Melayani yang Terbaik di Screening Katarak untuk Masyarakat Cikarang

Jurnalis : Clarissa Ruth, Marlina (He Qi Cikarang), Fotografer : Clarissa Ruth, Marlina (He Qi Cikarang)

Anggota TIMA menjelaskan prosedur EKG di mana pasien harus melepaskan perhiasan yang mereka pakai.

Tzu Chi tidak berhenti untuk menyebarkan kasih, terutama soal kesehatan masyarakat. Dibantu dengan tim medis TIMA, Bakti Sosial Tzu Chi ke-143 akan segera diadakan di Kota Cikarang pada 29 Juni 2024, bekerja sama dengan Polres Cikarang, Jawa Barat. Nantinya, akan diadakan operasi katarak dan pterygium gratis bagi warga yang memang membutuhkan. Sebelum operasi berlangsung, ada proses screening yang diadakan di RS Sentra Medika Cikarang pada Sabtu, 22 Juni 2024. Sebanyak 46 tim medis (TIMA) dan 88 orang relawan Cikarang dengan tulus membantu agar kegiatan bisa berjalan dengan baik.

Screening sendiri merupakan pemeriksaan awal bagi pasien katarak untuk menentukan layak atau tidaknya pasien untuk dioperasi. Kegiatan operasi katarak gratis ini sebagai kontribusi terhadap kesehatan mata masyarakat Cikarang dan sekitarnya serta juga menjadi ladang berkah bagi para relawan yang hadir membantu. Sebanyak 180 warga Cikarang datang dan melakukan tahap-tahap screening. Banyak dari mereka memiliki harapan bisa lolos screening dan bisa dioperasi agar kembali bisa melihat dan dapat beraktivitas dengan mata yang cerah.

Cek tensi merupakan tahap awal pemeriksaan saat screening katarak.

Deden Efendi sedang melakukan pemeriksaan mata dengan dokter. Dari awal screening, ia sangat berharap bisa lolos ke tahap operasi.

Itu juga yang diharapkan Deden Efendi (49) yang sudah tidak jelas melihat karena katarak sejak tahun 2016. Sebelumnya, Deden bekerja sebagai tukang bangunan dan saat itu ditugaskan untuk merobohkan bangunan. Di situlah ia merasakan matanya mulai tidak jelas melihat. “Awalnya kaya kelilipan, tapi lama-lama buram dan susah, dua-duanya susah melihat. Yang lebih parah sebelah kiri benar-benar gelap, gak lihat apa-apa. Aktivitas jadi terkendala, sering kesandung, apalagi kalau malam jadi nggak pernah ngapa-ngapain. Paling siang aja, tapi itu juga harus ada yang menemani. Kalau nggak ya diam aja di rumah,” ungkap Deden.

Penglihatan Deden semakin parah di tahun 2019. Terpaksa karena kondisinya yang seperti itu, Deden jadi tidak bisa lagi mencari nafkah untuk kebutuhan sehari-hari. Saat ini ia hanya bergantung kepada anaknya dan itu yang membuat Deden ingin sekali bisa melihat normal seperti dulu, agar ia bisa mandiri dan tidak ketergantungan kepada anaknya. “Saya sedih kalau nggak bisa lihat gini, jadi nggak bisa kerja. Nggak mau ngerepotin anak karena mereka juga kan masih pas-pasan ngidupin keluarganya. Saya masih mau kerja, makanya nggak putus asa cari cara supaya bisa melihat dengan normal lagi. Pernah ada niatan mau operasi tapi nggak ada biaya,” cerita Deden sambil meneteskan air mata.

Saat anaknya memberi tahu bahwa Tzu Chi akan mengadakan operasi katarak gratis, Deden merasa ada secercah harapan untuknya. Anaknya pun mendaftarkannya dan menemaninya dari awal proses screening hingga akhir. Saat menunggu penentuan dari dokter apakah ia bisa lolos dioperasi, Deden sangat gugup dan selalu mengucapkan doa agar dia bisa berhasil ke tahap operasi. Perasaannya lega dan bersyukur saat dokter mengatakan Deden bisa dioperasi. “Alhamdulillah, senang banget bisa lolos untuk dioperasi minggu depan. Saya benar-benar berharap bisa kembali bisa melihat seperti dulu dan secepatnya mau cari kerjaan karena secara tenaga saya masih kuat. Pokoknya gimana caranya saya mau mandiri, nggak mau nyusahin anak malah kalau bisa bantuin anak-anak,” ungkap Deden dengan perasaan bersyukur.

Pemeriksaan mata dilakukan oleh perawat TIMA. Suherman sangat ingin kembali bekerja, maka ia sangat berharap bisa melihat kembali.

Dulunya aktif bekerja, tetapi karena katarak menghambat semua pekerjaannya, hal yang sama juga dirasakan oleh Suherman (66). Bapak dari tujuh orang anak ini berprofesi sebagai tukang kayu panggilan yang lebih sering memperbaiki bangunan salah satu sekolah dasar di Desa Sertajaya, Cikarang. Sudah selama tiga tahun bolak-balik puskesmas hingga akhirnya tidak bisa lagi dibantu dengan tetes mata, penglihatan Pak Suherman pun memburuk dan sulit untuk melanjutkan pekerjaannya akibat katarak yang dideritanya.

Udah dari tiga tahun lalu matanya begini (katarak), tapi dua tahun belakangan ini semakin parah, kerja juga jadi susah. Awalnya mungkin karena kerja di bawah sinar matahari terus jadi silau dan keringatan masuk ke mata, karena tiba-tiba penglihatannya kabur,” cerita Suherman. Tapi meski begitu, ia tetap masih menerima kerjaan apabila dibutuhkan, tetapi risikonya jadi lebih tinggi karena sering kali mengalami cedera. Itu yang membuat Suherman tidak berani lagi bekerja. “Suka nggak keliatan, waktu itu pernah mau makuin paku ke dinding, eh malah kena tangan saya. Saking udah buremnya ini matanya, keganggu banget,” kata Suherman.

Mendapat kesempatan untuk bisa dioperasi secara gratis, Suherman senang dan berharap ia bisa lanjut bekerja lagi dengan penglihatan yang lebih jelas. “Insya Allah, minggu depan operasinya berjalan lancar, saya juga sehat bisa lihat lagi. Pinginnya sih setelah berhasil dioperasi mau lanjut kerja lagi dan lebih baik lagi ke depannya,” harap Suherman.

Rocky Kambu, atau akrab dipanggil Mr. Black, sangat puas dengan pelayanan baksos kesehatan Tzu Chi. Pada tahun 2017, ia pernah dibantu operasi mata sebelah kanan dan sekarang kembali lolos screening. Mata kirinya akan dioperasi pada tanggal 29 Juni 2024.

Ada juga Rocky Kambu (60) atau akrab dipanggil Mr. Black asal Papua yang sudah merantau lebih dari 45 tahun. Saat ini ia masih bekerja sebagai petugas keamanan di RS Sentra Medika Cikarang. Tentu penglihatan yang jelas harus ia miliki, tetapi pada tahun 2016 mata sebelah kanan terkena katarak. Di tahun 2017, Tzu Chi pernah juga mengadakan baksos operasi gratis dan mulai dari situlah Rocky bisa berjodoh dengan Tzu Chi.

“Waktu itu saya pernah dioperasi sama Tzu Chi dan saya suka cara penanganannya. Alurnya rapi, relawannya baik-baik, dan penyembuhannya juga cepat. Tapi ternyata benar kata orang kalau sudah pernah kena di mata yang satu, mata yang lainnya juga kena. Hanya selang tujuh bulan mata sebelah kiri saya buram dan dokter di sini (RS Sentra Medika) bilang ada katarak lagi,” cerita Rocky.

Memiliki kepercayaan yang besar terhadap Tzu Chi, Rocky pun menunggu baksos Tzu Chi selanjutnya di Cikarang. Keinginannya pun akhirnya terwujud saat ada informasi bahwa Tzu Chi akan membantu warga Cikarang lagi. Rocky pun langsung mendaftarkan diri dan berharap kali ini dia juga berkesempatan untuk dioperasi oleh tim medis Tzu Chi. “Saya percaya suatu saat Tzu Chi datang lagi ke sini karena saya udah nyaman, saya nggak mau di tempat lain. Penglihatan juga walaupun agak buram, tapi saya masih berusaha untuk bekerja dengan baik. Jadi saat tahu Tzu Chi mengadakan lagi, saya langsung daftar dan senang sekali penantian delapan tahun saya nggak sia-sia,” ungkap Rocky. Ia pun percaya minggu depan saat dioperasi, matanya akan ditangani dengan baik. “Saya yakin kalau di Tzu Chi ini sembuhnya bisa cepat, saya juga bisa cepat lanjut kerja,” lanjut Rocky.

Rocky juga bercerita ia salut dengan ketulusan hati para relawan Tzu Chi yang peduli dengan orang banyak dan menginspirasinya banyak orang, termasuk dirinya, untuk menyebarkan cinta kasih. “Saya berniat nanti kalau saya udah nggak kerja lagi (pensiun), mau ikut bergabung bersama Tzu Chi. Pingin juga melakukan hal yang baik untuk sesama walaupun tidak bisa dengan dana tapi bisa dengan tenaga dan ketulusan hati,” harap Rocky.

Relawan TIMA berupaya membuat para pasien rileks, menghilangkan rasa takut mereka dengan mengajak bercanda dan berbicara.

Sudah Seperti Keluarga Sendiri
"Di Tzu Chi benar-benar menebarkan cinta kasih dan merupakan sarana pelatihan diri. Banyak sekali yang dipelajari, bukan hanya berbuat kebajikan saja, tetapi di Tzu Chi juga mengajarkan banyak teori yang akan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari," kata Linda Setia Atmaja, relawan dan ketua Xie Lie Cikarang, Lippo, yang juga bertugas sebagai koordinator di screening baksos kesehatan Tzu Chi ke-143 di Cikarang. Jalinan jodoh dengan Tzu Chi yang terjalin sejak tahun 2017 lalu dimulai saat Tzu Chi mengadakan baksos kesehatan untuk pertama kalinya di Cikarang. Dari situlah ia merasakan ada panggilan hati untuk membantu sesama, hingga saat ini ia juga aktif di misi amal.

Ternyata nilai-nilai baik Tzu Chi juga ia bawa dalam kehidupan nyatanya. Ketulusan hati Linda terlihat pada Rubiatiyem (58), sang asisten rumah tangga yang sudah bekerja bertahun-tahun di rumahnya. Dari awal, Linda tahu bahwa Rubi memiliki kekurangan di bagian penglihatan karena memiliki riwayat glaukoma dan juga katarak. Namun, Linda tetap menerima dan mempertahankan Rubi untuk mencari nafkah di tempatnya. “Dari awal, Ibu Rubi sudah jujur dan saya selalu melihat dari hati dan niatnya bekerja. Ibu Rubi membuktikan itu. Terlepas dari penglihatannya yang kurang, ia sangat rajin dan hatinya sangat baik. Kami memiliki kedekatan yang sangat baik, jadi satu kekurangan saja tidak menjadi halangan bagi saya untuk terus memberi Ibu Rubi pekerjaan,” ungkap Linda dengan tulus hati.

Bertugas sebagai salah satu koordinator di screening baksos kesehatan di Cikarang, Linda teringat dengan Rubi dan memintanya untuk datang dalam pemeriksaan tersebut. Awalnya, Rubi menolak, tetapi karena Linda meyakinkannya, akhirnya Rubi pun mau diantar suaminya, Riko, ke tempat screening berlangsung. “Awalnya saya ragu menyuruh Ibu Rubi untuk datang, tetapi tadi saya lihat ada juga pasien yang menderita glaukoma bisa lolos untuk dioperasi dan tanya dokter Ruth, katanya kalau di bawah 20% masih bisa. Jadi saya berusaha untuk meyakinkan Ibu Rubi untuk datang,” cerita Linda dengan harap Rubi dapat dioperasi dan memiliki penglihatan yang jelas seperti semula.

Linda Setia Atmaja (kiri) sudah menganggap Rubiatiyem (tengah) sebagai anggota keluarganya. Linda menemaninya saat mengambil kartu kuning yang bertanda Rubi dapat melakukan operasi minggu depan.

Rubi sudah merasakan penglihatannya tidak normal lagi sejak tahun 2004. Pada tahun yang sama, ia pernah melakukan operasi tetapi hasilnya tidak memuaskan, dan sejak itu ia takut dioperasi. “Saya sebenarnya trauma dan takut dioperasi karena takutnya kejadian 20 tahun yang lalu itu terjadi lagi dan nantinya membuat saya pesimis untuk bisa punya penglihatan yang jelas lagi. Tapi tadi saat lagi kerja di rumah Ibu Linda, tiba-tiba ditelpon buat screening, ketakutan seperti hilang dan saya dengan yakin mau diajak ke sini (RS Sentra Medika),” ungkap Rubi.

Keyakinan Rubi membawanya berhasil lolos tahap screening dan akan dioperasi Sabtu mendatang. Rubi mengaku selama ini ia bekerja belum memberikan yang terbaik karena penglihatannya yang buram. Dia juga minder untuk mencari pekerjaan lain karena selama ini ia bekerja dengan menghafal setiap sisi dan sudut rumah tempat Rubi bekerja.

“Senang saya, Alhamdulillah bisa dioperasi. Saya berdoa semoga selesai dioperasi saya bisa lihat dengan jelas. Kalau penglihatan saya sudah jelas, saya mau bersih-bersih lagi beresin rumahnya Ibu Linda. Karena selama ini saya tahu sebenarnya tidak maksimal hasil kerjanya, tapi Ibu Linda nggak pernah komplain, beliau baik banget. Terima kasih Ibu Linda, terima kasih Tzu Chi,” ungkap Rubi bahagia. “Semoga istri saya operasinya lancar dan bisa lihat lagi, karena selama ini saya khawatir, apalagi kalau jalan sendiri saat berangkat atau pulang kerja sering jatuh,” harap Riko yang selalu setia menemani Rubi.

Linda berharap melalui baksos kesehatan Tzu Chi inilah Rubi kembali bisa melihat dengan jelas. “Saya nggak nyangka ternyata Ibu Rubi bisa lolos, padahal tadi termasuk spontan ngajaknya. Saya cuma mau yang terbaik buat beliau, semoga matanya bisa kembali terang dan bisa beraktivitas tanpa perasaan was-was lagi. Kami sekeluarga sudah menganggap Ibu Rubi dan Pak Riko seperti keluarga kami sendiri,” ucap Linda dengan mata yang berkaca-kaca karena terharu.

Paling Mengaharukan Bila Bisa Membantu Orang Melihat Kembali
Baksos kesehatan Tzu Chi ini tidak bisa berjalan tanpa dokter-dokter, perawat, dan tim medis lainnya yang bergabung sebagai relawan TIMA. Mereka selalu mengusahakan yang terbaik untuk membantu masyarakat sembuh dari penyakitnya dan dapat melihat dengan terang lagi. Itu juga yang dilakukan oleh Five Sudarmanto Putro, perawat mata yang sudah bergabung dengan TIMA sejak tahun 2008. Five merasa penglihatan adalah bagian yang paling penting, tetapi justru banyak masyarakat, terutama di Indonesia, yang memiliki masalah penglihatan termasuk katarak.

Five Sudarmanto, salah satu perawat mata yang sudah bergabung dengan TIMA selama 16 tahun, mengaku sangat bangga bisa menjadi anggota TIMA dan bahagia bisa melihat pasien melihat kembali.

“Perasaan saya selalu sedih melihat pasien yang mempunyai masalah mata, apalagi kalau sudah sampai parah. Seharusnya kalau cepat ditangani, bisa lebih cepat melihat dengan normal kembali. Tetapi ya, kita tahu banyak dari mereka yang terhalang karena biaya. Saya memiliki kebanggaan tersendiri bisa bergabung dengan TIMA. Ini adalah wujud nyata bahwa membantu itu bukan melulu dengan materi, tetapi dengan tenaga dan ilmu yang kita miliki, kita juga dapat membantu banyak orang,” ungkap Five. “Itulah mengapa saya memiliki kebanggaan sendiri bisa menjadi anggota TIMA. Momen paling mengharukan adalah ketika kami bisa membantu orang melihat dunia kembali,” lanjut Five.

Relawan Tzu Chi dan juga TIMA berharap pada pekan ini, tanggal 29 Juni 2024, sebanyak 98 pasien yang lolos screening bisa menjalani operasi dengan lancar. Harapannya mereka bisa kembali melihat, menjaga mata mereka tetap sehat, beraktivitas tanpa khawatir lagi, dan kembali mencari nafkah sehingga kualitas hidup mereka pun bisa jauh lebih baik lagi.

Editor: Erli Tan

Artikel Terkait

Melayani yang Terbaik di Screening Katarak untuk Masyarakat Cikarang

Melayani yang Terbaik di Screening Katarak untuk Masyarakat Cikarang

25 Juni 2024

Sebelum Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-143 di Cikarang dilaksanakan, Tim Medis Tzu Chi mengadakan screening untuk operasi katarak dan pterygium. Ada 180 calon pasien mengikuti screening di RS Sentra Medika Cikarang.

Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-143: Harapan Hidup yang Telah Lama Hilang Kini Sudah Kembali

Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-143: Harapan Hidup yang Telah Lama Hilang Kini Sudah Kembali

02 Juli 2024

Tak cuma Yopi yang akhirnya terbebas dari belenggu katarak. Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi ke-143 ini berhasil mengobati 87 pasien yang terdiri dari 83 pasien katarak dan 4 pasien pterygium.

Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi ke-143: Hari yang Ditunggu-tunggu

Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi ke-143: Hari yang Ditunggu-tunggu

09 Juli 2024

Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi ke-143 menghadirkan beragam kebahagiaan bagi para pasiennya. Rupanya beberapa pasien yang pernah mengikuti pengobatan katarak Tzu Chi tahun 2017 lalu sudah menantikannya.

Saat membantu orang lain, yang paling banyak memperoleh keuntungan abadi adalah diri kita sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -