Melawan Rasa Takut untuk Menolong Sesama

Jurnalis : Yusie (He Qi Timur), Fotografer : Cun Meng (He Qi Timur)
 

foto"Orang lain yang tidak kami kenal pun mau membantu mendonorkan darahnya demi menolong ayah saya,” jelas Iwanta dengan mata berkaca-kaca kepada relawan Tzu Chi.

Bersumbangsih tanpa pamrih justru akan membangkitkan rasa terima kasih dalam diri orang yang dibantu. Inilah yang disebut menjalin jodoh baik. (Master Cheng Yen)

Ada yang berbeda di Jing Si Books & Café Kelapa Gading pada hari Sabtu, 26 Februari 2011. Banyak pengunjung yang datang, bangku-bangku sudah disusun begitu rapi, berbagai peralatan disiapkan, dan relawan dengan penuh semangat tampak saling membantu. Jing Si Books & Cafe memang terlihat penuh namun tetap tenang karena ada kegiatan donor darah yang diselenggarakan oleh para relawan Tzu Chi dari He Qi Timur. Sebanyak 59 relawan Tzu Chi hadir untuk bersumbangsih di kegiatan yang dilakukan setiap 3 bulan sekali itu. Ternyata kegiatan ini menjadi catatan yang penting di agenda setiap relawan, karena semua bersukacita meluangkan waktu untuk membantu.

Pukul 14.00 WIB satu per satu donor darah mendapatkan giliran. Semuanya harus melakukan pemeriksaan terlebih dahulu, yang dibantu oleh seorang dokter dan 8 petugas dari Palang Merah Indonesia (PMI) Jakarta. Dari 117 calon donor yang mendaftar, sebanyak 75 kantong darah bisa dihasilkan. Ada 42 pendonor yang belum berkesempatan untuk bersumbangsih. Sebagian besar karena kadar hemoglobin maupun tekanan darahnya tidak memenuhi persyaratan. Namun berapa pun jumlah kantong darah yang diperoleh, semua relawan bersyukur karena masih banyak manusia di dunia ini yang berniat baik untuk mendonorkan darahnya membantu sesama. Untuk itu, semua relawan mengucapkan “Gan en….” pada semua donor yang sudah hadir.

foto  foto

Keterangan :

  • Para peserta donor darah sedang antri mendaftarkan diri yang dipandu oleh relawan Tzu Chi dari He Qi Timur. (kiri)
  • Leni Jawati mulai mendonorkan darahnya sejak tahun 2006 karena rasa sayangnya kepada mertuanya. (kanan)

Inspirasi dari Orang Lain
Pengalaman di masa lalu telah mendorong sepasang suami-istri dari wilayah Kelapa Gading, Iwanta (41) dan Leni Jawati (41) untuk rutin mendonorkan darah mereka. Leni mengisahkan bahwa pada tahun 2006, mertuanya menderita Diabetes Mellitus (kencing manis) sehingga mengharuskan beliau untuk dioperasi. Karena membutuhkan darah yang cukup banyak untuk membantu proses operasi, maka keluarga mencari donor yang mempunyai golongan darah yang sama, yaitu golongan darah B. Dari pihak keluarga sendiri tidak ada yang mempunyai golongan darah yang sama, semua bergolongan darah O. Hanya Leni dan ada orang lain yang penuh welas asih ikut mendonorkan darahnya. Ternyata orang itulah yang mengetuk hati Iwanta untuk bertekad mulai mendonorkan darahnya. “Saya menyadari bahwa hidup ini hanya sementara. Orang lain yang tidak kami kenal pun mau membantu mendonorkan darahnya demi menolong ayah saya. Itulah yang mengubah diri saya untuk mau mulai mendonorkan darah,” jelas Iwanta dengan mata berkaca-kaca. Bapak Iwanta sendiri cukup takut untuk melihat jarum dan darah, tetapi beliau dengan gagah berani melawan rasa takutnya itu demi menolong orang lain yang membutuhkan. Sebuah perjuangan yang patut kita contoh. Akhirnya hingga saat ini Iwanta sudah terpanggil melakukan donor darah untuk yang ketiga kalinya. Leni juga mengatakan hal yang sangat menyentuh, “Membantu tidak harus melulu dengan uang. Saya juga punya tenaga, maka saya akan melakukan apa yang bisa saya lakukan. Menolong membangkitkan orang yang jatuh pun, sudah termasuk menolong.“

foto  foto

Keterangan :

  • Dari sekantong darah ini banyak jiwa sesama yang dapat terbantu dan terselamatkan. (kiri)
  • Thomas (dua dari kiri) turut mendonorkan darahnya karena terinspirasi dari istrinya, Pricillia yang sudah terlebih dahulu mendonorkan darah. (kanan)

Menularkan Cinta Kasih
Pengalaman yang berbeda dialami oleh sepasang suami-istri lain, Thomas (39) dan Pricillia (36). Mereka berdua sengaja datang dari daerah Cipinang, Jakarta Timur. “Saya mulai mendonorkan darah waktu ada tsunami di Aceh tahun 2005. Saya merasa sangat kasihan, dan berpikir apa yang bisa saya lakukan untuk membantu meringankan penderitaan mereka. Akhirnya bersama dengan teman-teman di tempat saya bekerja, kami mendonorkan darah,” Pricillia memulai ceritanya. Setelah tertunda beberapa waktu karena harus mengonsumsi obat dari dokter, akhirnya Pricillia menumbuhkan kembali cinta kasihnya melalui donor darah. Kali ini beliau menularkan cinta kasih itu kepada suaminya. Thomas pun berkesempatan ikut donor darah untuk pertama kalinya pada hari ini. “Saya memang sudah sejak lama ingin donor darah, hanya belum ada kesempatan. Hari Selasa, 15 Februari 2011, kami mengikuti sosialisasi relawan Tzu Chi (Tea Gathering) kemudian ada informasi mengenai donor darah ini. Jadi kami datang hari ini,” kata Thomas menutup pembicaraan.

Kedua kisah singkat tadi semoga menjadi inspirasi bagi kita semua untuk melakukan hal yang sama seperti mereka, memberikan anugerah yang mengalir di dalam tubuh kita selama ini, demi menolong sesama yang membutuhkan. Memberikan darah kita tidak akan membuat darah kita habis. Justru berkah kita akan semakin bertambah, karena kita melakukan apa yang baik untuk orang lain, dan juga baik untuk kita sendiri. Apabila kita tidak memenuhi persyaratan untuk mendonorkan darah, masih ada banyak hal lain di dunia ini yang bisa kita lakukan. Marilah mengukir kisah kita masing-masing supaya bisa menjadi inspirasi bagi orang lain.

  
 

Artikel Terkait

Sehat Dimulai dari Saya untuk Semua

Sehat Dimulai dari Saya untuk Semua

14 Februari 2020

Sebanyak 25 siswa dan orang tua dari TKQ Nurul Islam menghadiri seminar kesehatan di TK Tzu Chi yang dibina oleh Puskesmas Kamal Muara dan Penjaringan.

Sosialisasi Calon Relawan

Sosialisasi Calon Relawan

31 Mei 2012 Reni Shijie sebagai MC membuka acara dan mempersilahkan Nasandi Shixiong memaparkan Kisah Tzu Chi di Indonesia. Sebelumnya diputarkan sebuah video yang  bercerita tentang Kilas Balik Tzu Chi di Indonesia.
Bertemu Dewa Penolong

Bertemu Dewa Penolong

06 Februari 2014 Hok Cun, seorang relawan Tzu Chi yang biasa membantu menangani pasien penerima bantuan segera menemui dokter spesialis bedah tulang James M. Palealu Sp. OT yang menangani pengobatan Hansiang.
Bekerja untuk hidup sangatlah menderita; hidup untuk bekerja amatlah menyenangkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -