Melangkah dengan Yakin

Jurnalis : Erli Tan, Yusniaty (Heqi Utara 1), Fotografer : Puspawati, Yusniaty (Heqi Utara 1)

Jakiman (tengah) saat mengikuti kegiatan Pelatihan Relawan Abu Putih di Gedung Gan En Lt.3, Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk

Jalinan jodoh awal Jakiman dengan Tzu Chi berawal dari ketika ia membantu di baksos kesehatan Tzu Chi ke-111 yang berlangsung di Cianjur beberapa waktu lalu. Jakiman bekerja sebagai supir di keluarga Shelly Widjaja, relawan Tzu Chi yang bertanggung jawab sebagai Wakil Ketua komunitas (He Qi) Utara 1. Saat itu Shelly ingin berpartisipasi dalam baksos tersebut, namun karena adanya urusan keluarga yang penting sehingga berhalangan hadir. Atas dasar niat baik untuk meringankan beban relawan, Shelly pun meminta Jakiman untuk mengantar relawan tim konsumsi dari Jakarta ke Cianjur.

Tiba di Cianjur tanggal 11 Maret 2016, Jakiman yang sebenarnya hanya ditugaskan mengantar jemput relawan, juga membantu banyak pekerjaan lainnya. Ia ikut masuk ke pasar bersama relawan konsumsi yang semuanya wanita, berinisiatif membantu mereka mengangkat bahan makanan yang dibeli dalam jumlah banyak. Selama di dapur ia mengangkut bergalon-galon air untuk keperluan masak. Saat screening tanggal 13 Maret, ia bolak-balik mengantar makanan untuk pasien dan relawan dari dapur ke lokasi screening yang ditempuh menggunakan mobil. Karena merasakan kebahagiaan bersumbangsih di screening, ia bersedia melanjutkan membantu lagi di kegiatan baksos kesehatan Tzu Chi pada minggu selanjutnya yaitu 18-20 Maret 2016. “Padahal saya bisa menugaskan supir yang lain, dan ini kan di luar dari tugas dia sebenarnya,” ujar Shelly yang sedikit heran namun juga senang melihat semangat Jakiman.

Feni Andriyani (kiri), putri bungsu Jakiman juga termotivasi dari sang ayah dan memutuskan untuk sama-sama mengikuti pelatihan

Tanggal 17 Maret 2016, Jakiman kembali mengantar relawan konsumsi dari Jakarta ke Cianjur. Selama baksos yang berlangsung tanggal 18-20 Maret itu, dia jugalah yang bolak-balik mengantar makanan dari dapur ke lokasi baksos, yaitu RSUD Cianjur. Tiap kali tiba di RSUD, dia diminta untuk menunggu karena relawan mau menitip tempat makanan untuk dibawa kembali ke dapur. Saat menunggu itu, dia mengisi waktunya dengan memperhatikan pasien-pasien yang ada di sana. Pasien-pasien katarak yang setelah dioperasi, dicek kembali oleh dokter, kemudian dokter akan membuka perban dan mengetes penglihatan pasien. Jakiman melihat bahwa pasien-pasien yang setelah dites penglihatannya, ternyata banyak sekali yang dapat melihat kembali. Kegembiraan pasien saat itu, seolah-olah juga dapat ia rasakan.

“Ya terharu, yang kita kayak mau keluar air mata itu. Ada orang tua yang operasi mata, dia dagang sampe tutup dagangannya karena dah enggak bisa ngeliat lagi. Begitu operasi, dia bisa baca. Operasinya pagi, sore dia udah bisa baca. Kita sampe bersyukur sekali,” ungkap Jakiman ikut terharu. Karena penasaran, ia pun bertanya ke pasien sudah berapa lama kehilangan penglihatan. Dengan cara itulah dia menjalin jodoh baik dengan para pasien, berbincang-bincang dan berbagi cerita mengenai Tzu Chi. Selama bekerja sebagai supir di keluarga Shelly, ia juga sering ikut Shelly di beberapa kegiatan dan sedikit banyak mengetahui bagaimana ketulusan dan sumbangsih tanpa pamrih relawan Tzu Chi. 

Di baksos, ia juga melihat dan turut merasakan luapan kebahagiaan para relawan dan tim medis TIMA usai baksos, yaitu saat gathering penutupan pada Sabtu, 19 Maret 2016. Semua hal yang ia lihat, dengar, dan rasakan selama membantu di baksos, telah menimbulkan rasa bahagia dan haru yang menggerakkan hatinya. Pulang dari baksos, ia bercerita banyak kepada Shelly. “Dia bilang sama saya, terima kasih telah mengirim dia ke Cianjur. Saya merasakan kebahagiaan yang luar biasa, dan dia mau jadi relawan,” tutur Jakiman kepada Shelly. Mendengar hal itu, Shelly pun merasa  terharu, bangga, sekaligus senang.

Jakiman membantu mengantar makanan untuk relawan Tzu Chi dan pasien yang melakukan pemeriksaan di lokasi screening dan baksos Cianjur dengan menggunakan mobil

Walau selama ini Jakiman sudah sering mengantar Shelly ke kegiatan, ikut baksos, bagi beras, mengantar celengan bambu, ke pondok pesantren dan kegiatan amal sosial lain, tapi hatinya masih belum tertarik untuk jadi relawan. Melalui baksos inilah, ia memantapkan hatinya untuk mulai melangkah di Tzu Chi. “Cianjur itu begitu jauh, tapi relawan Jakarta bisa datang ke sana. Saya lihat semuanya senang. Semangat relawan untuk menolong orang, walaupun lelah, tapi masih mondar-mandir sampai malam, hati saya merasa tersentuh melihat kedermawanan relawan Tzu Chi,” jelasnya. 

Bertekad menjadi Orang yang Lebih Baik

Jakiman pun mengikuti sosialisasi relawan Tzu Chi pada 3 April 2016, disusul dengan Pelatihan Relawan Abu Putih tanggal 10 April 2016 yang berlangsung di Gedung Gan En Lt.3, Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. “Hari ini  bisa ikut pelatihan, saya merasa sudah ada jalinan jodohnya. Saya tersentuh dengan wejangan-wejangan yang ada, dan cerita membantu orang lain, saya merasa termotivasi karena yang ingin dijalankan semuanya adalah untuk kebajikan,” kata Jakiman.

Ia juga didukung penuh oleh keluarganya, “Mendapat dukungan keluarga. Ini berkah yang besar bagi saya. Mereka bilang bagus karena menanam kebajikan.” Adanya dukungan penuh dari istri dan anak membuat Jakiman merasa lebih mantap dan tenang mengikuti pelatihan ini. Bahkan putri bungsunya, Feni Andriyani (22) amat tersentuh mendengar cerita sang ayah sepulang dari Cianjur. Sehingga Feni, mahasiswi semester akhir di Satyagama Cengkareng ini, bersedia mengikuti jejak dan mendampingi sang ayah mengikuti sosialisasi relawan Tzu Chi dan Pelatihan Relawan Abu Putih. 

“Saya sudah lama kenal Tzu Chi lewat celengan bambu yang diadakan di perusahaan, setelah mendengar cerita bapak tentang baksos Cianjur, perasaan saya begitu tersentuh. Jadi saya juga ingin ikut training jadi relawan. Saya melihat Tzu Chi tidak pernah membedakan agama, gerak dan tanggapannya cepat. Dan saudara juga ada yang mendapat bantuan dari Tzu Chi setiap bulan,” cerita Feni dengan semangat, saat ini ia bekerja sebagai staf administrasi di PT. Inti Sumber Baja Sakti. 

Feni pun menyimpan sebuah harapan, “Saya berharap bisa mengajak dan mengenalkan teman-teman di kampus tentang celengan bambu. Tiap kali saat penuangan celengan mendengar suara cring…cring..cring... jatuh ke tempat penuangan, saya sangat senang,” lanjut Feni dengan tertawa. 

Begitu pun dengan Jakiman, setelah melihat dan mendengar banyak dari sharing relawan di pelatihan tersebut, ia berharap bisa menjadi orang yang lebih baik lagi. “Di rumah kadang ada timbul omongan yang tidak enak ke istri, sekarang ini bisa lebih ingat untuk bisa berubah. Ikut kegiatan, kita merasakan semakin lama hati kita semakin bisa bersyukur. Saya berharap ke depannya saya bisa lebih aktif lagi,” harap Jakiman seraya menutup pembicaraan.

 


Artikel Terkait

Membina Kebijaksanaan Lewat Pelatihan Relawan Abu Putih

Membina Kebijaksanaan Lewat Pelatihan Relawan Abu Putih

08 Juli 2022

Relawan Tzu Chi Medan mengadakan pelatihan relawan Abu Putih ke-2 di tahun 2022. Pelatihan dilakukan untuk mengenalkan Visi dan Misi Tzu Chi kepada relawan, serta membina kebijaksanaan menjadi Bodhisatwa dunia.

Keyakinan Tak Tergoyahkan

Keyakinan Tak Tergoyahkan

01 November 2018
Mengisi pekan terakhir di bulan Oktober, Tzu Chi Medan mengadakan Pelatihan Relawan Abu Putih ke 3. Training yang diadakan pada 28 Oktober 2018 di Kantor Tzu Chi Medan itu mengangkat tema Shǒu Zhī Bù Dòng atau yang dalam Bahasa Indonesia berarti Keyakinan Tidak Tergoyahkan.
Ikrar 1.000 Hati untuk DAAI TV

Ikrar 1.000 Hati untuk DAAI TV

12 Desember 2017
Yessie Christina, relawan Tzu Chi komunitas He Qi Utara 1 pada pertengahan bulan November 2017 lalu dilantik sebagai komite Tzu Chi di Hualien, Taiwan. Di hadapan Master Cheng Yen, ia berikrar untuk menggalang 1.000 hati untuk mendukung DAAI TV Indonesia.
Kita harus bisa bersikap rendah hati, namun jangan sampai meremehkan diri sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -