Master Cheng Yen dan Jing Si

Jurnalis : Amelia Devina (He Qi Utara), Fotografer : Amelia Devina, Feranika Husodo (He Qi Utara)
 

fotoBedah buku kali ini terasa istimewa karena Livia shijie dengan gamblang menjelaskan arti kata Jing Si yang sering terdengar diucapkan para relawan Tzu Chi.

Para relawan Yayasan Buddha Tzu Chi pasti sudah akrab dengan istilah Jing Si. Bahkan, masyarakat awam pun mungkin sudah pernah mendengar tentang Jing Si. Apa itu sebenarnya Jing Si dan apa kaitannya Jing Si dengan Master Cheng Yen, pendiri Yayasan Buddha Tzu Chi?  Kamis, 19 November 2009 lalu Livia shijie, Wakil Ketua HeQi Utara sekaligus penanggung jawab Jing Si Books & Café berbagi pengetahuannya kepada para peserta acara bedah buku.

Kisah Master Cheng Yen
Malam itu, Livia shijie membuka sharingnya dengan  bercerita tentang kisah perjalanan Master Cheng Yen dalam mendirikan Yayasan Buddha Tzu Chi. Diceritakan bahwa Master Cheng Yen sesungguhnya berasal dari keluarga yang cukup berada. Namun, karena keteguhannya untuk mempelajari dharma, beliau ingin menjadi seorang biksuni. Dalam perjuangannya, berkali-kali beliau melarikan diri dari rumah dan berkali-kali pula ibunya berhasil menemukannya. Rupanya, saat itu sang ibu tidak rela anak yang sangat ia sayang harus meninggalkan rumah dan menjadi seorang biksuni.

Selama Master Cheng Yen berkarya, beliau selalu berpedoman “sehari tidak bekerja berarti sehari tidak makan”. Beliau beserta para muridnya yang menempati sebidang gubuk kecil di belakang Vihara Pu Ming di Hua Lien, setiap harinya bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari sambil terus berjuang untuk mendirikan sebuah yayasan sosial kemanusiaan. Mereka bercocok tanam, membuat sepatu bayi, membuat lilin, dan hidup sangat sederhana. Tahu dan garam adalah lauk sehari-hari Master Cheng Yen. Beliau bersama para muridnya sampai saat ini juga bertekad untuk tidak menerima sumbangan dan tidak menerima panggilan untuk memanjatkan doa bagi pihak-pihak luar.

foto  foto

Ket : - Kegiatan bedah buku yang dilaksanakan malam hari tiada menyurutkan semangat para relawan Tzu Chi              untuk datang dan menyimak setiap tema yang selalu berbeda-beda. (kiri).
         - Tidak sedikit relawan Tzu Chi yang mencatat intisari bedah buku yang mereka sedang ikuti. Itu semua             dilakukan untuk menambah wawasan pengetahuan mereka akan Tzu Chi dan lantas mempraktekkannya             dalam kehidupan.(kanan)

Berkembang Dari Pasar
Yayasan Buddha Tzu Chi sendiri awalnya berkembang dari para ibu rumah tangga yang rajin mengikuti ajaran Master Cheng Yen. Mereka setiap harinya menyisihkan uang belanja sebanyak 50 sen Dolar Taiwan (NT) ke dalam celengan bambu. Hari ke hari, orang ke orang, akhirnya cerita mengenai celengan bambu ini menyebar luas sehingga semakin banyaklah donatur Tzu Chi.

Master Cheng Yen di kala itu berpikir bahwa beliau harus mengentaskan kemiskinan. Dan beliau melihat bahwa sumber kemiskinan adalah penyakit. Kemudian, beliau pun menyadari bahwa kemiskinan bisa diderita karena kurangnya pendidikan. Berpedoman dari pengalaman hidup inilah Master Cheng Yen menjalankan empat misi Tzu Chi, yaitu: amal sosial, kesehatan, pendidikan, dan budaya humanis.

Dalam ajarannya, Master Cheng Yen selalu berpesan untuk hidup sederhana dan kuat menahan cobaan dalam menghadapi kesusahan. Ini adalah pedoman hidup beliau saat menjalani tahun demi tahun perjuangan hidup di masa susah hingga sekarang. Dengan begitu banyaknya kerusakan yang dialami bumi dan semakin menipisnya sumber daya alam, Master Cheng Yen menghimbau kita semua untuk menjaga perilaku, hidup hemat, ikut serta menyayangi dan menghormati bumi.

Jing Si
Jing Si sesungguhnya adalah nama Master Cheng Yen yang beliau pakai saat melarikan diri dari rumah. Saat itu adalah masa perang Jepang dan suatu hari ketika beliau melihat surat kabar, ada cerita mengenai Sang Buddha yang mencapai pencerahan ketika melakukan perenungan di bawah pohon Bodhi. Kata Jing Si itu sendiri berarti perenungan, dan Master sangat menyukai kata itu. Dengan kata lain, Jing Si berarti, dengan ketenangan hati merenungkan pedoman kehidupan kita dan juga untuk mengatasi cobaan hidup.

Di Tzu Chi, istilah Jing Si seringkali kita dengar. Nah, Livia shijie menjelaskan tentang berbagai tempat di mana nama Jing Si digunakan: Jing Si Abode (Griya Perenungan, tempat tinggal Master Cheng Yen di Hua Lien), Jing Si Publication, Jing Si Bookstore, Jing Si Books & Café (seperti yang ada di Pluit dan Kelapa Gading), Jing Si Aphorisms (Kata Perenungan Master Cheng Yen), Jing Si Hall (seperti Aula Jing Si yang sekarang ini sedang dibangun di Pantai Indah Kapuk), dan Jing Si Philosophy.

Namun, Jing Si bisa juga berarti insan Tzu Chi di mana Griya Perenungan berarti pilar Tzu Chi, rumah insan Tzu Chi. Malam itu, sungguh merupakan sebuah kesempatan yang baik! Tidak hanya menjelaskan, Livia shijie juga menunjukkan banyak gambar keindahan Griya Perenungan di Hua Lien, Taiwan.

foto  foto

Ket : - Selain mendengarkan kata-kata dari Livia shijie, para undangan juga disuguhi gambar-gambar yang                           mengilustrasikan perjalanan kehidupan Master Cheng Yen. (kiri).
        - Dengan gamblang dan jelas, Livia shijie memaparkan arti kata Jing Si dan perjalanan kehidupan Master            Cheng Yen yang penuh dengan dinamika. (kanan)

Jing Si Books & Café
Lalu, apa itu Jing Si Books & Café? Ia adalah sebuah toko buku dan café yang mempunyai konsep unik: dengan suasana tenang, kita bisa merelaksasi batin, menenangkan diri sekaligus mempelajari intisari ajaran Master Cheng Yen lewat buku-buku yang dapat dibaca di tempat. Kopi dan teh yang dijual juga dalam kualitas terbaik dan menyegarkan. Memang, tidak ada makanan atau snack yang dijual karena diharapkan pengunjung Jing Si Books & Café mempunyai mindset yang tepat ketika berkunjung ke tempat ini.

Jing Si Books & Café pertama kali dibuka di Malaysia. Di Indonesia, Jing Si Books & Café pertama kali dibuka di Jalan Pluit Permai Jakarta pada 29 Agustus 2004. Tidak lama, menyusul Jing Si Books & Café yang terletak di Mall Kelapa Gading Jakarta. Saat ini, cabang Jing Si Books & Café sudah ada sebanyak 45 buah yang tersebar di 8 negara.

Jing Si Books & Café mengemban tugas mewariskan intisari dharma Jing Si. Diharapkan keluarga dan seluruh komunitas dapat menggunakan Jing Si Books & Café sebagai sarana relaksasi dan pencerahan batin. Selain itu, Livia shijie juga mengingatkan kita semua untuk lebih sering membaca Kata Perenungan Master Cheng Yen. Semakin sering kita baca, pada saat kita mengalami masalah dan butuh penguatan, kata-kata perenungan dapat hadir di benak kita dan membantu dalam menghadapi berbagai tantangan hidup. Kata-kata perenungan Master Cheng Yen dapat kita baca melalui buku kecil 108 Kata Perenungan dan buku Sanubari Teduh Jilid 1, serta 2.

Di Jing Si Books & Café juga dijual berbagai macam buku karangan Master Cheng Yen, CD, DVD lagu Tzu Chi dan kisah drama Da Ai TV. Melalui penjualan buku-buku ini jugalah Master Cheng Yen mendapatkan royalti untuk memenuhi kebutuhan hidup dan membantu pelaksanaan kegiatan Yayasan. Hingga saat ini, buku-buku Master Cheng Yen telah diterjemahkan ke dalam 11 bahasa, di antaranya: Indonesia, Thailand, Vietnam, Spanyol, Korea, Inggris, Mandarin, dan Jepang.

Kalau ditinjau dari pelaksanaan empat misi Tzu Chi, maka Jing Si Books & Café merupakan perwujudan dari misi budaya humanis yang merupakan kesempurnaan nilai sebuah kepribadian dan merupakan pemahaman yang diperoleh setelah berpartisipasi dalam suatu kegiatan.

Nah, apakah kamu sudah pernah berkunjung ke Jing Si Books & Café? Datang dan rasakan sendiri atmosfer damai di dalamnya. Selain minuman yang begitu nikmat, pelayanannya pun sangat ramah! Dan tentu saja, ada begitu banyak buku tentang kebajikan yang dapat kita baca di sana.

 

 
 

Artikel Terkait

Perjuangan Suratmi Merawat Irwansyah yang Cerebral Palsy

Perjuangan Suratmi Merawat Irwansyah yang Cerebral Palsy

22 November 2023

Sejak usia dua tahun Muhammad Irwansyah (15) menderita cerebral palsy. Irwansyah yang terbaring lemas dirawat dengan penuh kasih sayang dan kesabaran oleh ibunya, Suratmi (56).

Memanfaatkan Tubuh untuk Terus Berbuat Kebajikan

Memanfaatkan Tubuh untuk Terus Berbuat Kebajikan

25 Juli 2018
Setiap saat adalah kesempatan yang baik bagi Adi, guru Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, untuk memberikan pelajaran kehidupan bagi orang di sekitarnya. Dalam baksos ini, Adi juga memanfaatkannya dengan mengajak siswa-siswi di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi untuk ikut berpartisipasi. Walaupun sempat kecewa karena beberapa anak menolak, namun ia berhasil menggalang belasan siswa untuk ikut serta.
Cinta Kasih Tzu Chi Menembus Hingga Pelosok

Cinta Kasih Tzu Chi Menembus Hingga Pelosok

28 Oktober 2013 Cinta kasih Tzu Chi yang tak henti-hentinya terus ditularkan kepada semua insan manusia, hal ini yang coba diterapkan oleh Tzu Chi Bandung disetiap misi kemanusiannya.
Menggunakan kekerasan hanya akan membesarkan masalah. Hati yang tenang dan sikap yang ramah baru benar-benar dapat menyelesaikan masalah.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -