Masa lalu, Masa Sekarang, dan Masa Depan

Jurnalis : Teddy Lim (He Qi Barat), Fotografer : Teddy Lim (He Qi Barat)
 
 

fotoAnak-anak juga diajak berinteraksi selama kegiatan kunjungan kasih itu. Salah satunya dengan menjawab berbagai pertanyaan dari relawan.

Pada tanggal 28 Agustus 2011, pada pukul 3 siang, relawan Tzu Chi dari wilayah He Qi Barat mengadakan kunjungan kasih ke Panti Sosial Tresna Wreda Budi Mulia 2, Cengkareng dan Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 3, Jalan Raya Kamal No.6, Cengkareng, Jakarta Barat.

Yang unik dari kegiatan sosial kali ini ialah dikarenakan sudah memasuki hari libur besar, maka kegiatan kunjungan kedua tempat panti sosial akan dijalankan secara serentak. Kunjungan pertama, para relawan mendatangi Panti Sosial Tresna Wreda, setelah itu dilanjutkan dengan kunjungan ke Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 3. 

Pertama-tama relawan yang ingin ikut membantu  kunjungan kasih terlebih dahulu  berkumpul di lobi Rumah Sakit Khusus Bedah (RSKB) Cinta Kasih Tzu Chi, Cengkareng, Jakarta Barat. Setelah seluruh relawan datang, mereka bergerak ke Kantor Sekretariat He Qi Barat yang terletak di Gedung A Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi untuk mengambil dan menyusun bingkisan-bingkisan yang telah disiapkan sebagai hadiah untuk opa atau oma (panggilan untuk penghuni panti jompo-Red). Setiap relawan dengan penuh semangat membantu mengangkat satu-persatu parsel untuk disusun ke dalam mobil. Setelah seluruh parsel berhasil disusun ke dalam mobil, seluruh relawan dibagi menjadi beberapa kelompok.

Masa Depan
Ketika kami sampai di Panti Sosial Tresna Wreda, suasana di panti sangat tenang dan sunyi. Tampak beberapa oma yang duduk merenung di depan pintu barak dan dua orang opa yang berada di tengah taman. Melihat para opa dan oma yang termenung, membuat kita teringat betapa besar jasa orangtua kita yang terus menjaga kita sejak dalam kandungan, balita hingga beranjak dewasa.

Karena makin majunya zaman, adat, dan budaya barat pun mulai masuk ke Indonesia yang diikuti berkurangnya pengetahuan tata krama dan etika sosial yang menyebabkan banyaknya anak yang menjadi malu dan takut diejek di depan umum karena orangtuanya tua renta dan jelek. Untuk itu, mereka kemudian menitipkan orangtua mereka di panti jompo, sehingga opa dan oma merasa tersisihkan dan kesepian. Tiada yang dapat menghibur di kala mereka sedih dan merasa gundah.

foto  foto

Keterangan :

  • Shijie Lan Hua, relawan Tzu Chi berinteraksi dengan anak-anak penghuni panti. Tujuannya adalah agar anak-anak ini merasa diperhatikan dan juga menjadi berani dan lebih percaya diri.(kiri)
  • Relawan Tzu Chi mencoba menghibur oma yang merasa sedih karena menjelang hari raya Lebaran, tiada sanak saudara yang datang menjenguknya.(kanan)

Dalam  kesempatan ini, relawan membagikan cinta kasih mereka dengan memberikan lebih kurang 240 buah bingkisan yang berisikan beberapa makanan kering  dan minuman jus untuk opa dan oma. Selain bingkisan, dibagikan juga angpau untuk opa dan oma. Para opa dan oma yang tinggal di panti kini dapat tertawa dengan bahagia dan gembira karena kini mereka merasa tidak sendiri lagi. Relawan Tzu Chi akan terus datang menemani dan menghibur mereka, baik di kala sedih maupun bahagia.

Setelah selesai memberikan bingkisan dan angpau kepada para opa dan oma, relawan pun pamit untuk melanjutkan kunjungan ke Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 3, yang merupakan panti untuk anak-anak jalanan. Setibanya di sana lebih kurang 60 anak telah menunggu. Melihat kedatangan relawan, mereka pun tersenyum dengan gembira.

Setelah mendapat komando dari para  relawan Tzu Chi, anak-anak langsung berbaris dengan rapi membentuk 6 buah barisan memanjang ke belakang. ”Adik-adik siapa yang masih berpuasa?” tanya Suparman, relawan biru putih kepada anak-anak panti. “Saya…..,” jawab anak-anak dengan serentak. Lalu anak-anak diajak bermain memindahkan kacang dengan menggunakan sumpit dari satu cangkir ke cangkir yang lain. Walaupun sebagian besar anak-anak di sana tidak dapat menggunakan sumpit, tetapi dengan tekad dan kemauan untuk belajar anak-anak tersebut akhirnya dapat menggunakan sumpit untuk memindahkan kacang.  

Barisan yang paling banyak memindahkan kacang mendapatkan hadiah berupa buku tulis dan pensil. Untuk menghilangkan kejenuhan sambil menunggu datangnya Maghrib (saat berbuka puasa), shixiong dan shijie mengajak anak-anak panti menyanyikan lagu “Satu Keluarga” dengan disertai gerakan isyarat tangan. Anak-anak yang telah hafal lagu tersebut langsung berdiri dan memeragakan isyarat tangan tersebut.

“Saya ingin menjadi seorang ahli geologi, membantu Shixiong dan Shijie dalam mengurangi masalah global warming,” ucap Heru (18), yang bersekolah di SMK Bunga Nusa 1 ini ketika ditanya apa yang menjadi cita-citanya. Seperti yang dikatakan oleh Master Cheng Yen, anak-anak bagaikan kertas kosong, mereka mengambil apapun yang diajarkan oleh orang dewasa kepada mereka. Mereka memiliki hati yang polos. ”Saya akan memulai dengan mengumpulkan barang-barang daur ulang yang dapat dimanfaatkan kembali, menanam banyak pohon, dan giat belajar,” sambung Heru.

foto  foto

Keterangan :

  • Ongko Shixiong sedang memberikan bingkisan dan angpau kepada opa yang sedang tertidur di depan barak. Relawan berharap dengan adanya bingkisan dan angpau dari Tzu Chi dapat menghibur opa dan oma di panti wreda.(kiri)
  • Cinta kasih dan perhatian lebih penting bagi para opa dan oma penghuni panti wreda yang umumnya tak lagi memiliki sanak keluarga. (kanan)

Tidak terasa waktu berjalan dengan cepat, sambil bermain dan mendengarkan cerita, tiba-tiba suara adzan Maghrib mulai terdengar, yang berarti saatnya buka puasa telah tiba. Sebelum menyantap makanan, anak-anak diajak berdoa bersama lalu berbaris rapi mengambil makanan yang telah disediakan oleh para relawan. Melihat keceriaan dan tekad mereka yang kuat untuk belajar dan dengan adanya pelajaran budi pekerti dan tata krama yang ditanamkan pada diri mereka menandakan bahwa perlahan tapi pasti penerus bangsa di masa depan dapat menjadi lebih baik.

Mawas Diri
Dalam satu bulan, total waktu yang dihabiskan seseorang untuk makan tiga kali sehari adalah selama tiga hari dan untuk tidur sekitar sepuluh hari. Jadi berapa banyak waktu yang tersisa untuk mengembangkan kebijaksanaan dan bersumbangsih untuk masyarakat, karena kehidupan terus berkurang dalam hitungan detik. Kita harus senantiasa mawas diri dan mengingat bahwa ajal bisa datang kapan saja. Karena waktu terus berjalan tanpa dapat kita hentikan, maka kita harus berlomba dengan waktu, menggenggam dan memanfaatkannya sebaik mungkin. Jangan biarkan hari demi hari berlalu sia-sia tanpa menghasilkan sesuatu. Meskipun waktu adalah benda yang abstrak, namun bila kita dapat memanfaatkannya dengan baik, ia akan dapat membantu tercapainya misi dan tekad kita.

Dengan melakukan kunjungan ke panti wreda, kita dapat melihat kita yang sekarang juga akan melewati suatu fase tua, setelah fase anak-anak telah kita lalui yang menandakan bahwa masa lalu kita tak dapat lagi diubah dan masa depan tak dapat di prediksi. Yang dapat kita lakukan saat ini adalah menggenggam setiap kesempatan berbuat baik yang datang kepada kita, supaya ketika kita tua, anak dan cucu kita dapat menjaga kita dan menjaga bangsa ini menjadi tentram, damai dan sejahtera.

Seperti kata Master Cheng Yen, “Janganlah kita terus terkenang masa lalu atau mengkhayalkan masa depan, kita harus memanfaatkan sepenuhnya waktu sekarang dan bekerja keras mencapai kemajuan.” Oleh karena itu, mari kita menjalani setiap detik kehidupan dengan penuh kesungguhan dan menghadapi segala sesuatu dengan penuh kesadaran dan kewaspadaan.

  
 

Artikel Terkait

Setitik Harapan dari Pancaran Kasih

Setitik Harapan dari Pancaran Kasih

05 Juli 2013 Disaat seperti ini kasih sayang, serta perhatian dan bantuan yang diberikan oleh relawan Yayasan Buddha Tzu Chi di dalam suasana kekeluargaan sangatlah dirasakan oleh para korban kebakaran dan secercah harapan terpancar kembali di wajah mereka.
Suara Kasih: Menggarap Ladang Berkah

Suara Kasih: Menggarap Ladang Berkah

22 Juli 2010
Sesungguhnya, setan terdapat dalam batin setiap manusia. Karena itu, kita harus senantiasa membuka hati agar cahaya kebijaksanaan dapat masuk dan menyinari batin kita. Kita dapat menggunakan seberkas cahaya kebijaksanaan tersebut untuk membimbing batin orang lain.
Pengiriman Bantuan Oxygen Concentrator ke Berbagai Penjuru Nusantara

Pengiriman Bantuan Oxygen Concentrator ke Berbagai Penjuru Nusantara

12 Agustus 2021

Sebanyak 1.909 unit oxygen concentrator dari Tzu Chi telah disalurkan ke-19 kota dan provinsi di Indonesia. Bantuan ini dirasakan sangat membantu di tengah meningkatnya kebutuhan oksigen di berbagai daerah di tanah air.

Hakikat terpenting dari pendidikan adalah mewariskan cinta kasih dan hati yang penuh rasa syukur dari satu generasi ke generasi berikutnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -