Masih Banyak Orang yang Membutuhkan Uluran Tangan

Jurnalis : Apriyanto, Fotografer : Anand Yahya & Yuliati

foto
dr. Kimmy sedang memeriksa Ahmad Fauzi (kemeja kotak) yang memiliki kelainan pada matanya.

Nama Rengasdengklok, mengingatkan kita pada peristiwa penting puluhan tahun silam. Pada 16 Agustus 1945 Presiden RI pertama Soekarno diculik oleh sejumlah pemuda tanah air untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Secara administrasi Rengasdengklok merupaka kota Kecamatan dari Kabupaten Karawang. Dari kota Karawang menuju Rengasdengklok harus ditempuh melalui jalan yang kecil dan berliku.

Untuk sebuah kecamatan Rengasdengklok termasuk ramai, pusat kotanya memanjang sekitar dua kilometer dan di sepanjang jalan berbaris toko-toko pusat perbelanjaan. Meskipun demikian rata-rata penduduk di Rengasdengklok tergolong warga miskin yang menggantungkan kehidupan sebagai buruh. Maka tak heran jika di daerah ini banyak ditemukan warga yang memiliki kesehatan yang buruk.

Ketika Tzu Chi mengadakan bakti sosial (baksos) kesehatan di tiga lokasi di Rengasdengklok, warga langsung berbondong-bondong datang mendaftarkan dirinya. Sebenarnya baksos ini merukan tindak lanjut Tzu Chi atas musibah banjir yang melanda warga Rengasdengklok beberapa minggu silam. Selama curah hujan mengelempar tak menentu banyak pemukiman dan sawah warga yang terendam banjir. Imbasnya ketika banjir surut banyak warga yang kesehatannya menurun. Karena itu pada Minggu 16 Februari 2014, Tzu Chi mengadakan baksos di tiga tempat: Kelenteng Shia Tjin Kong di jalan Irigasi Raya Rengasdengklok, Pondok Pesantren Nurul Huda di Desa Telukbango, dan di Desa Segaran dengan total pasien sebanyak 2.100 jiwa.

Namun yang membuat hati terenyuh adalah ketika baksos di mulai seorang ibu muda bernama Amah datang dengan dua orang putranya yang berbadan ringkih. Aep putra pertamanya berusia 21 tahun mengalami kelainan pada kedua matanya. Ia tidak bisa melihat dengan jelas dan matanya sering berputar tanpa arah, seolah memiliki otot mata yang lemah. Ahmad Fauzi putra bungsunya pun tak jauh berbeda, penglihatannya tak jelas dan bola mata yang tak simetris. Selain Aep dan Fauzi ternyata satu anak lagi dari ibu ini juga memiliki penglihatan yang buruk. Menurutnya tiga dari empat anaknya mengalami kelainan pada penglihatan. “”Tiga anak saya penglihatannya semuanya kelainan. Ini mungkin pengaruh kandungan yang tidak baik,” kata Amah.

foto  foto

Keterangan :

  • dr. Kimmy menghibur Acih (tengah) di Vihara Sin Jin Kong (kiri).
  • Baksos pengobatan Tzu Chi ini dihadiri oleh Bupati Karawang Ade Swara yang berkesempatan secara simbolis memberikan obat kepada pasien di dampingi oleh relawan Tzu Chi (kanan).

Yang membuatnya keluarga ini terlihat kasihan adalah Aep putra pertamanya tak bisa mengenyam bangku pendidikan lantaran tak memiliki penglihatan yang normal. Maka untuk menambah pengetahuan Aep, ibunya mengajarkannya secara lisan. Bahkan dalam mempelajari Kitab Suci Alquran (mengaji), dilakukan oleh Aep secara lisan. Mungkin karena kelaian pada penglihatannya Aep terlihat begitu rapuh. Jalannya tak tegar dan tatapannya begitu kuyu. Sesekali Aep tersenyum saat relawan berbicara dengan ibunya. Tapi dari senyumannya itu terlihat ada sesuatu yang kosong – keceriaannya sebagai anak remaja.

Saat keluarga ini memasuki ruang pemeriksaan, dokter Kimmy langsung mendekati Aep. Lalu dengan sikapnya yang lembut ia mmeriksa mata Aep dengan sebuah senter. Setelah itu ia mengajukan beberapa pertanyaan kepada Amah. Dan diakhir pemeriksaan itu dr.Kimmy menjelaskan kalau Aep sebaiknya akan diajukan menjadi pasien penerima bantuan khusus di Tzu Chi. Amah terkesiap mendengarnya. Namun dr. Kimmy berhasil menjelaskannya secara terinci dengan sabar, hingga  ibu dari empat orang anak ini menjadi paham dan berharap keberuntungan bisa menyertai putranya. “Sabar ya bu. Putra ibu akan kami ajukan sebagai pasien penerima bantuan khusus. Banyak-banyak berdoa,” kata dr. Kimmy.

foto  foto

Keterangan :

  • Sejak pukul 08.00 pagi warga Karawang di sekitar Vihara Sia Jin Kong sudah datangmemenuhi tenda yang telah di sediakan oleh relawan Tzu Chi (kiri).
  • Karena musibah banjir, maka baksos pengobatan ini diadakan untuk membantu warga kurang mampu pascabanjir di wilayah Rengasdengklok (kanan).

Tumor di Kepala Acih
Selain Aep dan Fauzi, seorang ibu bernama Acih juga mencuri perhatian relawan. Saat tiba di bangku antrian Acih terlihat tak terpengaruh dengan lalu lalang pengunjung. Tatapannya kosong dan sebuah benjolan menyembul di dahi sebelah kanan. Menurut Elis adik perempuannya yang mengantar hari itu Acih menderita tumor. Dulu dua tahun yang lalu pemeriksaan medis mendeteksi ada tumor di dalam kepala Acih dan jika tidak segera diangkat Acih akan menjadi buta. Maka dengan sebuah usaha Acih berhasil dioperasi di salah satu rumah sakit di Karawang. Namun alih-alih menjalani operasi agar penglihatannya tak terganggu, penglihatan Acih justru memburuk. Sejak itulah Acih tidak bisa melihat dan yang memperburuk suasana adalah suaminya Acih yang sehari-hari bekerja sebagai penarik becak meninggalkannya. “Setelah Acih tidak bisa melihat dan tidak bisa banyak bekerja, suaminya pergi meninggalkannya,” kata Elis. Maka untuk mencukupi kehidupan sehari-hari Acih tinggal bersama ibunya yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga. “Selama ini Acih sudah tidak bisa banyak bekerja. Sehari-hari ia hanya terbaring di tempat tidur. Semua keperluannya seperti makan dan minum ibunya yang menyediakan,” jelas Elis.

Saat waktu menunjukkan tengah hari, seorang relawan memanggil Acih untuk menjalani pemeriksaan. Di dalam ruang periksa, dr. Kimmy kembali menangani Acih. Ia memerhatikan sebuah benjolan di dahi kanan Acih. Lalu dengan perlahan membuka jilbab Acih untuk melihat bekas operasi terdahulu. dr. Kimmy kemudian meminta keterangan dari Elis mengenai riwayat sakit Acih. Dari keterangan Elis dan pengakuan Acihlah akhirnya dr. Kimmy memasukkan Acih ke daftar pasien bantuan khusus. “Ibu banyak berdoa ya. kami akan mengajukan ibu untuk menjadi pasien bantuan,” terang dr. Kimmy kepada Acih. Acih dan Elis pun mengangguk hormat. Elis kemudian berkata kalau Acih memang membutuhkan bantuan mengingat kekhawatiran pada tumornya yang kembali tumbuh. “Kehidupan kami memang sulit. Makanya kami berharap Acih bisa mendapatkan bantuan pengobatan,” kata Elis.

Keluarga Amah dan Acih merupakan keluarga-keluarga miskin yang tinggal di daerah minus. Kini untuk mendapatkan pengobatan yang baik mereka mengharap ada bantuan donasi.


Artikel Terkait

Mengenalkan Pelestarian Lingkungan Sejak Usia Dini

Mengenalkan Pelestarian Lingkungan Sejak Usia Dini

31 Oktober 2017

Sebanyak 61 siswa sekolah dasar dari Surabaya Taipei School melakukan karyawisata di Depo Daur Ulang Tzu Chi Surabaya, Jumat 27 Oktober 2017. Di sini siswa dikenalkan pentingnya melakukan daur ulang dan melakukan penghijauan.

HUT DAAI TV Ke-8: Cinta Kasih dalam Aksi

HUT DAAI TV Ke-8: Cinta Kasih dalam Aksi

06 Agustus 2015

“Di sini kami melakukan kegiatan lebih ke pendekatan psikologis seperti, hubungan antara orang tua dan anak. Kita mesti bisa mempraktekkan itu kepada orang tua kita sendiri juga, saling mengasihi, saling menghargai, saling menghormati, selalu bersyukur terhadap sesama, ini yang ditanamkan di dalam bakti sosial kali ini,” jelas Adi Nugraha.

Berbagi di Bulan Ramadan dengan Pembagian 500 Paket Takjil

Berbagi di Bulan Ramadan dengan Pembagian 500 Paket Takjil

31 Maret 2023

Dalam rangka menyambut bulan Ramadan 2023, Tzu Ching Makassar menggelar kegiatan berbagi Takjil (makanan untuk berbuka puasa). Ada 500 buah paket takjil yang disediakan bagi para pengemudi ojek online, supir angkot, dan warga lainnya.

Memberikan sumbangsih tanpa mengenal lelah adalah "welas asih".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -