Masa lalu, Masa Sekarang, dan Masa Depan
Jurnalis : Teddy Lim (He Qi Barat), Fotografer : Teddy Lim (He Qi Barat)
|
| ||
Yang unik dari kegiatan sosial kali ini ialah dikarenakan sudah memasuki hari libur besar, maka kegiatan kunjungan kedua tempat panti sosial akan dijalankan secara serentak. Kunjungan pertama, para relawan mendatangi Panti Sosial Tresna Wreda, setelah itu dilanjutkan dengan kunjungan ke Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 3. Pertama-tama relawan yang ingin ikut membantu kunjungan kasih terlebih dahulu berkumpul di lobi Rumah Sakit Khusus Bedah (RSKB) Cinta Kasih Tzu Chi, Cengkareng, Jakarta Barat. Setelah seluruh relawan datang, mereka bergerak ke Kantor Sekretariat He Qi Barat yang terletak di Gedung A Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi untuk mengambil dan menyusun bingkisan-bingkisan yang telah disiapkan sebagai hadiah untuk opa atau oma (panggilan untuk penghuni panti jompo-Red). Setiap relawan dengan penuh semangat membantu mengangkat satu-persatu parsel untuk disusun ke dalam mobil. Setelah seluruh parsel berhasil disusun ke dalam mobil, seluruh relawan dibagi menjadi beberapa kelompok. Masa Depan Karena makin majunya zaman, adat, dan budaya barat pun mulai masuk ke Indonesia yang diikuti berkurangnya pengetahuan tata krama dan etika sosial yang menyebabkan banyaknya anak yang menjadi malu dan takut diejek di depan umum karena orangtuanya tua renta dan jelek. Untuk itu, mereka kemudian menitipkan orangtua mereka di panti jompo, sehingga opa dan oma merasa tersisihkan dan kesepian. Tiada yang dapat menghibur di kala mereka sedih dan merasa gundah.
Keterangan :
Dalam kesempatan ini, relawan membagikan cinta kasih mereka dengan memberikan lebih kurang 240 buah bingkisan yang berisikan beberapa makanan kering dan minuman jus untuk opa dan oma. Selain bingkisan, dibagikan juga angpau untuk opa dan oma. Para opa dan oma yang tinggal di panti kini dapat tertawa dengan bahagia dan gembira karena kini mereka merasa tidak sendiri lagi. Relawan Tzu Chi akan terus datang menemani dan menghibur mereka, baik di kala sedih maupun bahagia. Setelah selesai memberikan bingkisan dan angpau kepada para opa dan oma, relawan pun pamit untuk melanjutkan kunjungan ke Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 3, yang merupakan panti untuk anak-anak jalanan. Setibanya di sana lebih kurang 60 anak telah menunggu. Melihat kedatangan relawan, mereka pun tersenyum dengan gembira. Setelah mendapat komando dari para relawan Tzu Chi, anak-anak langsung berbaris dengan rapi membentuk 6 buah barisan memanjang ke belakang. ”Adik-adik siapa yang masih berpuasa?” tanya Suparman, relawan biru putih kepada anak-anak panti. “Saya…..,” jawab anak-anak dengan serentak. Lalu anak-anak diajak bermain memindahkan kacang dengan menggunakan sumpit dari satu cangkir ke cangkir yang lain. Walaupun sebagian besar anak-anak di sana tidak dapat menggunakan sumpit, tetapi dengan tekad dan kemauan untuk belajar anak-anak tersebut akhirnya dapat menggunakan sumpit untuk memindahkan kacang. Barisan yang paling banyak memindahkan kacang mendapatkan hadiah berupa buku tulis dan pensil. Untuk menghilangkan kejenuhan sambil menunggu datangnya Maghrib (saat berbuka puasa), shixiong dan shijie mengajak anak-anak panti menyanyikan lagu “Satu Keluarga” dengan disertai gerakan isyarat tangan. Anak-anak yang telah hafal lagu tersebut langsung berdiri dan memeragakan isyarat tangan tersebut. “Saya ingin menjadi seorang ahli geologi, membantu Shixiong dan Shijie dalam mengurangi masalah global warming,” ucap Heru (18), yang bersekolah di SMK Bunga Nusa 1 ini ketika ditanya apa yang menjadi cita-citanya. Seperti yang dikatakan oleh Master Cheng Yen, anak-anak bagaikan kertas kosong, mereka mengambil apapun yang diajarkan oleh orang dewasa kepada mereka. Mereka memiliki hati yang polos. ”Saya akan memulai dengan mengumpulkan barang-barang daur ulang yang dapat dimanfaatkan kembali, menanam banyak pohon, dan giat belajar,” sambung Heru.
Keterangan :
Tidak terasa waktu berjalan dengan cepat, sambil bermain dan mendengarkan cerita, tiba-tiba suara adzan Maghrib mulai terdengar, yang berarti saatnya buka puasa telah tiba. Sebelum menyantap makanan, anak-anak diajak berdoa bersama lalu berbaris rapi mengambil makanan yang telah disediakan oleh para relawan. Melihat keceriaan dan tekad mereka yang kuat untuk belajar dan dengan adanya pelajaran budi pekerti dan tata krama yang ditanamkan pada diri mereka menandakan bahwa perlahan tapi pasti penerus bangsa di masa depan dapat menjadi lebih baik. Mawas Diri Dengan melakukan kunjungan ke panti wreda, kita dapat melihat kita yang sekarang juga akan melewati suatu fase tua, setelah fase anak-anak telah kita lalui yang menandakan bahwa masa lalu kita tak dapat lagi diubah dan masa depan tak dapat di prediksi. Yang dapat kita lakukan saat ini adalah menggenggam setiap kesempatan berbuat baik yang datang kepada kita, supaya ketika kita tua, anak dan cucu kita dapat menjaga kita dan menjaga bangsa ini menjadi tentram, damai dan sejahtera. Seperti kata Master Cheng Yen, “Janganlah kita terus terkenang masa lalu atau mengkhayalkan masa depan, kita harus memanfaatkan sepenuhnya waktu sekarang dan bekerja keras mencapai kemajuan.” Oleh karena itu, mari kita menjalani setiap detik kehidupan dengan penuh kesungguhan dan menghadapi segala sesuatu dengan penuh kesadaran dan kewaspadaan. | |||
Artikel Terkait

Suara Kasih: Membantu yang Membutuhkan
08 Oktober 2010 Inilah tugas Bodhisatwa dunia. Bukan hanya di Taiwan, insan Tzu Chi di Melaka, Malaysia pun demikian. Di sana ada sebuah keluarga yang beranggotakan 11 orang. Anak-anaknya masih kecil, ekonomi keluarganya pun sangat sulit. Mereka hanya mengandalkan sang ayah yang bekerja di pelabuhan dengan upah minim, sedangkan sang ibu adalah pedagang kaki lima. Bagaimana keluarga besar ini dapat bertahan hidup?
Baksos yang Menginspirasi (Bag. 2)
15 Oktober 2010 Minggu, 3 Oktober 2010, sekitar jam 6 pagi, di ruang pemulihan sudah terlihat sibuk. Pasien dibangunkan dan dianjurkan membasuh muka serta mengganti baju yang dipakai sewaktu operasi dengan baju sendiri. Setelah menjalani pemeriksaan sekali lagi oleh dokter, semua pasien sudah bisa pulang dengan wajah penuh senyuman.
Melestarikan Lingkungan dengan Tanaman Obat Keluarga
10 April 2019Lingkungan yang dijaga dengan baik akan membawa kebaikan pula. Berbagai manfaat dapat diperoleh dengan pemanfaatan lahan di lingkungan sekitar, salah satunya melalui toga, atau Tanaman Obat Keluarga. Melalui kegiatan penanaman toga, relawan bergerak menjaga kelestarian lingkungan sekitarnya dan memanfaatkannya untuk kesehatan.