan Implant Koklea dari Tzu Chi, Marcello Namanya

Satu Lagi Kisah Penerima Bantuan Implant Koklea dari Tzu Chi, Marcello Namanya

31 Maret 2022

Saking semangatnya agar Marcello bisa dengar dan berbicara dengan jelas, sang ibu, Istiharoh membawanya mengikuti terapi di empat tempat dalam sepekan.

Memberikan sumbangsih tanpa mengenal lelah adalah "welas asih".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -