Melatih Diri Kita

Jurnalis : Anand Yahya, Fotografer : Anand Yahya
 
foto

Relawan Tzu Chi melakukan survei dan pembagian kupon langsung di Kampung Nelayan Hamadi yang berada di atas permukaan laut.

Denyut kegiatan warga Jayapura ternyata sedikit berbeda, di sana masyarakat baru mulai berkegiatan pada pukul 09.00 WIT, yang sudah cukup siang menurut orang Jakarta. Tapi, itulah Jayapura, Papua. Pagi hari tanggal 25 Mei 2008, para relawan Tzu Chi setempat dan relawan Makasar sudah berkumpul di Kelurahan Hamadi di Jl. Perikanan untuk membagikan kupon beras. Para relawan dibagi menjadi 5 kelompok, yang masing-masing terdiri dari 5-6 orang relawan. Acara pembagian beras akan dilakukan pada tanggal 29 Mei 2008.

Dokter Gunawan yang mengoordinir pembagian beras tersebut mendapat tugas membagikan kupon kepada warga yang tinggal di pesisir pantai, bersama relawan Jakarta Lulu shijie (panggilan untuk relawan perempuan) dan Yanto shixiong (panggilan untuk relawan laki-laki) dengan didampingi oleh ketua RT setempat.

Kelompok dr Gunawan mengunjungi perkampungan nelayan yang ada di Jalan perikanan. Saat mereka tiba di lokasi, sedang terjadi ombak besar sehingga untuk masuk ke perkampungan nelayan tersebut para relawan harus melewati jalan-jalan yang terbuat dari papan. Perkampungan nelayan tersebut terapung di atas laut. Seorang ibu mendampingi relawan berjalan menghampiri rumahnya. Di depan rumah ibu itu tampak seorang anak berumur 3 tahun yang sedang asyik bermain air. Mereka menerima para relawan Tzu Chi dengan sangat ramah. Raut wajah para nelayan dan juga anak-anak mereka hangat menyambut kunjungan relawan Tzu Chi ke rumah mereka.
foto  foto

Ket : - Para relawan Tzu Chi dari Jakarta dan Makassar berkoordinasi dengan Lurah Kampung Nelayan Hamadi
           dan Ketua-ketua RT setempat agar dapat saling mendukung saat melakukan pembagian kupon Beras Cinta
           Kasih. (kiri)
         - Kampung nelayan tempat Tzu Chi membagikan kupon beras memiliki lorong-lorong sempit yang jalannya
           disusun dari tiang kayu dan papan. (kanan)

Saat membagikan kupon di perkampungan nelayan, relawan menemukan sebuah keluarga yang sangat miskin. Rumah yang mereka tinggali memang cukup besar, namun rumah dihuni oleh beberapa keluarga. Kakek keluarga ini telah tergolek sakit selama 4 tahun. Kakek yang sudah berumur 86 tahun tersebut tak dapat melihat dan sebagian badannya lumpuh akibat stroke. Meski demikian, kakek ini tidak ingin menyusahkan anak-cucunya, untuk bangun dari tempat tidur ia menggunakan seutas tambang yang diikatkan di atap rumahnya. Ia tidak mau dibantu oleh anak-anak atau cucunya. Relawan Tzu Chi menghibur orang tua tersebut agar semangat hidupnya kian bertambah. Dengan membagikan kupon beras secara langsung, relawan Tzu Chi dapat melihat langsung kehidupan warga kurang mampu, sehingga dapat merasakan apa yang dialami oleh masyarakat miskin. Dalam kesulitan tersebut ada pelajaran yang sangat berharga untuk diteladani, seperti kakek tua yang dalam umur 86 tahun masih berusaha mandiri walaupun badannya lumpuh dan tak dapat melihat.

Pada malam harinya, relawan Tzu Chi mengadakan ramah-tamah di sebuah restoran milik seorang relawan. Dalam acara tersebut para relawan menceritakan pengalaman mereka saat membagi kupon dari pintu ke pintu dan betemu langsung dengan warga. Ada relawan yang mendapatkan lokasi di rawa-rawa, ada pula yang lokasinya di perbukitan ataupun pesisir pantai. Rata-rata para relawan merasa sangat senang saat membagikan kupon karena baru kali pertama mereka terjun langsung berinteraksi dengan orang yang mereka bantu. Sebelumnya, biasanya para relawan memberi bantuan lewat yayasan sosial lain tanpa pernah tahu sumbangannya itu diberikan pada orang-orang yang bagaimana kehidupannya. Salah seorang relawan Jayapura, Leni shijie, sangat senang dengan kegiatan survei seperti ini. Sewaktu ditanya apakah ia lelah, Leni shijie menjawab dengan tersenyum, ”Saya sangat senang dengan kegiatan yang sangat mulia ini.”

foto  foto

Ket : - Relawan Tzu Chi menghibur seorang kakek di Kampung Nelayan Hamadi yang mengalami kelumpuhan dan
           kedua matanya buta. Penderitaan ini sudah dialaminya 4 tahun namun ia tetap berusaha mandiri. (kiri)
         - Anak-anak kampung nelayan Hamadi dengan gembira menyambut para relawan Tzu Chi saat datang
           berkunjung. (kanan)

Sewaktu membagikan kupon tersebut, relawan tetap menemui adanya keluarga yang seharusnya layak mendapat kupon beras yang ternyata tidak terdaftar, padahal mereka sangat miskin. Dengan melakukan survei ini relawan dapat melihat langsung keluarga mana yang benar-benar layak mendapat bantuan. Para relawan Papua yang baru pertama kali melakukan pembagian beras dengan Tzu Chi, sedikit demi sedikit semakin mengerti pentingnya melakukan survei langsung ke lapangan. Semoga di waktu mendatang misi Tzu Chi di Papua terus berkembang menjadi misi pengobatan pula, melihat di daerah Jayapura banyak warga yang tidak mampu berobat karena keterbatasan ekonomi.

 

Artikel Terkait

Memupuk Ilmu di Sekolah Baru

Memupuk Ilmu di Sekolah Baru

12 Agustus 2010 Memadainya sarana dan pra sarana di Sekolah Unggulan Cinta Kasih seakan telah mengubah jiwa Lina menjadi lebih semangat lagi dalam menuntut ilmu. Tersedianya fasilitas penunjang yang baru telah memberikan angin segar bagi kehidupan
Satu Langkah Kecil Menggalang Hati

Satu Langkah Kecil Menggalang Hati

11 Maret 2013 Para pendonor mulai berdatangan dan mereka mendaftar ke relawan di meja pendaftaran yang telah disediakan di depan Kantor Penghubung Tzu Chi Bali. Para pendonor dengan sabar menunggu giliran untuk diperiksa dan diambil darahnya.
Lebih Peduli Kesehatan Berkat Baksos Degeneratif

Lebih Peduli Kesehatan Berkat Baksos Degeneratif

08 Januari 2019

Tzu Chi Bandung kembali mengadakan baksos degeneratif tahap kedua, pada Minggu 6 Januari 2019 di Kelurahan Dunguscariang, Kecamatan Andir, Kota Bandung. Baksos lanjutan ini untuk melihat perkembangan kondisi kesehatan pasien yang telah mengikuti baksos degeneratif tahap pertama pada 9 Desember 2018 lalu.

Cemberut dan tersenyum, keduanya adalah ekspresi. Mengapa tidak memilih tersenyum saja?
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -