Master Cheng Yen dan Jing Si
Jurnalis : Amelia Devina (He Qi Utara), Fotografer : Amelia Devina, Feranika Husodo (He Qi Utara)Bedah buku kali ini terasa istimewa karena Livia shijie dengan gamblang menjelaskan arti kata Jing Si yang sering terdengar diucapkan para relawan Tzu Chi. |
| |
Kisah Master Cheng Yen Selama Master Cheng Yen berkarya, beliau selalu berpedoman “sehari tidak bekerja berarti sehari tidak makan”. Beliau beserta para muridnya yang menempati sebidang gubuk kecil di belakang Vihara Pu Ming di Hua Lien, setiap harinya bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari sambil terus berjuang untuk mendirikan sebuah yayasan sosial kemanusiaan. Mereka bercocok tanam, membuat sepatu bayi, membuat lilin, dan hidup sangat sederhana. Tahu dan garam adalah lauk sehari-hari Master Cheng Yen. Beliau bersama para muridnya sampai saat ini juga bertekad untuk tidak menerima sumbangan dan tidak menerima panggilan untuk memanjatkan doa bagi pihak-pihak luar.
Ket : - Kegiatan bedah buku yang dilaksanakan malam hari tiada menyurutkan semangat para relawan Tzu Chi untuk datang dan menyimak setiap tema yang selalu berbeda-beda. (kiri). Berkembang Dari Pasar Master Cheng Yen di kala itu berpikir bahwa beliau harus mengentaskan kemiskinan. Dan beliau melihat bahwa sumber kemiskinan adalah penyakit. Kemudian, beliau pun menyadari bahwa kemiskinan bisa diderita karena kurangnya pendidikan. Berpedoman dari pengalaman hidup inilah Master Cheng Yen menjalankan empat misi Tzu Chi, yaitu: amal sosial, kesehatan, pendidikan, dan budaya humanis. Dalam ajarannya, Master Cheng Yen selalu berpesan untuk hidup sederhana dan kuat menahan cobaan dalam menghadapi kesusahan. Ini adalah pedoman hidup beliau saat menjalani tahun demi tahun perjuangan hidup di masa susah hingga sekarang. Dengan begitu banyaknya kerusakan yang dialami bumi dan semakin menipisnya sumber daya alam, Master Cheng Yen menghimbau kita semua untuk menjaga perilaku, hidup hemat, ikut serta menyayangi dan menghormati bumi. Jing Si Di Tzu Chi, istilah Jing Si seringkali kita dengar. Nah, Livia shijie menjelaskan tentang berbagai tempat di mana nama Jing Si digunakan: Jing Si Abode (Griya Perenungan, tempat tinggal Master Cheng Yen di Hua Lien), Jing Si Publication, Jing Si Bookstore, Jing Si Books & Café (seperti yang ada di Pluit dan Kelapa Gading), Jing Si Aphorisms (Kata Perenungan Master Cheng Yen), Jing Si Hall (seperti Aula Jing Si yang sekarang ini sedang dibangun di Pantai Indah Kapuk), dan Jing Si Philosophy. Namun, Jing Si bisa juga berarti insan Tzu Chi di mana Griya Perenungan berarti pilar Tzu Chi, rumah insan Tzu Chi. Malam itu, sungguh merupakan sebuah kesempatan yang baik! Tidak hanya menjelaskan, Livia shijie juga menunjukkan banyak gambar keindahan Griya Perenungan di Hua Lien, Taiwan.
Ket : - Selain mendengarkan kata-kata dari Livia shijie, para undangan juga disuguhi gambar-gambar yang mengilustrasikan perjalanan kehidupan Master Cheng Yen. (kiri). Jing Si Books & Café Jing Si Books & Café pertama kali dibuka di Malaysia. Di Indonesia, Jing Si Books & Café pertama kali dibuka di Jalan Pluit Permai Jakarta pada 29 Agustus 2004. Tidak lama, menyusul Jing Si Books & Café yang terletak di Mall Kelapa Gading Jakarta. Saat ini, cabang Jing Si Books & Café sudah ada sebanyak 45 buah yang tersebar di 8 negara. Jing Si Books & Café mengemban tugas mewariskan intisari dharma Jing Si. Diharapkan keluarga dan seluruh komunitas dapat menggunakan Jing Si Books & Café sebagai sarana relaksasi dan pencerahan batin. Selain itu, Livia shijie juga mengingatkan kita semua untuk lebih sering membaca Kata Perenungan Master Cheng Yen. Semakin sering kita baca, pada saat kita mengalami masalah dan butuh penguatan, kata-kata perenungan dapat hadir di benak kita dan membantu dalam menghadapi berbagai tantangan hidup. Kata-kata perenungan Master Cheng Yen dapat kita baca melalui buku kecil 108 Kata Perenungan dan buku Sanubari Teduh Jilid 1, serta 2. Di Jing Si Books & Café juga dijual berbagai macam buku karangan Master Cheng Yen, CD, DVD lagu Tzu Chi dan kisah drama Da Ai TV. Melalui penjualan buku-buku ini jugalah Master Cheng Yen mendapatkan royalti untuk memenuhi kebutuhan hidup dan membantu pelaksanaan kegiatan Yayasan. Hingga saat ini, buku-buku Master Cheng Yen telah diterjemahkan ke dalam 11 bahasa, di antaranya: Indonesia, Thailand, Vietnam, Spanyol, Korea, Inggris, Mandarin, dan Jepang. Kalau ditinjau dari pelaksanaan empat misi Tzu Chi, maka Jing Si Books & Café merupakan perwujudan dari misi budaya humanis yang merupakan kesempurnaan nilai sebuah kepribadian dan merupakan pemahaman yang diperoleh setelah berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Nah, apakah kamu sudah pernah berkunjung ke Jing Si Books & Café? Datang dan rasakan sendiri atmosfer damai di dalamnya. Selain minuman yang begitu nikmat, pelayanannya pun sangat ramah! Dan tentu saja, ada begitu banyak buku tentang kebajikan yang dapat kita baca di sana.
| ||
Artikel Terkait
Perjuangan Suratmi Merawat Irwansyah yang Cerebral Palsy
22 November 2023Sejak usia dua tahun Muhammad Irwansyah (15) menderita cerebral palsy. Irwansyah yang terbaring lemas dirawat dengan penuh kasih sayang dan kesabaran oleh ibunya, Suratmi (56).