Melatih Diri dalam Setiap Perubahan
Jurnalis : Stephen Ang (He Qi Utara), Fotografer : Stephen Ang (He Qi Utara), Indarto (He Qi Barat), Clarissa (Tzu Shao Ban)Kelancaran Kamp Pelatihan dan Pelantikan Relawan Biru Putih 2015 yang dilaksanakan pada tanggal 9-11 Oktober 2015 di Aula Jing Si, Pantai Indak Kapuk, Jakarta Utara tak lepas dari peran relawan yang tergabung dalam Tim Alur Lapangan atau disebut juga relawan Chang Kong.
Kamp Pelatihan dan Pelantikan Relawan Biru Putih 2015 yang dilaksanakan pada tanggal 9 – 11 Oktober 2015 di Aula Jing Si, Pantai Indak Kapuk, Jakarta Utara oleh Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia berjalan dengan baik dan sukses. Kelancaran kegiatan kamp pelatihan yang diikuti oleh 709 peserta dari berbagai kota di Indonesia ini tak lepas dari kesungguhan hati tim panitia yang bekerja sama dengan solid dari masa persiapan dua bulan lalu hingga pelaksanaan pada hari perhelatan.
Salah satunya adalah tim Alur Lapangan atau biasa disebut Chang Kong yang memegang peran cukup penting dalam sebuah kamp. Tim Alur Lapangan ini bertugas membuat denah alur barisan baik saat peserta kamp memasuki maupun keluar ruangan. Tantangan yang dihadapi adalah bagaimana merancang sebuah denah alur yang rapi dan tidak bertabrakan.
Persiapan penyusunan denah alur lapangan telah dimulai dua bulan sebelum kamp dilaksanakan. Proses pertama yang dilakukan adalah meeting yang dilanjutkan dengan menyurvei kondisi lapangan dari berbagai sudut.
Penyusunanan denah alur berawal dengan mengenal kondisi lapangan dan mengamati dari beberapa sudut pandang sehingga didapatkan gambaran utuh. Denah yang telah dibuat kemudian dipraktekkan langsung untuk memastikan alur yang yang telah dirancang dapat berjalan dengan baik.
Prinsip dalam membuat alur adalah sederhana, sedekat mungkin, dan tidak berbenturan sehingga dapat mempersingkat mobilisasi semua peserta. Tentunya pada saat yang sama akan terlihat kerapihan dan keseragaman berapapun banyaknya peserta dalam kamp tersebut.
Menyesuaikan Diri Terhadap Perubahan
Menjadi relawan tim Alur Lapangan merupakan sebuah ladang pelatihan diri yang sangat baik dan sekaligus menjalin jodoh dengan banyak orang. Hal ini terlihat dari bagaimana para relawan alur lapangan membawa peserta memasuki ruangan dan mengarahkan sesuai tempat duduk maupun saat menuju ruang istirahat dan ruang makan hingga saat para peserta melakukan pradaksina. Lebih dari itu, para relawan tim alur juga mengemban tanggung jawab untuk memperhatikan kebutuhan dan menjawab pertanyaan dari peserta. Semua ini membutuhkan kerja sama dengan seluruh anggota panitia.
Yuli Natalia, relawan komite Tzu Chi yang berpengalaman menjadi panitia dalam berbagai acara besar di Tzu Chi ini berbagi kisahnya di sela-sela waktu istirahat. “Dulu itu masih pakai membayangkan sambil gambar sambil meeting, pakai kertas yang besar dan digambar dengan warna. Sekarang enak sudah siap. Sangat gan en, paling kita hanya coba tes jalan dulu apakah sudah baik atau ketemu masalah apa,” tutur Yuli.
Yuli sejak menjadi relawan pada tahun 2005 silam, dia telah berulang kali membantu dalam penataan alur lapangan atau Chang Kong. Melalui berbagai tugas inilah Yuli mendapatkan banyak pengalaman sekaligus melatih dirinya. Hal ini kemudian dia terapkan pada kegiatan-kegiatan selanjutnya dengan menerapkan ‘pengosongan diri’ atau tidak memaksakan kehendak dan bersiap akan perubahan yang mungkin terjadi.
“Dulu saya tidak bisa terima yang tiba-tiba. Tapi saya ditugaskan selalu di Chang Kong, jadi benar-benar saya latihnya banyak. Sekarang kalau terjadi apa bisa langsung lepas dan senyum kembali, ga mikirin lagi,” lanjutnya.
Yuli Natalia (kanan) dan Viny Kurniawan (kiri) mendapatkan banyak pelajaran dengan menjadi relawan yang tergabung dalam Tim Alur Lapangan atau Chang Kong.
Senada dengan itu, relawan alur lain, Viny Kurniawan juga merasakan hal yang sama ketika ikut terlibat dalam Kamp Pelatihan dan Pelantikan Biru Putih 2015 yang skalanya tergolong besar. “Ini kan lumayan rumit. Belum lagi meja makan yang nomornya acak. Kita kasih tunjuk peta saja kadang orang bingung, sudah pakai warna-warna saja belum bisa. Akhirnya denah alur ini kita jalankan tetap bersama-sama,” jelasnya.
Adanya perubahan yang terjadi setiap saat menjadikan Viny berpikir cepat dan juga belajar melepas –tidak memaksakan pendapat sendiri. Selain itu, terlibat dari persiapan awal dalam meeting sampai mengikuti setiap proses membuatnya lebih mudah menyesuaikan diri dengan kondisi lapangan.
Mempraktekkan Enam Paramita
Master Cheng Yen dalam ceramahnya mengatakan bahwa salah satu kualitas penting yang harus dilatih adalah kesabaran. Kesabaran dapat memberi kita kekuatan untuk mengendalikan situasi yang sulit. Ketika kita berhadapan dengan berbagai kondisi, maka kita harus melatih kesabaran dan menjaga hati sehingga menjadi lebih maju. Melalui hal ini, secara tidak langsung kita telah mempraktekkan Enam Paramita yaitu berdana, sila, kesabaran, semangat, konsentrasi, dan kebijaksanaan.
Perubahan di lapangan lumrah terjadi. Hal ini tak boleh membuat para relawan Chang Kong kelimpungan. Pasalnya, kelancaran barisan menjadi penentu kelancaran acara.
Berdana ditunjukkan dari waktu untuk bangun lebih awal dan tidur paling akhir untuk memastikan semua keadaan berjalan dengan baik sesuai jadwal. Sementara sila tercermin saat relawan menjaga hati, sikap hormat dalam berbicara dan bertindak, terutama dalam hal mengarahkan setiap peserta kamp. Tentu dalam menjalani kegiatan dibutuhkan dorongan semangat yang memberi kekuatan meski fisik terasa lelah. Tak kurang pentingnya konsentrasi yang memungkinkan hati dan pikiran relawan tim alur tetap tenang dalam mengarahkan peserta yang jumlahnya begitu besar. Terakhir, dibutuhkan kebijksanaan yang memungkinkan relawan selalu siap menghadapi perubahan yang terjadi dan dengan sigap mengambil langkah tepat untuk menyelesaikan setiap permasalahan.
Dengan hati yang tulus mempraktekkan Dharma, walaupun tidak mudah, kita harus memanfaatkan kesempatan untuk dapat melatih diri dalam kehidupan sehari-hari dan dalam kegiatan Tzu Chi. Semoga relawan Tzu Chi dapat membangkitkan semangat Bodhisatwa dalam dirinya dan menjadikan setiap hal sebagai ladang pelatihan diri sehingga dapat melakukan lebih banyak hal baik bagi dunia ini.