Melatih Diri Menumbuhkan Kebijaksanaan
Jurnalis : Elin Juwita (Tzu Chi Tebing Tinggi), Fotografer : Erik Wardi (Tzu Chi Tebing Tinggi)Sebanyak 38 relawan mengikuti kegiatan Pelatihan
Relawan Abu Putih di Kantor Penghubung Tebing Tinggi. Mereka pun berbaris rapi
memasuki ruangan kegiatan yang didampingi oleh Duifu.
Master Cheng Yen selalu mengingatkan setiap insan Tzu Chi untuk selalu menggenggam waktu tanpa menyia-nyiakan sedetik pun serta tekun dan bersemangat dalam menggarap lahan batin, sehingga bisa menumbuhkan kebijaksanaan. Inilah yang menjadi tekad dari 38 relawan Tzu Chi Tebing Tinggi dalam mengikuti kegiatan Pelatihan Relawan Abu Putih pada hari Minggu, 29 Juli 2018. Kegiatan pelatihan ini diikuti oleh relawan dari beberapa kota di antaranya Kisaran, Laut Tador, dan Medan.
Tepat pukul 08.00 WIB, para peserta telah berbaris rapi dengan dibimbing Duifu untuk memasuki ruangan pelatihan. Setelah memberikan penghormatan kepada Master Cheng Yen, menyanyikan Mars Tzu Chi, dan membaca sepuluh sila Tzu Chi, Rusli Shixiong memberikan bimbingan dan kesepakatan kepada peserta pelatihan. Ada beberapa materi yang telah disiapkan para pembicara.
Dalam kegiatan pelatihan ini para peserta dikenalkan
pula tata krama di Tzu Chi.
Materi pertama disampaikan oleh Pinnie Johan Shijie yang membawakan topik “Galang Hati Galang Dana”. Pinnie Shijie menjelaskan tentang masa celengan bambu yang merupakan penerapan nyata dari “berikrar sebuah niat baik setiap harinya”. Tujuan utama dari penggalangan dana adalah galang hati para donatur tanpa membedakan antara yang kaya dan yang miskin. Setiap orang memiliki niat kebajikan. Menggalang dana juga sebagai salah satu cara untuk menjalin jodoh baik dengan banyak orang. Pinnie memberikan sharing pengalamannya sebagai penggalang donatur pertama di Tebing Tinggi yang awalnya sangat sulit untuk mencari donatur karena masyarakat Tebing Tinggi belum mengenal Tzu Chi. Tetapi tekadnya tidak pernah surut dan bagaimana sukacita yang didapatkan Pinnie bisa membangkitkan cinta kasih dalam diri setiap donatur.
Sementara itu Chen Kan Liang Shixiong memberikan sharing tentang “Keindahan Budaya Humanis Tzu Chi” yang merupakan salah satu misi Tzu Chi. Budaya Humanis Tzu Chi adalah inti dari nilai kepribadian. Chen Kan Liang Shixiong menjelaskan Budaya Humanis Tzu Chi ditunjukkan dalam sikap bersyukur, menghormati, dan cinta kasih. Insan Tzu Chi pun dapat melengkapi diri dengan “empat cara bersikap” (tahu berpuas diri, bisa bersyukur, penuh pengertian, dan bertenggang rasa). Insan Tzu Chi juga memperlakukan orang dan menangani masalah dengan “empat cara hidup harmonis” (bersatu hari, ramah tamah, saling mengasihi, dan bergotong royong).
Setelah mendapatkan sharing tentang tata krama di Tzu Chi, para peserta pun diajak
untuk mempraktikkan tata krama ketika duduk dan makan pada sesi makan siang
berlangsung.
Menjelang makan siang, peserta disuguhkan materi tentang “Tata Krama Tzu Chi” yang dibawakan oleh Utami Deni Shijie. Utami Shijie menjelaskan sikap berpakaian, empat sikap berjalan, serta sikap ketika makan. “Citra yang tampak dari diri seseorang merupakan tampilan dari moral yang ada di dalamnya. Sikap dan kelakuan yang baik juga dapat mempengaruhi orang. Banyak orang yang bergabung ke dalam Tzu Chi karena melihat keindahan dan kebaikan dari penampilan dan tingkah laku para anggota komite dan anggota Tzu Cheng seperti kata perenungan Master Cheng Yen Keindahan sebuah kelompok terletak pada pembinaan diri masing – masing individunya,” kata Utami Deni Shijie.
Para peserta pelatihan pun diajak untuk mempraktikkan tata krama makan dan duduk seperti yang telah disampaikan pada sesi sebelumnya. Usai mempraktikkannya, kegiatan dilanjutkan dengan sharing dari Wardi Shixiong tentang “Memupuk Berkah dan Kebijaksanaan”. Inti dari yang disampaikan Wardi Shixiong adalah pembinaan diri harus dilakukan di luar dan di dalam. Keberkahan dan kebijaksanaan harus dipupuk secara bersamaan. Membina diri melalui tindakan nyata dengan cara terjun langsung kemasyarakat, bersumbangsih bagi masyarakat, dan membimbing semua makhluk menjadi berkesadaran.
Para peserta saling mengucapkan Gan En (terima kasih) kepada sesama peserta karena telah mempunyai
jalinan jodoh sebagai keluarga besar Tzu Chi.
Disela-sela pelatihan, relawan memeragakan isyarat tangan “Mei Kwan Xi, Mei Kwan Xi” dengan mengajak seluruh peserta pelatihan mengikuti gerakan isyarat tangan tersebut. Menjelang berakhirnya kegiatan pelatihan, Arifin Wijaya Shixiong mengenalkan tentang “Zhen Shan Mei, Sejarah dan Perkembangannya”. Dalam pemaparannya, Arifin Wijaya Shixiong menjelaskan fungsi Zhen Shan Mei sebagai saksi dan pencatat sejarah kehidupan manusia yang akan diwariskan ke generasi berikutnya. Mewariskan jejak cinta kasih yang berlandaskan kebenaran, kebajikan, dan keindahan sehingga hati manusia bisa disucikan.
Di akhir kegiatan, para peserta diajak untuk sharing tentang apa yang mereka dapatkan dalam pelatihan hari ini. “Saya termotivasi dari Shixiong Shijie di Tzu Chi ini yang begitu giat bersumbangsih dalam barisan Tzu Chi. Bersumbangsih dalam masyarakat agar bisa bantu lebih banyak orang yang menderita, maka hari ini sangat bersukacita bisa ikut dalam pelatihan kali ini,” ungkap Susanti Shijie. “Materi yang paling berkesan bagi saya khusunya yang bagian Zhen Shan Mei khususnya di bidang humanisnya bahwa kita harus bijaksana dalam menyaring berita yang didengar. Jangan kita menyebar berita yang negatif atau tidak benar karena akan merusak mental kita dan juga mental generasi berikutnya,” sambungnya. Kegiatan ini kemudian ditutup dengan doa bersama.
Kegiatan pelatihan pun diakhiri dengan melakukan doa
bersama.