Melatih Empati dari Kunjungan Kasih

Jurnalis : Hendrik Simanjuntak (Tzu Chi Cabang Sinar Mas) , Fotografer : Heru Budi (Smartfren Yogyakarta)

Puger Mulyono memberi edukasi tentang penularan virus HIV/AIDS dan cara mencegah agar tidak tertular.


“Hendaknya setiap orang bisa menyadari berkah yang dimilikinya, serta bisa menghargai dan menciptakan kembali berkah tersebut”
-Kata Perenungan Master Cheng Yen-

Komunitas Relawan Smartfren Regional Jawa Tengah bersama Paguyuban Sinar Mas Yogyakarta dan Solo menggelar kunjungan kasih ke Yayasan Lentera, Minggu (20/8/23). Kunjungan ini untuk memberikan perhatian bagi anak-anak penderita HIV-AIDS yang ditampung Puger Mulyono beserta istri dan dibantu 6 pengasuh. Puger Mulyono merasa iba terhadap anak-anak ini. Terlebih mereka banyak yang ditelantarkan sanak saudaranya sepeninggal orang tuanya yang rata-rata sudah meninggal dunia akibat virus ini.

Saat ini Yayasan Lentera menampung 40 anak. Sebagian besar sudah masuk usia sekolah mulai dari Paud, SD, SMP dan SMK. Puger dan tim mengupayakan anak-anak di sini menjalani hidup normal selayaknya anak-anak lainnya.

Relawan bermain bola dengan anak-anak.

“Anak-anak memang kami upayakan tetap bersekolah yang mau menerima kondisi mereka. Sehingga pelan-pelan mereka juga tidak merasa dikucilkan. Kami juga berikan pengetahuan mengenai penyakit yang mereka idap, bagaimana penularannya dan bagaimana mencegah penularannya,” terang Puger kepada relawan.

Dalam kunjungan kasih ini para relawan dari Smartfren dan Paguyuban Sinarmas membagikan sepatu dan seragam sekolah kepada anak-anak penghuni Yayasan Lentera. Di samping memberi bantuan, para relawan juga berinteraksi dengan anak-anak di sana, ada yang bermain games dan ada juga yang bermain bola.

“Saya menjadi lebih memahami bagaimana cara penularan virus ini setelah dijelaskan oleh Pak Puger dan pengasuh lainnya. Tidak ada yang tertular virus HIV/AIDS walaupun setiap hari mereka hidup bersama dengan anak-anak pengidap virus HIV/AIDS ini. Hal ini membuat saya lebih berani untuk mengajak interaksi sama anak-anak,” ujar Maria, relawan Smartfren Yogyakarta.

Relawan memberikan hadiah games kepada anak-anak.

Kunjungan ini membawa keceriaan bagi anak-anak yang ditampung yayasan ini. Salah satunya M (18). “Saya sangat terkesan dengan aktivitas yang dilakukan oleh para relawan dalam kunjungan kasih ini. Saya sangat gembira karena tidak banyak orang yang berkunjung mau bermain bersama-sama kami karena mereka khawatir kalau berdekatan dengan kami akan tertular virus. Padahalkan virus ini kan hanya bisa tertular lewat cairan tubuh,” ujarnya.  

Hal serupa juga disampaikan Tika, salah satu pengasuh yang sudah 8 tahun bekerja di Yayasan Lentera. “Jadi mereka itu kebanyakan korban kasus dari orang tua, penularan dari orang tua. Anak-anak di sini kenapa terkena HIV karena ibunya tidak tahu HIV, melahirkannya normal kemudian diberikan ASI dari sang ibu sehingga penularannya di situ. Bisa saja dari semenjak dari kandungan terkena positif HIV, tetapi itu bila ada luka di plasenta, tetapi itupun kemungkinannya sangat jarang sekali. Karena virus itu tidak bisa tembus plasenta. Proses penularan paling tinggi itu ketika proses melahirkan normal, dan ketika melahirkan diberikan ASI dari ibu yang positif terkena HIV, nah di situlah proses penularannya,” tuturnya.

Relawan menyerahkan secara simbolis sepatu dan baju seragam sekolah kepada salah satu anak.

Di penghujung acara, Puger berpesan agar para relawan dapat bercerita kepada banyak orang supaya jangan mengucilkan para penderita HIV/AIDS karena takut tertular. “Tolong ceritakan kepada teman-teman maupun orang banyak supaya tidak mengucilkan orang-orang korban virus ini, karena bapak dan ibu semua sudah melihat bagaimana kami di tempat ini, walaupun setiap hari berinteraksi dengan anak-anak di sini tidak satupun dari kami yang tertular. Penyakit ini hanya tertular akibat hubungan badan, darah, maupun cairan tubuh yang terkena langsung,” paparnya.

Setelah selesai berkegiatan para relawan berkumpul bersama untuk berbagi cerita tentang apa yang dirasakan dalam kegiatan tersebut. Dita salah satu relawan dari Smartfren Yogyakarta mengatakan bersyukur bisa ikut melatih empatinya setelah berinteraksi dengan anak-anak di yayasan ini.

“Saya bersyukur sekali dapat berbagi dengan anak-anak di sini, dan saya juga menjadi lebih bersyukur dalam hidup dengan melihat keadaan anak-anak yang masih tetap bisa riang gembira walaupun mereka tahu tentang penyakit yang mereka idap,” ucapnya.

Editor: Khusnul Khotimah

Artikel Terkait

Kunjungan Kasih Untuk Opa dan Oma

Kunjungan Kasih Untuk Opa dan Oma

05 Februari 2016

Kunjungan ke Panti Sahabat Baru merupakan kegiatan rutin satu bulan sekali yang dilakukan relawan, sehingga terjalin keakraban antara relawan dan opa oma.

Banyak Cara Menuju Jalan Kebajikan

Banyak Cara Menuju Jalan Kebajikan

17 Januari 2018
Bersumbangsih tidak hanya dengan menyumbangkan sejumlah dana, namun bisa melalui banyak cara. Seperti yang dilakukan oleh relawan dan petani dari desa binaan Tzu Chi Singkawang. Mereka tidak hanya menyumbangkan dana, tetapi juga menyumbang sejumlah beras dan benih padi unggul yang mereka tanam sendiri.
Sudah Bisa Tersenyum dan Melanjutkan Hidup

Sudah Bisa Tersenyum dan Melanjutkan Hidup

27 November 2020

Sebuah pen implan yang tampak seperti antena televisi terpasang di sepanjang kaki kanan Pita Rosita (24). Sembari duduk di kasur, ia membuka perban yang membalut kakinya tersebut dan pelan-pelan membersihkannya dengan cairan pembersih luka. “Sudah seperti perawat ya Pita, sudah terampil,” kata Beti Susanti, relawan Tzu Chi yang mengunjungi Pita pagi itu, Kamis 26 November 2020. 

Cinta kasih tidak akan berkurang karena dibagikan, malah sebaliknya akan semakin tumbuh berkembang karena diteruskan kepada orang lain.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -